RENUNGAN HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS, Minggu 4 Juni 2023
RENUNGAN HARI RAYA TRITUNGGAL MAHAKUDUS, Minggu 4 Juni 2023
ALLAH TRITUNGGAL: ALLAH YANG MENYELAMATKAN
- Minggu, 4 Juni 2023
- Injil Yoh 3:16-18
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
“Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengutus Putera-Nya, supaya orang yang percaya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
BACAAN INJIL
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah.”
RENUNGAN
Warta Injil hari minggu ini,di mana kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus ialah Yoh 3:16-18. Yang intinya adalah Allah sedemikian mengasihi dunia sehingga mengutus Putra-Nya yang tunggal ke dunia untuk menyelamatkannya. Jadi Yesus bukan sembarang utusan. Inilah ungkapan kerahiman yang paling besar. Diungkapkan dalam ay. 16, “Allah begitu mengasihi dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal.” Kesediaan Putra diutus ke dunia membuat semua ini sungguh terjadi. Dalam kata-kata Injil hari ini (ay. 17-18) “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan supaya dunia diselamatkan melalui Dia. Siapa saja yang percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; siapa yang tidak akan dihukum; siapa saja yang tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah.”
Kesaksian yang terhimpun dalam ayat-ayat firman itu kiranya dapat membantu kaum beriman, kita semua, untuk menyelami iman akan Tritunggal Mahakudus. Mungkin kita masih ingat akan sebuah lagu yang pertama kali dinyanyikan oleh Ahmad Albar, yakni PANGGUNG SANDIWARA, yang bicara tentang dunia ini yang dihuni oleh orang-orang yang berperan di atas panggung sandiwara. Bermacam-ragam peran dimainkan oleh mereka. Nah, berbeda dengan dahulu, dimana orang memandang dunia ini sebagai drama sandiwara yang dilakonkan oleh Allah sendiri. Di dalam drama ini ada tiga pemeran. Allah Bapa berperan sebagai “pengasal” tindakan penyelamatan, Allah Putra sebagai “pelaksana”-nya, sedangkan Allah Roh Kudus “melanjutkannya”. Ketiga pelaku ini menjalankan peran yang berbeda-beda tapi dengan maksud dan tujuan yang sama, yakni penyelamatan dunia beserta isinya. Pelaku dalam lakon disebut “prosoopon” (Yunani) atau “persona” (Latin) yang diindonesiakan sebagai “pribadi”. Arti harfiah kata Yunani dan Latin ialah gambar wajah yang dikenakan pelaku sehingga para hadirin langsung menangkap peran mana sedang dijalankan. Cara berungkap dengan bahasa lakon seperti ini dulu mudah menghimbau perhatian orang banyak dan oleh karenanya dipakai untuk menjelaskan karya penyelamatan.
Lalu, bagaimana jalan pemikirannya? Demikian saudara-saudari yang terkasih: karya penyelamatan itu berasal dari Bapa dan dilaksanakan oleh Putra yang diutus ke dunia, dan kemudian dijaga keberlangsungannya oleh Roh Kudus. Demikianlah disadari iman mengenai Tritunggal dalam hubungan dengan karya penyelamatan. Dan di situ dijelaskan inti keilahian pula. Kesatuan antara ketiga pribadi itu sedemikian mendalam sehingga keesaan Allah tidak berubah. Bapa, Putra dan Roh Kudus ialah tiga pribadi dari Allah yang satu.Masih samakah makna iman akan Tritunggal itu bagi kita dalam masyarakat dewasa ini? Ya, masih sama. Mereka dulu berusaha semakin mengenali karya penyelamatan di dalam macam-macam keadaan. Begitu pula kita. Yang beraneka ragam ujudnya ialah peluang nyata serta ungkapan untuk ikut serta membangun dunia yang baru, dunia yang bisa dikatakan “semakin diselamatkan” Allah. Percaya bahwa ada karya penyelamatan sendiri sebetulnya sudah dapat menjadi bentuk keikutsertaan dalam karya ilahi itu. Mengimani Tritunggal bukan hanya mengucapkan “aku percaya”, tapi juga ikut serta membangun dunia yang makin layak dan menjaganya agar tidak merosot. Itulah arti “selamat” dalam bahasa yang dimengerti orang sekarang. Pemahaman ini dapat membuat iman semakin hidup.
Warta Injil hari ini merupakan kelanjutan pembicaraan Nikodemus, yakni seorang ulama Yahudi, dengan Yesus (Yoh 3:1-15). Nikodemus percaya bahwa Yesus itu utusan Allah sendiri dan ingin mengenalnya lebih dalam. Yesus membantunya. Perhatian Nikodemus diarahkannya pada warta yang sejak awal disampaikannya kepada orang banyak, yakni Kerajaan Allah sudah datang di dunia dan orang diajak bersiap ikut serta di dalamnya. Kepada Nikodemus diterangkan, syarat untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah ialah dilahirkan kembali dalam air dan Roh. Maksudnya, dibaptis menjadi pengikut Yesus dan membiarkan diri dibawa dan dipimpin oleh kekuatan-kekuatan ilahi sendiri – yakni Roh. Dialah yang bakal menuntun ke Kerajaan Allah. Dengan demikian pelbagai kepastian yang hingga kini dipegang erat-erat juga tidak terasa mengikat lagi.
Karena Nikodemus tidak segera menangkap maksudnya, Yesus menjelaskan hal ini dengan cara yang lebih mudah dipahami, dengan merujuk pada keinginan mencapai hidup kekal. Siapa saja yang memandangi yang datang dari atas sana, yakni Anak Manusia, dan percaya kepadanya akan mendapat hidup kekal. Tentu saja Nikodemus mengerti bahwa Anak Manusia ini ialah Yesus sendiri yang sudah dipercayanya sebagai utusan yang datang dari Allah sendiri. Tapi masih perlu satu langkah penting lagi yakni: memulai hidup baru di dalam Kerajaan Allah. Itulah pokok pembicaraan dengan Nikodemus yang mendahului petikan yang kita dengar hari ini, yakni ay. 16-18.
Bagi banyak orang “kehidupan kekal” itu gagasan yang langsung memberi isi pada paham keselamatan. Setiap orang mendambakannya. Tapi bagaimana dengan “Kerajaan Allah”? Hal itu hanya dikenal di antara para pengikut Yesus! Di luar itu boleh jadi hanya kalangan murid Yohanes Pembaptis sajalah yang pernah mendengarnya. Yesus mengajak orang bersiap-siap menyongsong Kerajaan Allah yang telah datang. Bagi para pengikut-Nya, keinginan yang terdalam tidak berhenti pada gagasan “keselamatan = hidup kekal”, melainkan lebih jauh dan terarah pada “keselamatan = ikutserta dalam Kerajaan Allah” bersama dengan Dia yang mengajarkan mengenai Kerajaan ini.
Hidup kekal dapat dicapai dengan hidup beragama dan menjalankan ajaran agama dengan baik. Tetapi untuk mencapai kesempurnaan dalam arti masuk ke dalam Kerajaan Allah, perlu adanya bimbingan Roh. Begitulah, untuk mendapatkan hidup kekal, Nikodemus sendiri sudah tahu jalannya – sudah diajarkan Musa. Namun, untuk memasuki Kerajaan Allah, dibutuhkan penyerahan diri dan bimbingan Roh.
Pembicaraan dengan Nikodemus itu sebenarnya dapat dijadikan cermin untuk mengamati diri: masih mengarah ke yang biasa, yakni “hidup kekal”, ataukah sudah mulai terbuka ke kesempurnaan dalam “Kerajaan Allah”? Yesus sang utusan ilahi memahami keterbatasan wawasan manusia (Nikodemus) yang bijak dan saleh sebagai ulama besar! Tetapi Yesus tetap mengajak melihat ke arah yang lebih sempurna, yakni memasuki Kerajaan Allah. Warta Injil yang kita dengarkan hari ini sebetulnya berbicara mengenai keterbukaan pada kehidupan kekal sebagai jalan masuk untuk ikut serta di dalam Kerajaan Allah.
Agama menunjukkan jalan mencapai “keselamatan” sehingga orang menemukan arti hidup dalam macam-macam keadaan, baik menyenangkan atau menyedihkan. Agama dan iman membuat orang menemukan diri sebagai makhluk di hadapan Yang Ilahi. Namun dalam pewartaan Yesus, masih ada kelanjutannya, yakni memasuki Kerajaan Allah. Di situ orang belajar mengenali Allah Pencipta sebagai “Bapa”, sebagai yang dekat, sebagai yang menghendaki yang terbaik. Dan yang mengajarkannya ialah Putra-Nya sendiri.
Dengan menerima dan hidup bersatu dengan Tuhan Yesus kita menjadi anak-anak Allah melalui baptisan. Nah, bagi orang Yahudi pada waktu itu, ajaran ini mengejutkan. Mengapa? Ya, mana bisa manusia membayangkan diri diperanakkan Allah! Dan memang inilah kendala warta Yesus. Maka Ia disingkirkan oleh pemuka-pemuka agama Yahudi karena mengajarkan Allah itu Bapa, dan mengakui diri sebagai yang mengenal-Nya dari dekat. Bagi orang-orang saleh waktu itu semua ini terdengar sebagai ‘hujatan dan pelecehan’. Tetapi memang itulah warta Yesus. Ia menawarkan citra yang baru dari Allah. Yang Mahakuasa bisa didekati. Berada di dekat-Nya berarti ikutserta dalam Kerajaan-Nya.
Para murid Yesus yang pertama ialah orang-orang yang berminat akan warta ini walau belum sepenuhnya mengerti. Baru nanti setelah semuanya terpenuhi, yakni setelah Allah yang dipanggil Bapa oleh Yesus itu membangkitkannya dan memberinya hidup baru, dan gagasan bahwa Allah ialah Bapa yang Maharahim baru menjadi nyata bagi mereka. Yesus berani mengorbankan diri demi warta ini. Ia mempertaruhkan diri. Dan Dia benar. Para pengikut Yesus, kita semua, umat beriman, dipanggil ke arah hidup kekal dan lebih jauh lagi, untuk menjadi orang-orang merdeka dari kekuatan yang mengekang, dari rasa waswas dan terancam. Kekuatan yang mengekang itu amat nyata yaitu: ketakadilan, pembodohan, kemiskinan, perkosaan hak-hak azasi, kekerasan. Sadari dan ketahuilah bahwa kebalikan dari itu semua adalah kemerdekaan hidup dalam Kerajaan Allah. Dan orang beriman diajak ikut serta ke sana.***
DOA:
Ya Allah Tritunggal mahakudus, kami percaya Engkau selalu membimbing menuntun kami pada keselamatan. Engkau mendorong kami bukan sekedar tahu, bukan sekedar mengerti akan Kerajaan Allah tetapi Engkau sendirilah yang menuntun membimbing kami untuk masuk dalam Kerajaan Allah itu sehingga kami sungguh-sungguh percaya bahwa Engkaulah Allah Tritunggal yang menyelamatkan kami. Amin.
Semoga saudara sekalian diberkati oleh Allah yang mahakuasa, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT