RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH III  

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH III  

Cara Sederhana Jadi Saksi-Nya

 

  • Minggu, 18 April 2021
  • Injil: Luk 24:35-49
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Kita dapat menjadi saksi Kristus dengan cara dan sudut pandang masing-masing. Menebarkan kebaikan serta cinta kasih pada sesama merupakan salah satu cara sederhana menjadi saksi-Nya.

 

Kisah atau warta wafat dan kebangkitan Yesus bukanlah perkara mudah untuk diterima dan dipercaya oleh orang-orang yang hidup baik dulu maupun sekarang, orang-orang di sekitar Yesus sendiri (para murid-Nya) maupun di luar lingkaran orang-orang dekat-Nya.

Kita tahu, awalnya kubur kosong dan itu menjadi ‘geger’ atau heboh di antara para murid Yesus. Kemudian, penampakan-penampakan Yesus kepada Maria Magdalena, lalu kepada kedua murid Emaus yang pulang kampong, dan nantinya kepada ke-11 murid-Nya serta juga penampakan kepada orang banyak.

Apa yang sebenarnya meyakinkan mereka bahwa Yesus telah benar-benar hidup kembali atau bangkit itu? Pada kisah pengalaman murid Emaus maupun yang lain, Kitab Suci lah yang memberi jawab yang menyakinkan.

Tidakkah Yesus sendiri menjelaskan Kitab Suci panjang lebar tentang Mesias yang harus menderita, wafat dan bangkit? Namun, mata hati mereka memang lamban untuk mengerti Kitab Suci yang dijelaskan itu. Baru kemudian saat Yesus memecahkan roti mereka mengenal siapa Dia sebenarnya dan apa yang dijelaskan benar-benar meyakinkan hati mereka bahwa Yesus, Mesias benar-benar telah wafat dan bangkit, hidup lagi.

https://www.youtube.com/watch?v=DcLbcJFAbaU

Pengalaman perjumpaan dengan Yesus yang telah bangkit mengubah hati dan pikiran mereka menjadi manusia baru. Pengalaman iman akan Paskah inilah yang membuat mereka kembali ke komunitas dan hidup dalam semangat berbagi kasih.

Mereka sekarang mengerti secara baru akan arti firman dan ajaran Yesus tentang diri-Nya. Kisah Emaus menjadi kisah yang kaya makna. Setidaknya kita dapat menemukan bagaimana Yesus yang bangkit tidak membiarkan murid-murid-Nya mencari jalan lain, tetapi mendampingi dan membimbing kedua murid Emaus itu: mulai dari menemani mereka berjalan, menjawab kebingungan mereka dan membuat mata mereka terbuka sendirinya untuk melihat kehadiran-Nya.

Para murid Emaus yang mengalami ‘kematian’ karena kematian Yesus, kini mengalami kebangkitan Yesus dalam hidup mereka. Maka dengan segera mereka kembali ke Yerusalem.

Pengalaman inilah yang dibagikan kepada para murid Yesus yang lain. Para murid lain itu tentulah dan mungkin saja hanya sampai pada rasa kagum mendengar akan hal itu. Bahkan ketika Yesus datang menampakkan diri kepada para murid, mereka terkejut dan takut, dan menyangka mereka melihat hantu.

Timbul rasa ragu-ragu dalam hati mereka, sehingga Yesus berkata,“Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku,” (Luk 24:38-39).

Sekali lagi, ketika menampakkan diri kepada para murid seperti yang kita dengar bersama tadi, Yesus mengingatkan kembali apa yang pernah dikatakan-Nya, yakni tentang Dia yang ada  dalam Kitab Taurat Musa, kitab nabi-nabi dan kita Mazmur.

Demikian juga Dia mengatakan,“Ada tertulis demikian: Mesias nharus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem,” (Luk 24:45-47). Lalu Yesus menyatakan kepada para murid-Nya, “Kamulah saksi-saksi dari semuanya ini!” (ay. 48).

Dari sini, kiranya kita bisa mengerti misi perutusan para murid Yesus sudah jelas sejak awal, yakni diutus menyampaikan ‘berita tentang pertobatan untuk pengampunan dosa’ dan para murid sendiri harus menjadi saksi tentang hal itu. Para murid yang semula mengikuti Yesus, namun setelah peristiwa penyaliban, keyakinan dan kepercayaan mereka goncang, ketakutan dan muncul keraguan dalam hati mereka.

Namun, dengan peristiwa kebangkitan dan penampakan-penampakan Yesus, berangsur-angsur mereka ‘bertobat’, kembali menjadi percaya bahwa Dia memang harus wafat dan bangkit. Dengan dasar iman inilah mereka akhirnya menjadi berani memberi kesaksian dan mengajak orang lain juga untuk percaya kepada-Nya.

Di samping pertobatan, pewartaan tentang pengampunan dosa menjadi sangat penting. Ingatlah bahwa tugas perutusan ini sudah dimulai sejak Yohanes Pemandi, kemudian oleh Yesus sendiri, sekarang dilanjutkan oleh para murid-Nya. Tentu saja, pengalaman perutusan ini menjadi inspirasi bagi Gereja, kita semua juga untuk supaya semua orang mengalami (belas) kasih Allah lewat pertobatan dan pengampunan-Nya.

Memang ini bukan tugas perutusan yang gampang dilaksanakan. Karena terkadang diperlukan kesabaran dan ketegasan, maka diperlukan usaha untuk menemani, mendengarkan, berdialog, mengalami kebersamaan sampai pada suatu saat mata mereka terbuka pada pertobatan dan mengalami “kebangkitan” dalam hidup mereka.

Atas semua tadi, akhirnya kita tahu bahwa para murid diberi tanggung jawab untuk mengemban misi Allah, dengan menjadi saksi yang memberitakan pertobatan dan pengampunan kepada segala bangsa. Untuk itu para murid akan mendapatkan pertolongan dari Roh Kudus (ay. 49).

Menjadi saksi Kristus, sesungguhnya bukan sekadar tugas atau kewajiban. Sebagai orang yang sudah berjumpa Kristus dan menerima keselamatan dari-Nya, kita terdorong berbagi kesukaan ini kepada sesama kita. Mari kita mengandalkan Roh Kudus dan menggali serta menghayati firman Tuhan secara kontekstual, lalu akhirnya menjadi saksi-saksi Paskah Kristus yang andal!

Menjadi Kristen berarti siap untuk menjadi saksi Kristusdimana pun berada. Dengan peran dan profesi yang dimiliki, kita dapat mengambil peran di masyarakat yang diikuti semangat Kristus di setiap langkah kita.

Kita dapat menjadi saksi Kristus dengan cara dan sudut pandang masing-masing. Menebarkan kebaikan serta cinta kasih pada sesama merupakan salah satu cara sederhana menjadi saksi Kristus. Sama seperti Kristus menebarkan cinta kasih pada orang-orang di sekitarnya. Seperti yang tertuang pada Dokumen Konsili Vatikan II AG (Ad Gentes/Kepada Para Bangsa, yang membahas mengenai Dekrit tentang Kegiatan Misioner Gereja di art.11):

“Sebab segenap Umat beriman Kristiani, di mana pun mereka hidup, melalui teladan hidup serta kesaksian lisan mereka wajib menampilkan manusia baru, yang telah mereka kenakan ketika dibaptis, maupun kekuatan Roh Kudus, yang telah meneguhkan mereka melalui sakramen Krisma. Dengan demikian sesama akan memandang perbuatan-perbuatan mereka dan memuliakan Bapa (lih. Mat 5:16), akan lebih penuh menangkap makna sejati hidup manusia serta ikatan persekutuan semesta umat manusia.”

Selain itu, menjalin dialog dengan kelompok masyarakat lain juga perlu dilakukan agar tercipta komunikasi yang baik antar sesama manusia. Sebagai umat Kristen-Katolik pun kita sering bertukar pikiran atau sekedar berdialog dengan teman-teman beragama lain. Dialog tersebut akan menumbuhkan pemahaman baru mengenai teman beragama lain, begitu pun sebaliknya. Sebenarnya melakukan dialog antar sesama masyarakat kita turut membawa kesaksian Allah dengan cara kita sendiri.

Dialog yang kita lakukan pada orang atau kelompok lain pun dilakukan juga oleh Kristus. Kristus melakukan dialog dengan para murid-murid-Nya, agar terjalin relasi yang baik dengan-Nya. Gereja menghendaki seperti yang tertuang dalam Dokumen Konsili Vatikan II di dokumen yang sama (Ad Gentes):

“Kristus sendiri menyelami hati sesama-Nya dan melalui percakapan yang sungguh manusiawi mengantar mereka kepada terang ilahi. Begitu pula hendaklah para murid-Nya, yang secara mendalam diresapi oleh Roh Kristus, memahami sesama di lingkungan mereka, dan bergaul dengan mereka, sehingga berkat dialog jujur dan sabar itu mereka makin mengetahui, harta-kekayaan manakah yang oleh Allah dalam kemurahan-Nya telah dibagikan kepada para bangsa.”

Maka dari itu baiklah kalau kita berefleksi dengan bertanya diri: Apakah sikap kita di masyarakat sudah dapat dikategorikan dapat menjadi saksi Kristus? Apakah kita sudah melakukan dialog dengan sesama kita, seperti yang Kristus lakukan pada sesama-Nya?

Semoga semangat Paskah senantiasa mendorong kita semua untuk mau menjadi saksi dan bersaksi kapan dan di mana pun. Membawa kabar gembira dan bersaksi akan wafat dan kebangkitan Kristus, sungguh sekaligus kita mewartakan pertobatan dan pengampunan dosa bagi yang percaya kepada kepada-Nya.

 

DOA:

Yesus Kristus, Engkau adalah Tuhan dan Juruselamat kami. Terima kasih penuh syukur kami haturkan kepada-Mu karena Engkau tidak menghukum diri kami ketika timbul keragu-raguan dalam hati kami tentang diri-Mu. Utuslah Roh Damai-Mu ke dalam hidup kami di mana ada kebingungan atau ketakutan. Semoga realitas kasih-Mu yang sempurna bagi diri kami mengusir setiap rasa takut yang tersembunyi dalam hati kami. Sehingga kami berani mewartakan keselamatan dan bersaksi atas nama-Mu. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *