RENUNGAN PESTA PEMBAPTISAN TUHAN
Menjadi Anak dan Hamba Allah
- Minggu, 9 Januari 2022
- Injil Luk 3:15-16,21-22
- Oleh: Romo Thomas Suratno SCJ
Kita diundang untuk hidup sebagai anak-anak sekaligus hamba Allah. Artinya, kita senantiasa mencari, menemukan, dan menjalankan kehendak-Nya, sebagaimana Yesus lakukan.
Mencermati warta Injil dan Firman Allah dalam Kitab Suci khususnya dalam Perjanjian Lama, nyatalah kekuatan-kekuatan ilahi yang menyertai umatnya, Israel. Pengalaman pahit bangsa Israel bangsa pilihan Allah, yakni manakala mereka terpaksa tinggal di negeri Babilonia. Mereka tidak lagi dapat membanggakan diri sebagai umat pilihan, apalagi sebagai bangsa yang jaya. Mereka menyadari betapa terpuruknya negeri mereka dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa.
Melalui nabi Yesaya, Tuhan menyampaikan sabda penghiburan. Umat yang tertindas dalam pembuangan (Babilonia) diajak melihat cakrawala baru. Perhambaan sudah selesai, kesalahan sudah diampuni, hukuman sudah dijalani, dan kini tinggal menikmati kemerdekaan hati untuk membangun kehidupan serba baru.
Kemudian Allah, melalui Yesaya mengajak umat menyadari bagaimana Allah menuntun bangsa. Dulu, bangsa dituntun melintasi padang gurun untuk mendapat tanah terjanji. Kini, Tuhan masih menuntun menelusuri padang kehidupan untuk mengantar umat menikmati kemuliaan-Nya.
Lalu, nabi Yesaya juga menyerukan kabar baik bahwa Allah kini hadir, Allah mau terlibat dalam kehidupan seluruh bangsa, bukan hanya sebagai penonton, melainkan sebagai pencipta yang memperbarui seluruh kehidupan. Karya Allah yang membangun inilah yang menjadi cakrawala bagi seluruh harapan dan masa depan. Dengan kata lain, Allah mau memperbarui kehidupan di dunia bagi manusia. Lalu, apa hubungan warta seperti ini dengan peristiwa Yesus dibaptis?
Pertama-tama, kita harus tahu bahwa kisah paling ringkas dan paling awal tentang pembaptisan Yesus tertulis dalam Injil Markus (Mrk 1:9-11) yang memuat tiga hal: (1) Yesus dibaptis oleh Yohanes di Yordan; (2) Sewaktu keluar dari air ia melihat langit terbelah dan Roh turun kepadanya seperti burung merpati, maksudnya kekuatan surga yang dahsyat tampil dalam ujud yang lembut; (3) Saat itu juga ada suara dari langit mengatakan “Engkau anak-Ku yang terkasih, kepadamulah Aku berkenan”. Jelaslah bahwa dalam peristiwa ini diperkenalkan siapa Yesus itu kepada umat manusia. Dalam diri Yesus hadir kekuatan-kekuatan surgawi.
Penginjil Lukas (Luk 3:21-22), seperti yang kita dengar bersama tadi, juga menceritakan kembali ketiga hal yang disampaikan Markus dengan menambahkan bahwa Yesus dibaptis setelah semua orang lain menerima baptisan. Dengan ini Lukas hendak menanggapi persoalan di kalangan umatnya yang bertanya-tanya apakah Yesus sama seperti orang-orang yang datang minta dibaptis.
Dia menegaskan bahwa baptisan Yesus itu lain. KEDATANGAN ROH KUDUS dan terdengarnya SUARA DARI LANGIT membuat peristiwa ini menjadi berbeda. Selain itu penginjil Lukas juga menyebutkan bahwa Yesus sedang berdoa ketika langit terbuka.
Yang perlu diketahui dan dipahami bahwa konteks kisah Yesus dibaptis ini ialah ajakan Yohanes Pemandi kepada orang banyak untuk BERTOBAT, untuk berganti haluan hidup, sehingga memperoleh kembali kemerdekaan batin yang akan membuat orang bisa berbesar hati.
Banyak orang yang mengikuti seruan Yohanes itu. Lalu, suatu saat datang pula Yesus dan ikut dibaptis. Dalam peristiwa itu langit terbuka, Roh Kudus turun, dan terdengar suara dari langit yang mengatakan Yesus itu putra terkasih, Ia adalah pribadi yang mendapat perkenan dari Allah. Penginjil Lukas mengatakan semua ini terjadi ketika Yesus “sedang berdoa” (Luk 3:21), artinya, ketika ia membiarkan kekuatan-kekuatan ilahi datang merasuki kehidupannya.
Satu hal yang perlu dipahami, Yohanes Pembaptis menegaskan bahwa ia membaptis dengan air, sedangkan yang akan datang nanti akan membaptis dengan Roh dan api. Air memang membersihkan. Tetapi ketahuilah bahwa air hanya membersihkan bagian luar, air itu hanya menandai (tanda pertobatan). Bukan mengubah seluruhnya. Sedangkan Api memurnikan luar dalam.
Api dapat mengubah secara utuh. Harus dipahami bahwa ini adalah bahasa kiasan. Namun, bahasa seperti ini menolong kita mengerti dan membicarakan hal-hal yang dengan cara lain sulit dipahami, apalagi dikomunikasikan. Sedang Baptisan dengan Roh artinya baptisan yang memberi kekuatan menempuh hidup baru orang yang dipermandikan. Dengan baptisan inilah kiranya Allah mau memperbarui kehidupan manusia di dunia ini.
Pada zaman Yesus baptisan yang dikenal tentunya ialah baptisan Yohanes Pembaptis. Baptisan yang diumumkan Yohanes ini sebetulnya bukan barang baru lagi pada waktu itu. Kemudian, Yesus membaptis, ia tentunya juga membaptis orang seperti Yohanes hal ini dapat disimpulkan dari Yoh 3:22-23. Lalu, sewaktu masih ada bersama Yesus, murid-murid-Nya pun membaptis, tentunya menurut baptisan Yohanes juga. Baru setelah peristiwa kebangkitan, baptisan di kalangan pengikut Yesus menjadi lebih khas. Ini tercermin dalam ajakan agar murid-murid membaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus (Mat 28:19).
Kemudian dalam tradisi Kisah Para Rasul, baptisan dijalankan dalam nama Yesus (Kis 8:16; 10:48; 19:5) dalam arti orang menggabungkan diri dengan pengikut-pengikut Yesus. Karena Yesus tidak lagi ada bersama mereka secara fisik, maka baptisan ini disebut baptisan dalam Rohnya, yakni Roh Kudus (Kis 1:5; 11:16) yang membawakan hidup baru.
Paulus menjelaskan bahwa menjadi pengikut Kristus dengan ikut dibaptis karena tindakan ini melambangkan keikutsertaan di dalam penderitaan, kematian, dan kebangkitan-Nya. Dalam surat kepada Titus (Tit 3:5), Paulus menegaskan bahwa dibaptis berarti lahir kembali, mendapat pembaruan hidup dalam Kristus.
Kita yang sudah menerima baptisan, tak lain menerima baptisan Yesus, yakni baptisan dalam Roh Kudus. Kita dibaptis dalam nama Yesus, tidak cuma dibaptis dengan air yang membersihkan, tetapi juga dengan api Roh Kudus yang mengubah menjadi manusia baru dan memberdayakan hidup.
Kita tidak hanya dibebaskan dari kesalahan, tetapi juga diperlengkapi dengan kuasa Roh yang menggerakkan Yesus Mesias, sehingga bersama Dia kita juga mampu bertahan dalam percobaan dan ikut berjuang melawan kejahatan di dunia ini.
Tadi kita mendengar warta yang mengabarkan pernyataan dari langit “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Artinya, bahwa Yesus sungguh Anak Allah tetapi juga sekaligus menjadi hamba Tuhan, yakni Mesias yang akan harus menderita dan mati dalam tugas pelayananan-Nya. Itulah baptisan yang harus terima dan yang harus diterima juga oleh mereka (kita) yang dibaptis dalam nama-Nya.
Dia yang adalah Mesias menjadi HAMBA TUHAN, artinya bahwa Dia akan menuruti dan menjalani hidup sesuai dengan kehendak Allah, dan memang itulah yang dijalani oleh Yesus.
Lalu, bagaimana dengan kita, yang sudah menerima baptisan Yesus, baptisan dalam Roh Kudus, apakah kita selama ini menjalani hidup menghambakan diri kepada Tuhan? Atau justru, karena kita sudah dipersatukan dengan Yesus, menjadi anak-anak Tuhan, justru Tuhanlah yang harus mengerjakan apa yang kita kehendaki? Apa-apa yang kita mohon, Tuhan harus mengabulkan.
Tidakkah ini terbalik, yang seharusnya kita menjadi hamba Tuhan namun yang terjadi Tuhan yang menjadi hamba kita, harus melayani kita dengan mengabulkan doa-doa kita, memenuhi kebutuhan hidup kita, dsb.
Dari fakta-fakta nyata hidup seperti itulah pembaptisan diperlukan manusia. Kekuatan ilahi dalam Roh Kudus hendaknya selalu dicurahkan kepada manusia sehingga berdaya untuk berusaha hidup sesuai martabatnya, yakni sebagai anak-aak Allah. Maka marilah, dengan Pesta Pembaptisan Tuhan ini, kita mengingat baptisan kita masing-masing, lalu berusaha hidup sebagai anak-anak sekaligus hamba Alah dengan seantiasa mencari, menemukan dan menjalankan kehendak Allah, sehingga kita benar-benar layak menjadi dan menyandang sebutan anak-anak Allah itu.***
DOA:
Ya Allah Bapa di surga, kami bersyukur karena telah menerima baptisan Yesus Putra-Mu, di mana kami telah diampuni dosa-dosanya dan hidup kami telah diubah menjadi anak-anak-Mu sendiri. Kami bersukacita atas semuanya itu, namun kami sadar bahwa orang lemah yang masih sering jatuh bangun dalam dosa. Maka pada kesempatan ini kami mohon sudilah Engkau tetap mencurahkan Roh-Mu agar kami mampu untuk menjadi anak-anak-Mu yang sejati, yang selalu mengikuti dan menjalankan apa yang Kaukehendaki. Amin.
LEAVE A COMMENT