RENUNGAN HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN

RENUNGAN HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN

Menemukan Tuhan dalam Kesederhanaan

 

  • Minggu, 3 Januari 2021
  • Injil: Mat 2:1-12
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Inilah sebuah gambaran perjalanan dalam mencari Dia, bahwa untuk melihat dan menemukan Tuhan diperlukan kepekaan akan rahmat Tuhan dan usaha dari pihak kita

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Natal segala bangsa. Perayaan ini dikenal di kalangan luas sebagai Hari Raya Penampakan Tuhan (Epifani) atau dulu disebut Pesta Tiga Raja. Meskipun di dalam Kitab Suci tidak disebutkan nama ketiga raja atau para majus (ilmuwan) yang datang untuk menyembah Yesus tetapi dalam tradisi Gereja ada nama-nama yang dikenal dan dikenang yakni Gaspar, Melkhior, dan Baltasar.

Ketiga nama ini mungkin disebutkan supaya sesuai dengan nama tiga persembahan simbolis yang diberikan kepada Yesus. Ketiga persembahan simbolis itu adalah emas, kemenyan dan mur.

Emas dipersembahkan bangsa-bangsa kepada Yesus untuk mengakuiNya sebagai Raja dari segala raja. Kemenyan merupakan wangi-wangian yang dipakai dalam ibadat suci di dalam rumah ibadat melambangkan ke-Tuhan-an Yesus atau keilahianNya.

Segala bangsa menyembah Yesus sebagai Tuhan. Mur adalah getah pohon yang rasanya pahit biasanya dipakai untuk mengawetkan jenazah. Jadi mur melambangkan kematian Yesus untuk menebus semua orang dari segala suku dan bangsa.

Para majus dari Timur mewakili bangsa-bangsa untuk beriman kepada Yesus sebagai Raja, Tuhan dan Penyelamat atau Penebus. Ini adalah tiga gelar yang lazim di dalam Gereja dan diperuntukkan bagi Yesus.

Pada hari Minggu ‘Penampakan Tuhan’ ini kita bersama merayakan pernyataan Yesus yang pertama kalinya kepada dunia bahwa Ia adalah Mesias, Seorang Raja yang telah dinanti-nantikan.

Warta Injil hari ini mengatakan tentang tiga orang majus dari Timur yang dengan melihat sebuah bintang di langit, dan dengan bantuan rahmat tertentu dari Tuhan, mereka datang mencari Sang Mesias yang baru lahir di tanah Israel.

Mungkin di zaman itu ada banyak orang yang melihat bintang yang sama, namun tak banyak yang tahu ataupun menangkap artinya sebagai tanda kelahiran Kristus, dan kemudian mengikutinya.

Suatu gambaran sederhana yang mengisahkan bahwa untuk melihat dan menemukan Tuhan diperlukan kepekaan akan rahmat Tuhan dan usaha dari pihak kita, untuk mencari Dia. Para orang majus melihat bintang itu, dan menanggapinya dengan mau bersusah payah melakukan perjalanan berminggu-minggu melintasi padang pasir, untuk mencari Sang Mesias, yang kelahiran-Nya ditandai oleh bintang itu.

Ketika telah sampai ke tanah Yudea, para majus itu-pun tak sungkan bertanya kepada Raja Herodes penguasa daerah itu, yang kemudian menyuruh para imam dan ahli Taurat Yahudi untuk meneliti, di manakah Anak itu akan lahir. Dari merekalah, para majus itu mengetahui bahwa Sang Mesias itu lahir di Betlehem.

Dan benarlah, bintang itu kembali mendahului para orang majus itu, dan berhenti tepat di atas sebuah tempat, di mana Anak itu berada (lih. Mat 2:9). Betapa mereka sangat berbahagia, karena menemukan Siapa yang mereka cari!

Banyak kaum Yahudi yang tidak menyadari bahwa Raja mereka telah lahir, namun orang-orang majus ini yang berasal dari negeri yang jauh, malah termasuk dalam bilangan mereka yang pertama kali mengenali Kristus sebagai Raja dan menyembah-Nya.

Para majus itu menjadi gambaran samar-samar akan bangsa-bangsa bukan Yahudi yang kelak menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Ya, Para majus itu menjadi gambaran bagi kita semua yang kini mengimani Kristus.

Kalau kita sungguh mau mengikuti Kristus, kita tidak perlu takut akan apa tanggapan orang, tidak perlu takut dianggap ekstrim karena kita tidak mengikuti arus dunia. Walaupun panggilan kita sebagai umat Kristiani tidak mudah, dan bahkan membutuhkan pengorbanan, namun kita mengetahui bahwa akan ada Terang Ilahi di akhir perjuangan kita.

Bukankah keseluruhan hidup kita adalah perjalanan menuju Kristus? Dan melalui Kristus menuju Allah Bapa? Maka hidup kita adalah semacam perjalanan yang harus kita lalui dengan terang iman.

Kita tidak perlu mengandalkan kemampuan diri kita sendiri untuk menemukan Dia. Kristus telah memberikan Gereja-Nya untuk menuntun kita dengan ajaran-ajarannya dan sakramen- sakramennya, agar kita dapat bertemu dan bersatu dengan-Nya.

Kristus juga telah memberikan kepada kita Ibu-Nya, yang menjadi teladan Gereja, yaitu Bunda Maria Stella Maris, Sang Bintang Laut yang memimpin kita dalam perjalanan hidup ini, kepada Kristus Putra-nya.

Betapa kita perlu memandang kepada bintang ini, agar kita dapat selalu menemukan Kristus. Semoga kitapun dapat mengalami sukacita karena menemukan Dia, dan kita dapat datang kepada-Nya dengan membawa persembahan kita: persembahan yang terbaik- emas, persembahan doa- kemenyan, dan pengorbanan kita- mur.

Pada Hari Raya Penampakan Tuhan ini, Dia yang ilahi itu membiarkan diri dipandangi oleh orang yang tidak biasa melihat-Nya. Mereka yang tekun mencari-Nya akan melihat kemuliaan-Nya yang tidak mudah dilihat oleh orang pada umumnya.

Sukacita yang mendalam menjadi buah yang nyata ketika seseorang mampu merasakan dan melihat kehadiran Tuhan. Tuhan senantiasa hadir tidak jauh dari kita. Sekarang tinggal kita apakah mampu melihat tanda-tanda Tuhan hendak berbicara kepada kita?

Setelah kita menemukan Kristus, mari kita mengingat juga bahwa panggilan kita untuk mewartakan Dia, terutama kepada mereka yang belum mengenal Dia. Di hari Epifaniini  kita juga merayakan Hari Anak Misioner sedunia. Kita semua dipanggil untuk menjadi misioner. Maka, sejauh mana kita telah melakukannya?

 

DOA:

Ya Tuhan, ajarilah kami untuk mengetahui tanda-tanda Engkau hadir dalam hidup kami. Bukalah mata hati kami supaya senantiasa peka akan kehadiran-Mu dimanapun kami berada. Semoga dengan demikian kami juga senantiasa mampu membawa sukacita dalam kehidupan kami dan sukacita itu mampu kami bagikan kepada orang-orang yang ada di sekitar kami. Tuhan, mampukan kami untuk senantiasa bersukacita. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *