Deprecated: Array and string offset access syntax with curly braces is deprecated in /home/scjori3/public_html/wp-content/themes/porto/porto/inc/functions/general.php on line 178
RENUNGAN HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS – Rumah Dehonian

RENUNGAN HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS

RENUNGAN HR TUBUH DAN DARAH KRISTUS

  BERSYUKUR DAN BERBAGI

  • Minggu, 19 Juni 2022
  • Injil Luk 9:11-17
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Orang mesti memiliki hati yang peduli pada mereka yang tidak berpunya. Jangan melepas tanggung jawab! Pun tak perlu merasa tidak berarti atas sesuatu yang sedikit! Berbagilah berkat yang dari Tuhan dengan tulus hati.

 

Hari minggu ini kita merayakan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Perayaan Hari Tubuh dan Darah Kristus atau yang umum disebut Hari Raya Corpus Christi tak terlepas dari kisah sejarah yang melatarbelakanginya. Secara singkat kisahnya sbb.: Sejak abad awal, Gereja tidak pernah meragukan kehadiran Tuhan Yesus dalam rupa roti dan anggur. Kita mengetahuinya tidak saja dari perkataan Yesus sendiri   yang dicatat dalam Injil, namun juga dari tulisan Rasul Paulus (lih. 1Kor 11:23-26) yang kita dengar dari warta gereja hari ini.

Kebiasaan untuk menyimpan hosti yang sudah dikonsekrasi dalam tabernakel juga sudah dicatat dalam riwayat St. Basilius di abad ke-4. Ekaristi itu disimpan di gereja-gereja atau biara bagi keperluan orang-orang sakit dan yang menghadapi atau menjelang ajal. Namun menjelang akhir abad ke-11, Gereja mengalami “hantaman” dari Berengarius (999-1088) seorang pemimpin diakon di Angers, Prancis, yang secara terbuka menolak percaya bahwa Kristus secara nyata hadir dalam rupa roti dan anggur. Maka ada sejumlah orang yang percaya kepada ajarannya ini dan mulai menuliskan bahwa Kristus dalam Ekaristi tidaklah sama dengan Kristus dalam Injil, dan karena itu, Ia sebenarnya tidak sungguh-sungguh hadir di dalam Ekaristi.

Nah, begitu seriusnya kasus ini, sehingga Paus Gregorius VII memerintahkan Berengarius untuk menarik kembali ajarannya. Ia diminta untuk mengucapkan pengakuan iman tentang kehadiran Yesus secara nyata dalam Ekaristi. Ini adalah pernyataan definitif pertama Gereja tentang apa yang selalu dipercaya oleh Gereja dan tak pernah ditentang. Dengan pengakuan iman ini, maka gereja-gereja di Eropa mengalami semacam “kebangkitan” dalam penghayatan akan Ekaristi. Saat itulah ditetapkan adanya prosesi-prosesi Sakramen Mahakudus, rumusan doa-doa adorasi, umat didorong untuk mengunjungi Sakramen Mahakudus, dan seterusnya. Sejak abad ke-11 ini, devosi kepada Sakramen Mahakudus dalam Tabernakel menjadi semakin dikenal.

Maka tak ada yang mengejutkan ketika Paus Urbanus IV di tahun 1264 kemudian menetapkan Hari Raya Tubuh Kristus—Corpus Christi. Saat menentukan perayaan itu, Paus menekankan akan kasih Kristus, yang ingin menyertai umat-Nya secara fisik sampai akhir zaman. Paus mengatakan, “Dalam Ekaristi, Kristus di dalam hakekat-Nya sendiri ada bersama kita.” Sebab “ketika mengatakan kepada para rasul-Nya bahwa Ia akan naik ke Surga, Ia berkata, “Lihatlah, Aku akan menyertaimu selamanya, bahkan sampai akhir zaman” dan dengan demikian menghibur mereka dengan janji yang besar bahwa Ia akan tetap ada dan bersama-sama dengan mereka bahkan dengan kehadiran secara jasmani” (Paus Urbanus IV, Transiturus de hoc mundo, 11 Agustus, 1264).

Ajaran tentang Kehadiran Kristus dalam Ekaristi ini didukung juga oleh berbagai mukjizat Ekaristi di sepanjang sejarah Gereja—dan yang terakhir  diakui oleh CDF bulan April 2016 adalah mukjizat Ekaristi yang terjadi di Hari Raya Natal 2013 di Legnica, Polandia. Meskipun demikian, masih ada begitu banyak orang—bahkan orang-orang yang juga mengimani Kristus—yang tidak percaya akan kehadiran-Nya dalam Ekaristi. Maka di Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus ini, nampaknya kita perlu bertanya kepada diri kita sendiri, tentang apakah yang dapat kita perbuat untuk semakin menghayati kebenaran ajaran iman ini? Bagaimana kita dapat turut menyebarkannya?

Seperti yang tadi kita dengar dalam warta Injil, di mana Yesus memberikan perintah kepada para murid-Nya (Luk 9:13): “Kamu harus memberi mereka makan!” Sebuah perintah yang sekaligus menggugat kepedulian para murid-Nya untuk merasakan apa yang sedang dirasakan orang banyak itu. Yesus menuntut para murid bertanggung jawab atas orang banyak itu dengan memberi makan, dan bukan membiarkan atau menyuruh mereka pulang untuk mencari sendiri. Sedang para murid seolah ingin melepas tanggung jawab, ketika orang banyak itu ikut Yesus.

Para murid memang merasa tidak mampu, karena yang ada pada mereka cuma lima roti dan dua ikan. Tetapi justru dengan yang sedikit itu Yesus minta untuk dibawa kepada-Nya. Yesus memberkati, selanjutnya meminta para murid untuk membagi-bagikan kepada orang banyak itu. Yang sedikit itu, dibawa kepada Yesus dan selanjutnya menjadi berkelimpahan. Semua yang hadir makan sampai kenyang bahkan sampai sisa yang terkumpul dua belas bakul. Bagi Yesus, justru yang sedikit (lima roti dan dua ikan) sangat berarti. Orang harus menghargai yang sedikit. Tidak harus yang banyak baru berarti. Sadarilah bahwa sesuatu yang besar atau banyak, harus mulai dari yang kecil atau yang sedikit.

Perisitiwa ini mau menyadarkan para rasul, bahwa: orang harus memiliki hati yang peduli, bukan melepas tanggung jawab atas orang banyak yang tidak memiliki (makanan); juga tidak perlu merasa tidak berarti atas yang sedikit; dan orang harus dengan hati yang tulus untuk membagi-bagikan kepada orang lain setelah mendapat berkat dari Tuhan Yesus. Kesadaran ini harus terus ditumbuh-kembangkan dalam diri para murid, juga dalam diri kita, murid-murid-Nya zaman modern ini, agar mukjizat perbanyakan roti itu bisa terjadi dan menjadi berkat bagi orang lain. Tentu saja ini akan menjadi kesaksian hidup nyata kita kepada sesame dan dunia.

Namun, kelaparan orang zaman sekarang, tidak saja terbatas pada makanan jasmani, tetapi juga makanan rohani. “Makanan rohani”-nya memang hanya Tuhan Yesus yang bisa memberi, yaitu Tubuh dan Darah-Nya. Namun, sebagai murid-murid-Nya yang percaya penuh akan sabda-Nya, kita dipanggil oleh Kristus untuk berani menyatakan kepada dunia sekitar kita bahwa Tubuh dan Darah Kristus itulah yang kita sambut setiap kali kita merayakan Ekaristi.  Kristus itulah yang kita sembah dalam Adorasi Sakramen Mahakudus.

Maka kesungguhan kita dalam mempersiapkan diri menyambut Ekaristi dan menyambutnya dengan sikap batin dan penghormatan yang layak, dan juga kesediaan kita untuk semakin mau berkurban seperti Kristus, itulah yang menjadi kesaksian tanpa kata, bahwa kita semakin menghayati makna perayaan hari ini, Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus.

Di hari raya istimewa ini, marilah kita mengulangi perkataan doa dalam Adoro te devote, “Dengan khidmat aku menyembah Engkau” — doa yang disusun oleh St. Thomas Aquinas. Di hadapan Kristus yang hadir dalam Sakramen Mahakudus. “Tuhanku, buatlah aku menjadi lebih percaya lagi di dalam Engkau. Bawalah aku lebih dalam kepada iman, ke dalam harap-Mu, ke dalam kasih-Mu… Amin.”

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, begitu banyak orang yang lapar dan haus secara jasmani. Namun, sebenarnya lebih banyak lagi orang yang lapar dan haus akan makanan dan minuman rohani. Curahkanlah senantiasa rahmat-Mu atas diri kami sehingga kami semakin percaya akan diri-Mu dalam Ekaristi dan mendorong kami untuk membagikan keyakinan iman akan penyertaan-Mu baik secara rohani maupun jasmani ini sampai akhir zaman. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian Bapa (+) Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *