RENUNGAN PESTA KELUARGA KUDUS
Kesaksian Keluarga Kristiani
- Minggu, 27 Desember 2020
- Injil: Luk 2,22-40
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Imanuel menjadikan keluarga dipenuhi berkat dan kasih karunia. Sebab, Allah tinggal dalam setiap keluarga.
Dalam warta Injil hari ini, khususnya pada akhir pewartaannya tadi (v39-40), ditegaskan bahwa setelah semua yang perlu menurut hukum Tuhan, maksudnya Taurat, sudah selesai dijalankan, keluarga itu kembali ke Nazaret dan di sanalah Yesus tumbuh kuat, penuh hikmat dan kasih karunia ilahi.
Begitulah ditandaskan bahwa orang tua Yesus mengikuti dengan taat keagamaan mereka dengan menjalankan apa-apa yang diperintahkan hukum Taurat. Yesus pun menjadi dewasa. Ia bertumbuh dalam kesalehan yang turun temurun dijalani orang di Tanah Suci.
Oleh karena itu,ia nanti dapat mengajarkan kepada orang banyak bagaimana hidup beragama yang sejati. Dia bukan orang yang merombak, melainkan membawa kembali ke pada akar terdalam hidup beragama: menjadi “penuh hikmat” dan “kasih karunia ilahi” ada padanya.
https://www.youtube.com/watch?v=2zahMq_1waU
Kedua hal ini sebenarnya dua sisi dari kehidupan beragama yang sama: kebijaksanaan dari sisi upaya manusiawi dan pendidikan, dan dari sisi ilahi, hidup dalam anugerah rahmat-Nya. Itulah sosok Yesus yang akan diperkenalkan lebih lanjut dalam Injil Lukas.
Menarik didalami bagaimana Penginjil Lukas dalam petikan Injil-nya kali ini memakai dua macam nama kota Jerusalem: “Hierosolyma” dan “Ierousaleem”. Inilah caranya untuk menggambarkan dua suasana batin yang saling berlawanan.
Kata yang pertama, “Hierosolyma” menunjukkan bhw Yerusalem bukan semata-mata kenyataan fisik belaka, melainkan kenyataan batin; yang hendak diungkapkan suasana batin baru yang terbuka bagi kehadiran yang ilahi. Itulah suasana batin yang dituju oleh kedua orang tua Yesus ketika membawanya ke sana. Di situlah Ia dipersembahkan kepada Tuhan di Bait-Nya. Bukan berarti diserahkan begitu saja, melainkan diakui sebagai anak-Nya yang dipercayakan agar dibesarkan sebagai manusia.
Lalu kata yang kedua, dengan kata “Ierousaleem” Penginjil Lukas mengajak kita menengok suasana batin yang berlawanan, yakni suasana batin yang menolak kehadiran yang ilahi, yang mau memanipulasinya.
Simeon berada di tempat yang suasana batinnya jauh dari kehadiran ilahi yang sesungguhnya. Namun demikian, disebutkan juga ia adalah orang benar, orang saleh, orang yang menantikan penghiburan. Dan Roh Kudus pula ada padanya!
Walaupun hidup di tengah suasana batin orang-orang yang jauh dari Tuhan, Simeon tetap mengikuti gerakan-gerakan ilahi. Ia terlindung dari yang jahat, yang dapat menjauhkan dia dari jalan yang benar. Ia tergerak datang ke Bait dan di situlah ia menyambut Yesus dan kedua orang tuanya. Ia mengenali siapa Yesus itu. Ia juga mendapatkan penghiburan melihat sang Mesias sungguh datang.
Begitu pula dengan Hana. Perempuan ini nanti berbicara mengenai Yesus kepada semua yang menantikan kelepasan Yerusalem (dari sisi yang jahat). Maksudnya, dilepaskannya suasana itu dari kungkungan yang jahat, yang menghimpit hidup batin, sehingga bisa berangsur-angsur beralih menjadi suasana batin yang mau menerima kehadiran ilahi yang sesungguhnya. Bukan yang dimanipulasi dengan pelbagai ritual belaka.
Simeon di Bait Allah berkata tentang Yesus: “…Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi tanda yang menimbulkan perbantahan”. Lukas dalam seluruh Injilnya mengajarkan bahwa itu semua terjadi lewat perjalanan Yesus dari Galilea ke Yerusalem.
Dengan kedatangannya kota itu mengadili diri: bila menolak, maka kota itu menjadi kota “Ierousaleem”, yang prospek kehancurannya sudah jelas. Bila menerimanya, maka kota itu akan menjadi kota suci “Hierosolyma” yang abadi. Jadi Penyelamat yang lahir di tengah-tengah manusia ini akan menentukan nasib banyak orang.
Kemudian Simeon juga berkata kepada Maria: “Dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang.” Makna kata-kata ini tidak mudah dipahami. Pedang ialah barang tajam yang akan membelah.
Begitulah kehadiran Yesus yang lahir dari Maria akan membelah pikiran hati orang. Ia akan memilah yang jahat dari yang baik dalam diri orang, seperti halnya kedatangannya memisahkan “Ierousaleem” (kota Yerusalem yang dirundung kekuatan jahat) dari “Hierosolyma” (kota Yerusalem sejauh menerimanya).
Maria adalah orang pertama yang akan menjadi penghuni kota suci “Hierosolyma” dan meninggalkan kota “Ierousaleem” yang menghukum diri tadi. Sebetulnya Maria mewakili semua orang yang bakal menerimanya. Maria orang pertama yang bersedia menerima kehadiran Yesus dalam kehidupannya.
Pada pesta Keluarga Kudus Nazaret ini dan dengan warta yang kita dengar tadi, kita semua diajak untuk merenung dan merefleksi diri, secara pribadi maupun bersama-sama dalam keluarga: Apakah kita menjadi orang beriman yang sudah taat hukum? Apakah hukum agama kita, yakni hukum kasih, sudah dipandang sebagai yang utama kita dan dilaksanakan dengan tekun?
Apakah kita bersaksi dengan hadirnya Yesus dalam hidup kita, keluarga kita sungguh menjadi keluarga yang damai dan jauh dari kuasa jahat? Lalu, apakah kita dan keluarga kita telah mencukupkan diri dengan Yesus sebagai Tuhan dan Allah kita? Apakah kita merasakan seperti keinginan dan kerinduan Simeon dan Hana – akan hadirnya Sang Mesias – menjadi kenyataan dalam hidup kita bahwa hal itu sudah terpenuhi?
Dengan pertanyaan-pertanyaan reflektif tadi bagaimana kita harus menanggapi? Warta hari ini sebenarnya tajam menusuk hati kita?
Namun seperti biasanya, warta Injil itu memang menyengat-menggugah, bukan hanya memberitahu. Kita dibuat sadar dan diajak untuk membuat kesaksian hidup sebagai terang bagi siapa saja. Maka paling tidak kita jangan menghalangi terang Kristus, melainkan memantulkannya ke sekitar diri kita. Kalau hal itu semua kita jalani dalam hidup kita maka warta Injil tadi akan menjadi Firman Tuhan yang sungguh hidup.***
LEAVE A COMMENT