RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VII, Minggu 19 Februari 2023

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VII, Minggu 19 Februari 2023

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VII, Minggu 19 Februari 2023

KASIH MELAMPAUI DENDAM

 

  • Minggu, 19 Februari 2023
  • Injil Mat 5:38-48.
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

“Ajaran: ‘Berilah pipi kirimu jika pipi kananmu ditampar’ mengingatkan kita bahwa kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Hanya kasih dan di dalam kasih ada solusi.”

Warta Injil Minggu Biasa VII/A hari ini, Mat 5:38:48 melanjutkan petikan dari Minggu lalu yang memuat pengajaran Yesus yang keras nadanya dan melebihi yang umum diajarkan para guru Taurat. Lalu warta hari juga menyodorkan dua contoh menghayati Taurat lebih dari sekadar menepati rumusan. Yang pertama menyangkut pembalasan kekerasan jenis “mata ganti mata, gigi ganti gigi” dari ajaran Taurat seperti tercantum dalam Kel 21:24 dan Im 24:20. Kemudian yang kedua merujuk pada perintah “mengasihi sesama” sebagaimana didapati dalam Im 19:20. Bagaimana kita harus memahami warta dan pesan Injil hari ini?

Warta Injil minggu lalu menyatakan bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya. Hal ini pertama-tama dimengerti bahwa Taurat itu hanya suatu perintah untuk menjalani dan perintah untuk menjauhi larangan; tentu saja ini menunjukkan arah “luar”. Kemudian, cara kedua, yakni  lebih menerima Taurat dan berusaha menemukan kehadiran Allah yang bersabda di dalamnya; ini arah “batin”. Benarlah bahwabagi orang Yahudi pada waktu itu, arah yang kedua bakal menggenapkan penghayatan Taurat. Itulah yang diajarkan Yesus kepada para murid yang berasal dari kalangan Yahudi saleh dan diutarakan kembali dalam petikan Injil Matius kali ini. Dalam kaitan itulah Yesus mengungkapkan bahwa Ia datang bukan untuk meniadakan Taurat melainkan untuk menggenapinya.

 

Dalam arah inilah dapat didalami makna hukum Taurat mengenai pembalasan terhadap orang yang mencelakakan diri orang lain. Mengacu pada Kel 21: 22-25: “Apabila ada orang berkelahi dan seorang dari mereka tertumbuk kepada seorang perempuan yang sedang mengandung, sehingga keguguran kandungan, …dan mendapat celaka yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, …dst.” Peraturan seperti ini menunjukkan bagaimana Taurat melindungi kehidupan dengan ganti rugi yang setimpal. Sekaligus ditunjukkan betapa nyawa dan kehidupan itu amat dihormati.

Jadi hukum Taurat ini sebenarnya mengajarkan bagaimana orang hendaknya menghargai kehidupan orang lain seperti kehidupannya sendiri. Begitulah Taurat. Dan orang-orang yang mendengar perkataan Yesus yang merujuk ke hukum ini tentulah mengerti konteks hukum itu. Dengan latar ini maka akan lebih jelas maksud perkataan mengenai pembalasan. Tekanan utama bukan pada pembalasan melainkan pada menghormati kehidupan.

Itulah konteksnya. Lalu, cara Yesus menunjukkan inti hukum itu khas, yakni dengan bahasa “perintah” agar pendengarnya bisa paham. Tetapi yang dituju ialah agar orang mulai memikirkan apa dasar hukum itu. Demikian dikatakan dalam Mat 5:39, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.” Bahasa hukum, bahasa perintah. Pendengar waktu itu tentu saja menyadari, wibawa pengajaran Yesus tidak setara dengan wibawa Taurat Musa. Kiranya Injil juga tidak bermaksud menunjukkan bahwa Yesus menggantikan Taurat seperti dikatakannya sendiri. Kata-kata itu justru untuk menggenapi Taurat.

Warta Injil hari ini “beri pipi kiri dan kanan, mata ganti mata dan gigi ganti gigi” mengajak kita untuk melihat dan menyadari bahwa kekerasan itu tidak bisa diterima. Maka, perkataan-perkataan Yesus itu adalah ajaran kepada orang Yahudi pada waktu itu untuk mengenali bagaimana mengerti inti dari hukum Taurat. Jadi ini bukan ajaran yang baru, kita sudah tahu buruknya penghinaan dan kekerasan terhadap orang lain. Maka kita harus melindungi orang lain dari tindak kekerasan. Maka Injil itu benar-benar kabar yang mesti melegakan, yang bikin gembira, bukan yang membebani. Yang bisa universal nilainya. Itu baru perintah baru! Bukan yang di permukaan dan itu itu melulu.

Dalam Mat 5:43-48 disampaikan pengajaran Yesus mengenai perintah Taurat untuk mengasihi sesama. Yang jelas di sana ditunjukkan bahwa mengasihi sesama itu tidak terbatas pada kelompok sendiri melainkan terhadap sesama yang mencakup siapa saja. Kasih itu tak mengenal batas kelompok, apalagi kelompok agama. Itulah yang kiranya hendak disampaikan.

Akhirnya, Yesus mengimbau kita semua agar menjadi sempurna seperti “Bapamu yang ada di surga sempurna”. Jelas, di sini Yesus mengajarkan sikap beragama yang baru, yakni berani mendekat kepada Tuhan Allah sebagai Bapa yang mengusahakan apa saja yang terbaik bagi yang bersedia menerimanya sebagai Allah yang dekat, yang peduli pada kemanusiaan meski tidak selalu jelas. Hal ini baru terasa teguh mantab bila diimani. Inilah yang dimaksud dengan menjadi sempurna seperti Bapa di surga sendiri sempurna.

Maka marilah setelah menyadari bahwsa kita hendaknya harus menjadi sempurna seperti Allah Bapa kita sempurna karena mencintai dan ingin menyelamatkan semua manusia, hendaknya kita berusaha untuk dapat mengasihi sesama manusia juga, tanpa pandang siapa mereka tetapi sungguh mengasihinya karena Allah telah mengasihi kita sehingga kita pun didorong untuk dapat mengasihi manusia siapa pun mereka itu.*** (Disadur dari: A. Gianto)

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, kuatkan dan mampukanlah kami supaya dapat mengalahkan kejahatan dengan tidak membalas dengan berbuat jahat. Teguhkanlah kami supaya tetap percaya bahwa Engkau adalah hakim yang adil bagi kami. Maka doronglah kami semua untuk menunjukkan kasih-Mu kepada sesame manusia, siapa saja tanpa diskriminasi, supaya nama-Mu dimuliakan kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *