RENUNGAN HR TUHAN YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
Beriman yang Berbelas Kasih
- Minggu, 22 November 2020
- Injil Mat 25:31-46
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Keselamatan merupakan buah kebaikan hati Allah. Perbuatan-perbuatan baik yang diperlihatkan orang benar bukan merupakan dasar keselamatan melainkan buah kasih karunia.
Sesungguhnya, warta Injil tentang penghakiman terakhir tadi jauh lebih bersifat nubuatan daripada perumpamaan. Yang merupakan perumpamaan hanya pada bagian tentang domba dan kambing. Perbandingan singkat ini sungguh menyatakan tujuan Yesus di dalam mengajarkan doktrin tentang penghakiman terakhir kepada para pengikut-Nya. Secara singkat Yesus menunjuk pada adegan penggembalaan yang biasa terjadi pada zaman itu.
Gembala menggembalakan sekawanan domba yang bercampur dengan kambing, yakni di tempat-tempat yang jarang digunakan untuk menggembalakan. Oleh karena daerahnya kering, maka kambing cenderung berjalan mondar-mandir, kesana kemari untuk mencari rumput daripada diam di satu tempat.
Kambing-kambing itu bercampur dengan domba, tetapi domba dan kambing tidak diharapkan supaya bercampur. Pada waktu petang, domba mendengarkan suara gembala, sementara kambing memilih untuk mengabaikan panggilan gembala. Lalu,pada waktu malam tiba, domba itu lebih suka di tempat terbuka sedangkan kambing tidak. Mengapa? Karena kambing tidak tahan terhadap udara dingin dan harus berada di kandang.
https://www.youtube.com/watch?v=7M4Z1yCvJzI
Dalam perumpamaan tadi sang gembala menempatkan domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri. Dia memisahkan dua jenis binatang ini.
Secara simbolis,dia menempatkan domba di sebelah kanan dan kambing di sebelah kiri, karena domba lebih berharga daripada kambing, dan warna bulunya yang putih, yang berbeda dengan warna kulit kambing yang hitam, melambangkan kebenaran. Dan kambing sendiri sudah lama diasosiasikan dengan kejahatan.
Perjanjian Lama menggambarkan kambing sebagai binatang yang harus menanggung dosa yang dilepaskan ke padang gurun (Im 16:20-22). Bahkan dalam bahasa kita sendiri ada kata atau ungkapan ‘kambing hitam’. Kemudian, tempat ‘sebelah kanan’ selalu menandakan yang baik, tetapi sebelah kiri menunjuk sesuatu yang menakutkan, curang, jahat, dan jelek.
Semua bangsa di dunia digambar sebagai domba dan kambing yang akhirnya dipisahkan oleh gembala pada akhir zaman. Bangsa-bangsa akan dikumpulkan di hadapan Anak Manusia yang duduk di atas takhta-Nya dalam kemuliaan Surgawi.
Melalui perintah ilahi malaikat-malaikat akan pergi dan mengumpulkan orang-orang pilihan dari empat penjuru mata angin dan menghadirkan mereka di hadapan takhta penghakiman. Semua orang akan berdiri di hadapan Sang Hakim, baik itu orang yang baik maupun yang tidak, orang jahat maupun orang benar.
Tidak seorang pun dikecualikan. Dan Hakim itu akan memisahkan manusia satu dengan yang lain seperti gembala yang memisahkan kawanan domba dari kambing sesudah hari penggembalaan di padang rumput.
Di sepanjang Injil Matius terbentang tema tentang pemisahan dan penghakiman, termasuk di dalamnya perumpamaan tentang domba dan kambing yang tadi kita dengar bersama, dan prinsip pemisahan dan penghakiman diterapkan dengan jelas.
Nah,Anak Manusia, sebagaimana Yesus menyebut diri-Nya, datang dalam kemuliaan-Nya dan duduk di atas takhta-Nya dalam kemuliaan surgawi, dikelilingi oleh malaikat-malaikat-Nya. Hal ini menunjuk pada penghakiman terakhir di mana Dia bertindak sebagai penghakiman yang bersifat universal/umum.
Di dalam perumpamaan tentang domba dan kambing tadi, menunjukkan bahwa Yesus menerima semua orang yang telah dibawa ke hadapan-Nya, yang telah dipilih dari kekekalan. Mereka adalah orang-orang yang mendengar Raja berkata, “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.”
Mereka diselamatkan sebab Allah Bapa telah memberkati mereka dan memberitahu mereka untuk mengambil tempat di Kerajaan Surga yang telah disediakan sebelumnya. Keselamatan bagi orang benar bukan berakar di dalam perbuatan-perbuatan baik mereka tetapi di dalam kebaikan hati Allah Bapa. Perbuatan-perbuatan baik yang diperlihatkan orang benar bukan merupakan dasar keselamatan tetapi merupakan buah kasih karunia.
Tentu anugerah pemilihan Allah tidak mengabaikan perbuatan-perbuatan baik orang percaya. Perbuatan-perbuatan baik itu diharapkan keluar secara alami dari anak-anak-Nya sebagai buah dari kasih dan ketaatan.
Perbuatan orang benar adalah perbuatan kasih dan belas kasihan yang tanpa disadari dilakukan untuk Kristus sendiri. Tadi kita semua mendengar ‘Aku lapar dan engkau memberi Aku makan, Aku haus dan engkau memberi Aku minum. Aku sebagai orang asing dan engkau memberi Aku tumpangan, Aku telanjang dan engkau memberi Aku pakaian. Aku sakit dan engkau melawat Aku, Aku di dalam penjara dan engkau mengunjungi Aku’.
Di sini orang benar telah menunjukkan tanggung jawabnya sebagai manusia dan perhatiannya yang tulus dalam semua perbuatan mereka. Dan mereka terbukti layak menjadi warga Kerajaan Surga. Pada hari penghakiman mereka akan diberi hak istimewa untuk mengambil bagian di dalam Kerajaan itu.
Karena mereka menunjukkan kesetiaan dan kerajinan di dalam kegiatan sehari-hari. Maka mereka akan menerima upah mereka pada hari penghakiman. Orang benar telah menunjukkan kasih dan kesetiaan mereka dalam hal-hal kecil. Pada akhir zaman mereka akan dihormati oleh Allah sendiri.
Dua ayat yang sangat penting di dalam perikop tentang penghakiman terakhir tadi adalah Matius 25:40 dan 45. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku”; dan, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.”
Yang pertama dari ayat-ayat ini dinyatakan sungguh-sungguh dan ditujukan kepada orang benar; yang kedua ditujukan kepada orang berdosa di dalam istilah yang negatif. Mereka, orang jahat sebenarnya tidak melakukan kejahatan apapun. Mereka tidak membunuh siapapun; mereka tidak berzinah, mereka tidak mencuri.
Camkanlah, bahwa dosa-dosa mereka bukanlah dosa perbuatan tetapi KELALAIAN. Pada hari penghakiman apa yang gagal mereka lakukan akan diperhitungkan. Daftar keseluruhan dari kebutuhan yang ditanggapi dengan tepat oleh orang benar diulangi lagi, tetapi sekarang kelalaian yang menyolok yang disorot. ‘Aku lapar dan engkau tidak memberi Aku makan, Aku haus dan engkau tidak memberi Aku minum, Aku sebagai orang asing dan engkau tidak memberi Aku tumpangan, Aku telanjang dan engkau tidak memberi Aku pakaian, Aku sakit dan dalam penjara dan engkau tidak mengunjungi Aku’.
Pada saat penghakiman, seperti digambarkan dalam warta Injil tadi, tidak ada pertanyaan tentang iman dan pertobatan di dalam Kristus. Yang ditanyakan hanyalah pertanyaan tentang tingkah laku.
Ketika pengikut-pengikut Kristus datang meminta tolong kepada mereka yang berdiri di sebelah kiri Raja, mereka telah ditolak dengan kasar. Di sinilah sebenarnya manusia dipisahkan, yaitu antara mereka yang bersama atau melawan Yesus.
Tidak ada kenetralan ketika dikaitkan dengan Yesus: manusia harus memilih. Seperti dikatakan Yesus dengan singkat, “Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan” (Mat 12:30). Jika seseorang menolak pernyataan Injil dan menolak dengan kasar pengikut Yesus, dia menolak Kristus dan memilih di pihak musuh.
Karena penolakan mereka untuk membantu pengikut-pengikut Kristus, orang-orang berdosa telah menempatkan diri mereka sendiri di luar lingkup berkat-berkat Allah. Mereka dihukum dan diberi tempat bersama-sama dengan setan dan pengikut-pengikutnya.
Orang-orang berdosa dipisahkan dari Kristus untuk selama-lamanya: mereka dikirim ke suatu tempat di mana mereka akan menghabiskan waktu selamanya bersama setan dan pengikut-pengikutnya, yakni di neraka.
Perumpamaan tentang domba dan kambing dan penggambaran berikutnya tentang hari penghakiman menekankan kata ‘saudara’ (Mat 25:40). Bagi penginjil Matius,istilah ‘saudara’ tidak berlaku untuk setiap orang, tetapi hanya mereka yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka.
Di dalam Injilnya, Matius memberikan suatu pemahaman Kristen tentang kata ‘saudara’. Bagi dia, kata saudara berarti murid dan pengikut Yesus. Karena itu, kata “saudara-saudara-Ku” di dalam Injil Matius 25:40 menunjuk pada orang-orang yang percaya kepada Yesus. Mereka adalah anggota tubuh-Nya, yaitu Gereja.
Tentu saja, kata-kata Yesus, “Karena orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu” (Mat 26:11; Mrk 14:7; Yoh 12:8 ), tidak berarti bahwa di dalam ketidakhadiran-Nya Yesus diwakili oleh orang-orang miskin.
Kata-kata-Nya itu merupakan desakan bagi kita untuk memperhatikan orang-orang miskin, sebagaimana Allah telah berbicara kepada bangsa Israel: “Sebab orang-orang miskin tidak hentinya akan ada di dalam negeri itu; itulah sebabnya aku memberi perintah kepadamu, demikian: Haruslah engkau membuka tangan lebar-lebar bagi saudaramu, yang tertindas dan yang miskin di negerimu” (Ul 15:11).
Maka, tidak seorang pun boleh mengabaikan orang miskin, karena perintah Allah cukup jelas, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Ketahuilah bahwa penggenapan hukum adalah kasih, dan dia yang memelihara hukum Kerajaan ini berarti berbuat baik (Yak 2:8).
Karena itu, orang-orang Kristen berada di bawah kewajiban ilahi ini untuk menunjukkan kasih yang tulus dan perhatian yang sepenuh hati kepada mereka yang membutuhkan dan ditolak, tanpa memandang suku, asal-usul, umur, jenis kelamin, atau agama. Semua orang memenuhi syarat sebagai saudara dan berhak atas kasih, tetapi tidak setiap orang disebut ‘saudara atau saudari’ Kristus. Hanya mereka yang percaya kepada Kristus dan melakukan kehendak Allahlah yang disebut saudara dan saudari Kristus (Mat 12:48 ).
Di dalam perumpamaan tadi Yesus hanya memberikan satu aspek dari adegan penghakiman terakhir. Perumpamaan tentang domba dan kambing menjelaskan pembagian antara mereka yang ditempatkan di sebelah kanan dan mereka yang ditempatkan di sebelah kiri.
Penggambaran tentang penghakiman akhirnya menyatakan, “Dan mereka ini [mereka yang berada di sebelah kiri] akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal” (Mat 25:46). Jelaslah di sini menunjukkan bahwa keputusan untuk kedua belah pihak merupakan keputusan akhir dan tidak bisa diubah. Orang benar menikmati kepenuhan dari kehidupan kekal, dan orang jahat memikul kutuk hukuman yang kekal.
Maka marilah, saudara-saudari umat beriman kristiani, hendaknya kita secara bijaksana menyikapi perumpamaan ini pertama-tama dengan pertobatan yang benar. Yakni, hendaknya selama waktu tersisa ini kita mau berbuat sesuatu yang baik bukan untuk diri kita sendiri melainkan justru bagi Tuhan Yesus, dengan memberikan perhatian, pertolongan, perlindungan kepada mereka yang lapar, haus, miskin, tunawisma, di penjara, tersisih dan terpinggirkan.
DOA:
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin
Ya Allah Bapa, kami menyadari bahwa walau sudah lama mengikuti dan menjadi murid-murid Kristus, Putra-Mu, sering kali masih banyak melalaikan perbuatan-perbuatan baik yang sebenarnya bisa kami lakukan demi nama-Mu. Maka curahkanlah Kuat-kuasa Roh-Mu dalam diri kami, sehingga kami Kaumampukan untuk melaksanakan apa yang Kaukehendaki kami perbuat selama hidup di dunia ini. Terpujilah nama-Mu, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT