ROH KUDUS: DAYA UBAH UNTUK BERBUAH – RENUNGAN HARI RAYA PENTAKOSTA, Minggu 28 Mei 2023
RENUNGAN HARI RAYA PENTAKOSTA, Minggu 28 Mei 2023
ROH KUDUS: DAYA UBAH UNTUK BERBUAH
- Minggu, 28 Mei 2023
- Injil Yoh 20:19-23
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
“Salam dan kehadiran Allah di tengah para murid mempunyai kekuatan untuk mengubah ketakutan menjadi sukacita.”
BACAAN INJIL
Setelah Yesus disalibkan, pada malam pertama sesudah hari Sabat berkumpullah murid-murid Yesus di satu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.”
RENUNGAN
Pada hari Raya Pentakosta hari ini kita semua diajak untuk merenungkan Injil Yoh 20:19-23 di mana di dalam wartanya Yesus memberikan Roh Kudus kepada para murid dengan cara meghembusi mereka.
Setelah kematian Yesus, para murid berada dalam kondisi kesedihan dan ketakutan, walaupun telah mendengar bahwa Yesus telah bangkit, seperti yang dikatakan kepada Maria Magdalena, Maria Ibu Yakobus dan Salome dan dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Pada malam hari, ketika para rasul berkumpul dalam ketakutan, Yesus menampakkan diri kepada mereka.Setelah memberikan salam, Yesus mengutus para rasul, memberikan Roh Kudus, dan memberi kuasa untuk mengampuni atau menyatakan bahwa dosa seseorang tetap ada.
Lima abad sebelum Kristus datang, nabi Zakharia menubuatkan “Bunuhlah gembala, sehingga domba-domba akan tercerai berai” (Zak 13:7). Dan pada malam perjamuan terakhir, sebelum menghadapi sengsara-Nya, Kristus mengatakan kepada para murid-Nya bahwa semua akan tergoncang imannya, karena Kristus, Gembala yang baik akan menderita sengsara dan wafat di kayu salib. Memang pada waktu Kristus ditangkap di taman Getsemani para murid lari tunggang langgang. Rasul Petrus dan Rasul Yohanes mencoba untuk mengikuti Kristus, namun akhirnya juga berakhir dengan penyangkalan Rasul Petrus akan Kristus. Ketika Yesus disalibkan, kecuali Rasul Yohanes, rasul-rasul yang lain menghilang dan tidak berani memunculkan diri mereka. Dan ketika Yesus telah bangkit dan menampakkan Diri-Nya kepada para rasul, maka salah satu dari murid-Nya, yaitu Rasul Tomas masih tidak percaya bahwa Dia telah bangkit.
Kristus yang menderita, wafat dan bangkit serta naik ke Sorga adalah merupakan dasar iman Katolik. Tanpa penderitaan dan kematian Kristus, tidak ada kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Sorga. Tanpa Jumat Agung tidak ada Minggu Paskah. Menekankan yang satu dan menghilangkan yang lain tidak memberikan pesan Kristus secara keseluruhan. Tanpa kebangkitan Kristus, maka iman kita akan sia-sia. Inilah sebabnya, Kristus yang bangkit menjadi bagian dari syahadat para rasul. Katekismus Gereja Katolik (KGK, 638-658) memberikan penjelasan tentang kebangkitan Kristus dengan begitu indahnya. KGK 638 menyatakannya sebagai berikut:
“Kami sekarang memberitakan kabar kesukaan kepada kamu, yaitu bahwa janji yang diberikan kepada nenek moyang kita, telah digenapi Allah kepada kita. keturunan mereka, dengan membangkitkan Yesus” (Kis 13:32-33). Kebangkitan Kristus adalah kebenaran, di mana iman kita kepada Kristus mencapai puncaknya: umat Kristen perdana mempercayainya dan menghayatinya sebagai kebenaran sentral; tradisi meneruskannya sebagai sesuatu yang mendasar, dokumen-dokumen Perjanjian Baru membuktikannya; bersama dengan salib ia diwartakan sebagai bagian penting misteri Paska.Kristus telah bangkit dari antara orang-orang mati.Oleh kematian-Nya Ia telah mengalahkan kematian.Ia telah memberi kehidupan kepada orang-orang mati.(Liturgi Bizantin, Troparion pada hari Paska)“
Bagaimana kita dapat mempertanggungjawabkan bahwa Kristus yang memang benar-benar mati kemudian bangkit dari antara orang mati? KGK, 639 menyatakkan bahwa peristiwa kebangkitan Kristus terekam dalam sejarah. Kalau kita telusuri, maka kita akan melihat lebih dari 515 orang telah melihat Kristus yang hidup lagi setelah Dia disalibkan dan sebelum Dia naik ke Sorga: (a) Maria Magdalena; (b) Maria Ibu Yakobus dan Salome; (c) Dua orang dalam perjalanan ke Emaus; (d) Sebelas rasul terdiri dari: Simon Petrus, Sepuluh murid kecuali Tomas, Tomas, Yakobus; (e) Bahkan dikatakan “lebih dari lima ratus saudara sekaligus” (1Kor 15:6)
Mengapa saksi-saksi di atas menjadi penting? Karena banyak dari saksi-saksi itu masih hidup ketika Injil dan surat Rasul Paulus dituliskan. Kalau kebangkitan hanyalah isapan jempol belaka, maka tentu akan banyak keterangan yang menyanggah kesaksian para rasul. Apalagi, pada waktu itu, kekristenan berada dalam tekanan dan banyak yang dibunuh. Alasan yang lain adalah bagaimana melalui para rasul, yang notabene adalah orang-orang yang sederhana, yang kurang berpendidikan, namun pengajaran mereka dapat menyebar ke seluruh dunia. Bagaimana mungkin seluruh dunia dapat dipengaruhi oleh cerita fiksi dari orang-orang yang sederhana? Dan bagaimana mungkin ada begitu banyak orang yang rela mengorbankan nyawanya dan rela dibunuh demi kebenaran Injil?
Sekarang mari kita melihat argument of fittingness, yang berguna bagi kita, umat yang telah percaya akan Kristus. St. Thomas dalam bukunya Summa Theology menjelaskan bahwa ada lima alasan untuk kebangkitan Kristus: 1.Menandai keadilan ilahi. 2.Sebagai pelajaran iman kepada manusia.3. Agar manusia menaruh pengharapan di dalam Kristus. 4.Agar umat Allah berjalan di dalam Kristus. Dikatakan “Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.” (Rom 6:4)5.Untuk menyelesaikan karya keselamatan.
Dikatakan tadi bahwa para murid ketakutan. Mereka ketakutan, walaupun mereka telah mendengar kesaksian dari Maria Magdalena dan juga kesaksian dari dua orang murid yang melakukan perjalanan ke Emaus. Kabar tentang kebangkitan Kristus mungkin telah menyebar ke seluruh pelosok negeri, sehingga di Injil Matius menuliskan bahwa imam-imam kepala mengatakan, “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.“(Mt 28:13) setelah mereka mendengar laporan bahwa Kristus telah bangkit. Dan dalam situasi ini, para murid dapat menjadi sasaran kemarahan imam-imam kepala. Menghindari hal ini, maka para murid bersembunyi dalam ketakutan.
Dalam situasi ketakutan seperti ini, pada sore hari, hari pertama dalam Minggu, ketika mereka berkumpul di suatu tempat dengan pintu-pintu terkunci, datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka sambil memberikan salam “Damai sejahtera bagi kamu!” Keterangan tentang keberadaan mereka di ruangan dengan “pintu-pintu terkunci” menekankan bahwa Yesus datang ke dalam ruangan tanpa mengetuk maupun merusak pintu, namun tiba-tiba datang ke dalam ruangan, yaitu dengan tubuh yang telah dimuliakan. Dan untuk membuktikan bahwa itu adalah Diri-Nya yang telah disalibkan, maka Yesus menunjukkan tangan dan lambung-Nya, yaitu menunjukkan bekas luka karena disalibkan dan ditembus tombak. Salam dan kenyataan yang ada di depan mata para murid yang ketakutan mempunyai kekuatan untuk mengubah ketakutan menjadi sukacita.
Setelah Yesus mengubah ketakutan para murid menjadi sukacita, maka Yesus memberikan tugas kepada mereka. Tugas ini adalah tugas yang sungguh luar biasa besarnya, yang hanya dapat dilaksakan dengan kuasa Roh Kudus dan pemberian kuasa yang begitu besar kepada para murid. Kemudian kita dapat melihat adanya tiga hal yang diperintahkan dan diberikan oleh Kristus kepada para murid:
- Yesus mengutus para rasul. “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Sungguh suatu pernyataan yang membuka mata kita, bahwa Yesus memberikan suatu penugasan kepada para murid, sama seperti Bapa mengutus Yesus. Ini berarti sama seperti Yesus memberikan pengajaran dengan otoritas dari Sorga, maka para murid juga diberikan otoritas untuk mengajar dalam nama-Nya. Sama seperti Kristus menjadi perantara antara Allah Bapa dan manusia, maka para murid berpartisipasi dalam tugas perantaraan ini. Sama seperti Kristus melayani para murid dengan membasuh kaki para murid, maka para murid juga harus melayani umat Allah. Namun, kita harus melihat bahwa tugas perutusan sebagai nabi, imam dan raja tidaklah untuk menyaingi Kristus, namun harus dipandang sebagai partisipasi dalam tiga misi keselamatan Kristus sebagai Nabi, Imam dan Raja.
- Yesus menghembuskan dan memberikan Roh Kudus.Yesus tahu bahwa tidaklah mungkin manusia dapat mengemban tugas sebagai nabi, imam dan raja tanpa adanya Roh Kudus. Roh Kudus inilah yang merupakan buah dari pengorbanan Kristus di kayu salib, yang dimanifestasikan secara penuh pada hari Pentakosta. Roh Kudus yang sama inilah yang membimbing para rasul untuk mewartakan Kristus ke seluruh penjuru dunia. Yesus memberikan Roh Kudus kepada para rasul secara khusus, yaitu dengan menghembusi mereka dan mengatakan, terimalah Roh Kudus.
“Terimalah Roh Kudus”. Mengapa Kristus memberikan Roh Kudus? Bukankah Roh Kudus juga telah dicurahkan kepada mereka pada saat pembaptisan dan juga pada malam perjamuan? Dan Roh Kudus ini juga akan mereka terima secara penuh pada saat peristiwa Pentakosta. “Terimalah Roh Kudus” di ayat ini memberikan satu sisi yang lain, yaitu untuk memberikan pengampunan dosa. Hal ini dipertegas di ayat berikutnya.
- Yesus memberikan kuasa untuk mengampuni dosa.Kita melihat bahwa setelah Yesus mengutus para murid dan memberikan Roh Kudus, maka Yesus memberikan kuasa untuk mengampuni dosa. Yesus mengatakan, “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Menurut saya, sungguh sulit untuk mengartikan ayat ini tanpa mengkaitkannya dengan Sakramen Pengakuan Dosa.
Kalau kita mau jujur dan setia terhadap firman ini (teks), maka kita akan melihat bahwa memang kuasa untuk mengampuni dan menyatakan dosa diberikan kepada para rasul, seperti yang dituliskan “Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” Dan kalau tugas perutusan (ay.21) dan pemberian Roh Kudus (ay.22) diberikan kepada para rasul dan juga penerusnya, maka kuasa mengampuni dosa dan menyatakan dosa juga diberikan kepada penerus para rasul. Dalam Gereja Katolik, penerus para rasul adalah para uskup. Dan karena para uskup ini dibantu oleh para imam, maka kuasa ini juga diberikan kepada para imam. Manifestasi dari kuasa ini adalah Sakramen Pengampunan Dosa atau Sakramen Tobat, yang dapat memberikan pengampunan akan dosa berat dan dosa ringan.***
DOA:
Ya Tuhan Yesus, Engkau berjanji dan memenuhi janji-Mu dengan mengutus Roh Kudus, Roh Penghibur yang lain untuk menuntun dan membimbing kami pada jalan keselamatan. Semoga dengan peristiwa hari turunnya Roh Kudus yang kami rayakan hari ini, kami selalu diingatkan untuk mau mengikuti ajaran dan perintah-Mu.
Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT