RENUNGAN PESTA PEMBAPTISAN TUHAN

RENUNGAN PESTA PEMBAPTISAN TUHAN

Menjadi Hamba Tuhan yang Setia

  • Minggu, 10 Januari 2021
  • Injil: Mrk 1:7-11
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Sebagai orang yang dibaptis, tugas kita adalah mengasihi seperti Tuhan sendiri.

Pada hari ini kita merayakan pesta pembabtisan Tuhan. Dengan merayakan pesta ini, masa natal pun berakhir. Pohon natal, kandang natal dan segala pernak-pernik natal akan kembalikan ke dalam dosnya hingga akhir tahun nanti.

Secara liturgis, kita juga kembali ke masa biasa. Apakah berakhirnya masa natal maka semangat natal juga ikut berakhir? Apakah semangat natal juga ikut masuk ke dalam dosnya sampai akhir tahun? Selama masa natal ini permenungan kita adalah Yesus, Sang Imanuel, Allah beserta kita, yang tentunya juga bermenung tentang keluarga Nazaret.

Kita percaya bahwa Yesus Anak Allah juga lahir di dalam keluarga manusia. IbuNya bernama Maria dan ayah-Nya bernama Yusuf. Sedang para gembala yang datang ke Betlehem untuk melihat keluarga kudus ini, kembali ke tempat kerja mereka dengan sukacita dan memuji Allah karena apa yang mereka dengar dari malaikat Tuhan sama dengan apa yang mereka lihat di Betlehem.

https://www.youtube.com/watch?v=5L_Qeub5G-k

Para majus dari Timur menjumpai bayi Yesus dan ibu-Nya Maria. Kemudian, setelah perjumpaan itu, mereka kembali ke negeri asalnya melalui jalan lain. Saya yakin bahwa itu adalah jalan Tuhan bukan jalan manusia yang jahat seperti Herodes Agung.

Dalam warta Injil Markus hari ini mengisahkan peristiwa pembaptisan Tuhan dengan sederhana. Yohanes pembaptis berada di tepi sungai Yordan untuk mempersiapkan orang supaya menyambut kedatangan Yesus. Mereka dibaptis dengan air sebagai tanda pertobatan supaya layak menyambut kedatangan Mesias.

Sedangkan Yesus, Putera Allah, Mesias, juga berada di tengah-tengah banyak orang yang datang kepada Yohanes. Yohanes Pembaptis berkata: “Sesudah aku akan datang Dia yang lebih berkuasa dari padaku; membungkuk dan membuka tali kasutNya pun aku tidak layak. Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus” (Mrk 1:7-8).

Di sini Yohanes mengisyaratkan kepada kita akan dua hal penting. Pertama, Yesus, Putera Allah lebih berkuasa dari dia. Ia berkuasa untuk menyelamatkan manusia, Yohanes hanya menyiapkan orang supaya bertobat dan layak menerima keselamatan dari Yesus Kristus. Yesus membaptis dengan Roh Kudus, sedangkan Yohanes membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan.

Kedua, Yohanes adalah pribadi yang rendah hati. Ia mengerti tugasnya yaitu mengantar orang kepada Yesus. Dia adalah orang yang rendah hati bisa mengenal kelebihan dan kekurangannya di hadirat Tuhan.

Yohanes mengakui siapakah sesungguhnya Yesus itu; dan dia menyatakan “membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak.” Ini menunjukkan bahwa kuasa Yesus sungguh Mahaagung. Hanya saja, meskipun Yesus lebih besar daripada Yohanes, namun Yesus bersedia untuk dibaptis. Ini merupakan tanda kerendahan hati Yesus di samping juga tanda solidaritas terhadap orang-orang berdosa.

Sebagaimana kita ketahui bahwa mulai saat ini, dimulailah karya Sang Putra. Dan Yesus mendapat dukungan dari Bapa yang mengungkapkan bahwa, “Engkaulah Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah aku berkenan.”

Yohanes menawarkan baptisan pertobatan bagi orang-orang yang mau diampuni dosanya. Banyak orang yang merespons panggilan ini dengan mengakui dosa dan memberi diri dibaptis.

Lalu mengapa Yesus mau dibaptis juga? Ia bukan pendosa! Injil jelas mengatakan bahwa Ia adalah Anak Allah yang kudus, tak berdosa. Dari Injil Matius kita dapat mengetahui bahwa itu memang rancangan Allah bagi Yesus, yakni sebagai identifikasi diri dengan manusia yang berada dalam keberdosaan, kegagalan, dan kelemahan. Jadi keputusan Yesus untuk dibaptis berasal dari ketaatan-Nya.

Baptisan merupakan perlambang dari pelayanan yang akan Yesus masuki: memungkinkan pendosa untuk bertobat, menemukan pengampunan, dan memasuki kehidupan baru. Baptisan-Nya di sungai Yordan menggambarkan penderitaan yang akan Dia alami di kayu salib, ketika Ia memikul dosa dunia. Baptisan Yesus di sungai Yordan merupakan pernyataan kasih-Nya pada dunia yang terhilang.

Kemudian, Yohanes Pembaptis memberikan juga kesaksian tentang Yesus: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Dialah yang kumaksud ketika kukatakan: Kemudian dari padaku akan datang seorang, yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. Dan aku sendiripun mula-mula tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.”

Dan Yohanes memberi kesaksian pula, katanya: “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. Dan akupun tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah itu yang akan membaptis dengan Roh Kudus”.

Dari sini, dengan peristiwa pembaptisan-Nya, Yesus akan memulai pelayanan yang besar, dan adalah penting supaya Diri-Nya diakui secara publik oleh pendahulu-Nya. Yohanes adalah “suara orang yang berseru-seru di padang gurun” yang dinubuatkan oleh Yesaya, yang menyerukan pertobatan sebagai persiapan akan kedatangan sang Mesias (lih. Yes 40:3).

Dengan membaptis Yesus, Yohanes sedang menyatakan bagi semua orang bahwa Dia-lah yang mereka nantikan, Anak Allah, yang akan membaptis “dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat 3:11).

Kerendahan hati yang tulus ditunjukkan oleh kedua tokoh ini (Yesus dan Yohanes) hingga akhir hidup mereka. Pembaptisan Yesus merupakan tanda kerendahan hati Allah bagi dunia. Peristiwa itu menjadi contoh sekaligus teladan bagi kita bahwa kerendahan hati adalah tindakan yang sangat dibutuhkan dalam hidup bersama.

Ketika kita menolong dan melayani sesama kita dengan rendah hati maka ia pun akan meniru dan meneladani kita. Lantas,ia akan melakukan hal serupa pada sesama seperti yang diterimanya dari kita sendiri.

Sambil merayakan pesta pembaptisan Tuhan ini, kita sebagai pengikut Kristus dibantu untuk mengenang kembali baptisan kita masing-masing dan merasakan kuasaNya. Di dalam Kitab Yesaya, Sang Nabi  menghibur umat Israel yang perlahan-lahan menempati tanah terjanji kembali.

Mereka harus menata diri dengan baik dan menyadari kasih Tuhan. Untuk itu Yesaya mengajak mereka untuk menikmati keselamatan dan hidup dalam berkat Allah. Hal penting yang harus mereka lakukan adalah bertobat dari segala perbuatan salah dan dosa serta mengandalkan Tuhan dalam iman. Kita juga meskipun sudah dibaptis tidakkah sering kali jatuh bangun dalam dosa? Tidakkah seringkali kita hanya mengandalkan kekuatan manusiawi kita?

Di samping menikmati keselamatan yang datang dari Tuhan, Nabi Yesaya juga mengingatkan kita untuk mengikuti kehendak Tuhan dan mendengarkan Sabda serta melakukannya di dalam hidup setiap hari. Tentang hal ini Tuhan berfirman: “Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan, demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.” (Yes 55: 9-11).

Maka sebagai orang yang sudah dibaptis dan beriman, janganlah hidup kita ini menjadi sia-sia tetapi hendaknya menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Kemudian dalam suratnya, Yohanes memperteguh iman kita kepada Tuhan Yesus Kristus. Yohanes mengatakan bahwa setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya. (1Yoh 5:1). Sebagai anak-anaNya, kita dipanggil Tuhan untuk mengasihiNya dan melakukan segala perintah-Nya.

Apakah kita sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan Yesus Kristus? Karena percaya kepada-Nya berarti siap untuk melakukan segala perintah-Nya. Dan perintah baru yang diajarkan Yesus adalah kasih.

Sebagai orang yang dibaptis, tugas kita adalah mengasihi seperti Tuhan sendiri. Mari kita wujudkan kasih Tuhan di dalam hidup kita setiap hari. Mari kita menyadari bahwa Tuhan Yesus lebih berkuasa di dalam hidup kita. Kita pun bertekuk lutut di hadiratNya Yang Mahakudus.

Akhirnya, dengan halus ‘sorga’ (Suara Allah-Bapa) menyatakan bahwa Mesias, Anak Allah yang diurapi dengan kuasa Roh Allah, juga menjadi Hamba Tuhan “yang berkenan kepada-Nya”.

Sebagai hamba Tuhan, Mesias akan harus menderita dan mati dalam tugas pelayanan-Nya. Itulah baptisan yang harus Ia terima; dan yang harus diterima pula oleh mereka yang dibaptis dalam nama-Nya, yakni kita semua. Jadikanlah diri kita hamba-hamba Tuhan yang setia.

 

Ya Tuhan Allah,

kami bersyukur dan berterimakasih atas baptisan

yang telah kami terima.

Semoga dengan kuat-kuasa-Mu,

Engkau memampukan kami untuk hidup saling mencinta,

mengasihi satu sama lain yang kami wujudkan

baik dalam kata maupun tindakan atau perbuatan kami.

Dimuliakanlah Engkau,

kini dan sepanjang segala masa.

Amin.

 

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *