MENGANDALKAN TUHAN – HARI MINGGU BIASA XIV, MINGGU, 9 JULI 2023

MENGANDALKAN TUHAN – HARI MINGGU BIASA XIV, MINGGU, 9 JULI 2023

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA XIV, MINGGU,  9 JULI 20233

MENGANDALKAN TUHAN

 

  • Minggu, 9 Juli 2023
  • Injil Mat 11:25-30.
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

“Orang kecil dan sederhana justru tidak memiliki apa dan siapa, karena itu andalan mereka adalah Tuhan.”

 

RENUNGAN:

Dalam hidup kita jumpai ada orang yang cerdik pandai, orang besar, orang berpengaruh, orang hebat, juga ada orang kecil dan sederhana, orang biasa, tidak ada pengaruh. Beda dengan orang kecil, dan sederhana, orang cerdik pandai memiliki sejumlah pengetahuan dan bisa juga keahlian dalam bidang tertentu. Orang-orang seperti itu sering disegani, dihormati dan dimintai pendapat, bahkan nasehat-nasehat bijak. Mereka berkecukupan dalam kehidupan ekonomi, juga diperhitungkan dalam kehidupan bersama. Mereka juga didengarkan ketika mereka menyampaikan ide atau apa saja. Mereka juga punya banyak sahabat, dan bersahabat dengan orang-orang penting dan berkedudukan.

Nah, beda dengan orang orang kecil, sederhana, apalagi miskin dan tersingkir.  Mereka justru tidak memiliki apa dan siapa, dan karena itu andalan mereka adalah Tuhan. Mereka menggantungkan harapan dan mimpi-mimpi mereka, kiranya Tuhan selalu memperhatikan dan mendengarkan serta menolong mereka, ketika kesulitan, beban hidup dan penderitaan menghimpit. Mereka kurang mendapat perhatian dan sering tidak diperhitungkan dalam kehidupan bersama. Mereka juga tidak bisa menentukan nasibnya sendiri apalagi nasib orang lain. Itulah kenyataan yang ada dalam hidup kita, juga ada di sekitar kita.

Yesus dalam karya pewartaan-Nya mendapat tantangan dan penolakan dari orang-orang yang cerdik pandai seperti para ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Karena itu, Pewartaan Yesus ditujukan dan diterima oleh orang-orang kecil dan sederhana. Yesus menyapa orang-orang kecil dan sederhana itu. Yang disebut orang kecil pertama-tama adalah kelompok para Rasul, yang Yesus panggil dan memilih mereka dari orang kecil dan sederhana; orang kecil itu kemudian adalah masyarakat Yahudi pada umumnya, karena mereka hidup dalam masa penjajahan Romawi. Lalu, orang kecil yang disapa Yesus yang lain adalah masyarakat kelas bawah yang selalu ditindas oleh kelompok Farisi dan ahli Taurat; serta orang kecil yang disapa Yesus adalah orang-orang cacat dan penderita sakit.

Dalam warta Injil tadi kita mendengar,”Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu…. Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.” Di sini Yesus berdoa untuk bersyukur dan mengundang semua mereka untuk datang kepada-Nya. Mengapa? Karena mereka yang mengerti dan mau menerima misteri Kerajaan Allah; dan mereka adalah orang-orang rendah hati dan membuka diri bagi Yesus yang hati-Nya lemah lembut.

The Navarre Bible tentang Mat 11:25-26: “Mereka yang bijak dan pandai dari dunia ini, yaitu, mereka yang mengandalkan pemahamannya sendiri, tidak dapat menerima wahyu yang dibawa oleh Kristus kepada kita. Pandangan/ pemahaman adikodrati selalu berhubungan dengan kerendahan hati. Orang yang rendah hati, yang tidak menganggap dirinya penting, dapat melihat/ memahaminya; [sedangkan] orang yang penuh dengan kepercayaan/ keyakinan diri gagal untuk memahami hal- hal yang adikodrati.”

Nampaknya inti yang ingin disampaikan di sini adalah bahwa wahyu Allah yang disampaikan Kristus hanya dapat dipahami dengan sikap kerendahan hati, seperti halnya sikap anak- anak atau orang- orang yang sederhana, yaitu dengan sikap miskin di hadapan Allah. Ini sejalan dengan pesan pertama dalam khotbah di bukit (Mat 5:3), “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”

Jelaslah bahwa bagi Yesus, Kerajaan Allah, kesungguhan hidup dalam kebahagiaan yang penuh, tidak diperoleh dan tidak dimengerti oleh mereka yang pintar, yang kuat dalam persaingan, tetapi mereka yang peka akan nilai kehidupan, mereka yang rendah hati, yang tidak mementingkan dirinya sendiri, yang bisa membangun hidup bersama dalam kesederhanaan, mereka itulah yang dapat mengerti rahasia Kerajaan Allah. Mengapa demikian?

Karena Kerajaan Allah tidak dikuasai oleh nilai dunia ini, tetapi hidup selalu bernilai dan berharga. Ketika di sana ada kerendahan hati, kepekaan  terhadap yang lemah dan yang tak berdaya. Yesus bersyukur kepada Bapa karena orang-orang seperti inilah, yang dalam kesederhanaan dan dalam kesadaran akan kekecilan dirinya di hadapan Tuhan dan sesama membangun hubungan dengan Tuhan menjadi utama. Melalui Yesus kita mengenal wajah Allah yang sederhana dan penuh perhatian terhadap manusia. Allah yang membuka diri-Nya bagi yang kecil dan sederhana dan manusia menemukan dalam Allah kekuatan dan kebesarannya. Allah mencintai manusia tanpa syarat, tanpa batas.

Yesus mengundang kita untuk datang kepada-Nya, khususnya bagi yang letih lesu dan berbeban berat. Dengan datang kepada-Nya dan meletakkan segala beban berat, segala keletihan dan kelesuan menjadi hilang. Dalam Dia hanya ada kebahagiaan. Karena itu Ia mengundang kita untuk belajar, supaya menjadi seperti Dia. Belajar dari hati-Nya supaya hati kita seperti hati-Nya. Hati yang lemah lembut. Belajar memikul salib dari-Nya maka akan menjadi ringan salib dan beban kita.

Kita diajak untuk selalu bersyukur. Bersyukur berarti menerima dengan sukacita segala yang Tuhan rencanakan dan berikan; bersikap rendah hati dan datang kepada Yesus setiap saat. Datang kepada Yesus dan belajar dari Dia. Belajar untuk memikul tugas dan tanggungjawab yang dibeikan; tidak melarikan diri, tidak menghindari segala beban yang harus dikerjakan.

Belajar dari Yesus, meneladani seluruh hidup-Nya dalam kelembutan dan kerendahan hati. Kita juga perlu belajar untuk menjadi orang kecil, yang memiliki kerendahan hati untuk selalu mencari Yesus. Kita juga diajak untuk menemui Yesus dalam diri “orang kecil”, “orang yang rendah hati” yang suka bersahabat dan yang selalu membawa kasih. Kita pun membiarkan Yesus memimpin hidup kita, artinya membiarkan sukacita dan damai mewarnai hidup dan perjuangan kita. Dengan itu kita akan mengalami kelegaan dalam hidup yang selalu diwarnai tantangan dan masalah.

Kita diajak untuk  mengimani Allah yang demikian, berarti menghidupi nilai-nilai yang diajarkan-Nya dan mengikuti teladan hidup-Nya, yang senantiasa mau berbuat baik kepada mereka yang sangat membutuhkannya. Ia terus mengajak dan mengundang untuk datang kepada-Nya, “Marilah datang kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah daripada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”.

Maka sebenarnya kita semua dipanggil untuk mempunyai sikap kerendahan hati dan kesederhanaan ini di hadapan Allah, mau mendengarkan dan mau menerima pengajaran iman seperti yang diajarkan oleh Kristus dan para rasul-Nya, tanpa berkeras memegang pandangan sendiri sesuai dengan pemahaman pribadi.

Semoga kita juga menjadi bagian dalam doa syukur Yesus. Sungguh menjadi orang kecil dan sederhana yang tetap selalu mengandalkan Dia, untuk terus datang kepada-Nya dan belajar pada-Nya, sampai jiwa kita pun mendapat ketenangan dalam Dia. ***

 

DOA:

 

Ya Tuhan Yesus, aku lemah dan tak berdaya tanpa-Mu. Sekarang aku datang kepada-Mu, aku meletakkan semua bebanku di bawah kaki-Mu dan berilah aku kelegaan. Aku percaya pada kasih Hati-Mu yang selalu ada rahmat kehidupan yang menyegarkan hatiku. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara, (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *