TUHAN MENINGGALKAN MURIDNYA? MANA RELA!!! RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH VI, Minggu 14 Mei 2023

TUHAN MENINGGALKAN MURIDNYA? MANA RELA!!! RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH VI, Minggu 14 Mei 2023

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH VI, Minggu 14 Mei 2023

TUHAN MENINGGALKAN MURIDNYA? MANA RELA!

 

  • Minggu, 14 Mei 2023
  • Injil Yoh 14:15-21
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

“Yesus meninggalkan muridNya bagaikan anak yatim-piatu? Mana rela! Makanya, Ia mengutus Roh Kudus sebagai penolong yang mengasihi dan menyertai.” 

Pada perjamuan malam terakhir, Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu. Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu. Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku lagi, tetapi kamu melihat Aku, sebab Aku hidup dan kamupun akan hidup. Pada waktu itulah kamu akan tahu, bahwa Aku di dalam Bapa-Ku dan kamu di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”

 

RENUNGAN:

Saudara-saudari yang terkasih, dari warta Injil yang kita dengar tadi tergambar jelas bahwa Yesus memahami situasi dan kondisi yang akan dihadapi para murid-Nya setelah Dia pergi ke rumah Bapa untuk mempersiapkan tempat bagi mereka. Situasiini tidak akan mudah bagi para murid, setelah selama tiga tahun Yesus begitu nyata dilihat oleh mereka. Tak heran bila para murid merasa gelisah.

Sebab itu,Saudara-saudari yang terkasih, Ia tidak akan meninggalkan mereka begitu saja, bagaikan anak-anak yatim piatu. Apalagi mereka akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan, bahkan yang lebih besar. Itu sebabnya Yesus meminta kepada Bapa agar mengirimkan Penolong, yaitu Roh Kebenaran. Roh itu akan menyertai orang-orang yang mengasihi Dia, yaitu yang menaati perintah-Nya. Sepeninggal Yesus, Roh Kebenaran itulah yang akan mengajar para murid dan mengingatkan mereka tentang apa yang sudah diajarkan Yesus, Guru mereka.

 

Selain itu, Saudara-saudari yang terkasih, pada ayat-ayat berikutnya yg tidak diperdengarkan dalam warta tadi, Yesus juga akan meninggalkan damai sejahtera-Nya bagi murid-murid-Nya (27). Damai sejahtera yang dimaksud bukan merupakan jaminan bahwa murid-murid-Nya tidak akan mengalami badai kehidupan, melainkan sebuah janji bahwa ada kuasa dan damai sejahtera untuk melalui badai itu.

Saudara-saudari yang terkasih, dengan Roh Kudus dan damai sejahtera yang akan hadir di dalam diri setiap murid Yesus, seharusnya murid-murid bersukacita atas kepergian Yesus ke rumah Bapa, karena itulah bukti kasih mereka kepada Dia (28). Dan bukti lain bahwa mereka mengasihi Dia adalah dengan taat kepada-Nya. Bila seorang murid menyatakan bahwa ia mengasihi Yesus maka ia tentu menaati perintah-perintah Yesus. Atau bisa juga dikatakan sebaliknya, ketaatan seseorang pada Yesus merupakan tanda bahwa orang itu mengasihi Dia.

Nah, Saudara-saudari yang terkasih, kitasebagai murid-murid Yesus di masa kini, memang tidak pernah melihat Yesus secara fisik. Namun kehadiran Roh Kudus dan damai sejahtera yang melingkupi kita merupakan bukti bahwa suatu saat kelak kita akan bersama-sama Yesus di rumah Bapa. Dan sementara menantikan waktu itu tiba, marilah kita memperlihatkan kehadiran Kristus di dalam hidup kita dengan ketaatan kita kepada firman-Nya.

Saudara-saudari yang terkasih, tentu saja warta Injil pada hari ini mengingatkan kita akan janji Tuhan Yesus itu. Tuhan Yesus menghendaki agar kita bertumbuh dalam kasih dan menuruti segala perintah-Nya, agar kelak kita dapat sampai kepada kehidupan kekal di Surga. Namun, Tuhan mengetahui bahwa akan sangat sulit bagi kita untuk melakukan kehendak-Nya itu, jika Ia sendiri tidak memampukan kita. Bukankah cukup sulit bagi kita untuk berbuat yang benar dan jujur, jika orang-orang di sekitar kita mencemooh kita? Bukankah tak mudah bagi kita untuk terus mengasihi dan mengampuni?  Memang, jika kita mengandalkan kekuatan sendiri, akan mustahil bagi kita untuk melaksanakan perintah Tuhan.

Itulah sebabnya, Saudara-saudari yang terkasih, Tuhan Yesus memberikan Roh Kudus yang adalah Roh Kebenaran dan Kasih itu, untuk memampukan kita. Ini seumpama orang tua yang memberikan kemampuan dan modal yang cukup kepada anak-anaknya, agar mereka dapat melakukan usaha dengan baik. Atau, seumpama guru yang meneruskan seluruh ilmu dan kemampuannya kepada anak-anak didiknya. Sekarang tergantung kepada tanggapan anak-anak itu sendiri: sejauh mana mereka mau menggunakan kemampuan dan modal yang sudah diberikan oleh orang tua dan guru mereka itu agar sukses dalam usaha dan studi mereka.

Sungguh, Saudara-saudari yang terkasih, Tuhan Yesus telah melakukan sesuatu yang jauh melampaui apa yang diberikan oleh orang tua dan guru yang baik itu. Kristus telah memberikan segala-galanya kepada kita semua para murid-Nya. Setelah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita, Ia tidak meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Ia selalu menyertai kita dengan Roh Kudus-Nya sendiri yang berdiam di dalam kita (Yoh 14:17). Betapa kita perlu meresapkan perkataan ini. Bukankah bagi orang yang saling mengasihi, hal yang terpenting adalah kebersamaan dengan orang yang dikasihi? Allah telah melakukannya untuk kita! Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa secara khusus, melalui sakramen- sakramen Gereja kita menerima kuasa Roh Kudus yang tetap hidup dan menghidupkan kita sebagai murid-murid Kristus (lih. KGK 1116). Melalui sakramen- sakramen itulah, kita menerima kepenuhan hidup di dalam Yesus; dan oleh kuasa Roh Kudus-Nya kita dibimbing kepada seluruh kebenaran yang dijanjikan oleh Kristus itu (lih. KGK 1117).

Saudara-saudari yang terkasih, Pada tahun 2014 yang lalu kita membaca berita, bahwa Ulf Ekman, seorang pendeta dari jemaat Word of Life di Uppsala, Swedia, yang mendirikan sekolah Alkitab terbesar di Skandinavia, memutuskan dan diterima dalam Gereja katolik menjadi Katolik. Untuk diketahui saja bahwa sekolah yang didirikan Ulf Ekman itusangat berperan dalam mendirikan lebih dari 1000 gereja di Rusia. Tentu pergumulan yang dilalui Ekman dan istrinya sebelum memutuskan hal ini, tidaklah kecil. Mereka siap menerima segala konsekuensi dari keputusan mereka, termasuk menjelaskannya kepada sekitar 3,300 orang jemaat yang dipimpinnya selama 30 tahun; dan bahwa dengan menjadi Katolik, Ekman tidak lagi dapat menerima apa-apa yang tadinya menjadi haknya semasa menjadi pendeta di denominasi tersebut.

Namun,saudara-saudari yang terkasih, semua ini mereka tempuh, sebab mereka merindukan kepenuhan janji Tuhan yang mereka sadari ada dalam Gereja Katolik. Kehidupan sakramen, kesatuan dan otoritas kepemimpinan Gereja, itulah yang mendorong Ekman dan istrinya untuk bergabung dalam Gereja Katolik. Mereka rindu untuk menerima kepenuhan pertolongan rahmat Tuhan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang murid Kristus. Telah bertahun-tahun lamanya mereka membawa pergumulan ini dalam doa-doa dan permenungan akan firman Tuhan, dan baru pada tahun inilah mereka mewujudkannya. “Saya memerlukan, kita semua memerlukan, apa yang Tuhan sudah berikan kepada Gereja Katolik untuk hidup sepenuhnya sebagai umat Kristen. Itulah sebabnya, mengapa kami mau menjadi Katolik”, demikian ujar Ekman.

Saudara-saudari yang terkasih, semoga kisah singkat seorang Ulf Ekman, dapat membuka mata hati kita, untuk semakin menghargai kepenuhan sarana keselamatan yang Tuhan sudah berikan di dalam Gereja Katolik, yang melaluinya Allah berdiam dan tinggal di dalam kita. Roh Kudus, Sang Penolong itu, telah diberikan Allah dalam Gereja-Nya, untuk membantu kita hidup dalam kebenaran dan kasih. Kini pertanyaannya adalah: sudahkah kita menyadarinya, merindukannya dan menghargainya?

Saudara-saudari yang terkasih, Minggu yang lalu kita mendengar warta Injil Yoh 14:1-14, perikop sebelum yang tadi kita dengar bersama. Di situ disampaikan bagaimana Yesus membesarkan hati para murid.Mereka diajak tetap berteguh pada jalan yang benar yang memberi hidup. Keteguhan inilah yang menumbuhkan iman.

Saudara-saudari yang terkasih, Hari ini kita dengar bagian kedua dari wejangan-wejangan itu. Gagasan pokoknya berkisar pada mengasihi. Memang keteguhan iman baru utuh bila ada kasih. Warta Injil ini memberi pendalaman di seputar apa itu “kasih” dalam hubungan dengan keteguhan mempercayai Yesus tadi. Wejangan ini memuat ajaran seorang tokoh spiritual – dalam hal ini Yesus – bagi para murid yang sedang menghadapi saat-saat sulit.

Saudara-saudari yang terkasih, seperti yang kita dengar tadi dikatakan bahwa, “Jikalau kamu mengasihi aku, kamu akan menuruti perintah-perintahku.”Tentu saja kita akan bertanya perintah-perintah mana yang dimaksud. Secara ringkasyang dimaksudkan adalah bahwa dengan mengasihi Yesus akan membuat orang dapat mengenal perintah-perintahnya dan menurutinya. Jadi mengasihinya menjadi jaminan agar dapat memperhatikan perintah-perintahnya.

Maka, Saudara-saudari yang terkasih, siapa saja yang memegang dan menuruti perintah-perintahnya, dia itulah yang juga nyata-nyata mengasihinya. Oleh karena itu ia akan dikasihi Bapa dan Yesus sendiri.“Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”

Sehingga  “mengasihi” Yesus di sini dalam arti mengakui kebesarannya dan meluangkan tempat bagi dia dlam kehidupan ini, setia kepadanya. Ini dari sisi murid. Lalu bagaimana dari sisi sang guru? Dikasihi oleh guru berarti menerima perlindungan darinya. Latar belakang ungkapan “mengasihi” ini ialah kehidupan umat Perjanjian Lama. Para murid itu dipilih, dikasihi, dilindungi, dipedulikan Allah, tapi sekaligus mereka diharapkan tetap setia dan memberi tempat pada-Nya… Jadi mengasihi dalam pengertian itulah menjadi dasar bagi “menuruti perintah-perintah” dan termasuk perintah-perintah yang lain yang bersumber dari kasih itu.

Saudara-saudari yang terkasih, Dalam Yoh 14:16-17 “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia. Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.” – Namun ditegaskan selanjutnya bahwa para murid mengenal Dia sebab ia menyertai mereka dan akan tinggal di dalam diri mereka.

Maka situasi dunia yang seperti itu,Saudara-saudari yang terkasih, disodorkan kepada murid bukan untuk mengecam dunia dan menghukumnya, melainkan agar mengasihaninya dan mencarikan jalan bagi yang ada dalam kegelapan. Dalam upaya inilah murid-murid akan dikuatkan oleh dampingan Roh Kebenaran dan bimbingan sang Penolong sendiri.

Jadi, Saudara-saudari yang terkasih, Sang Penolong datang itu bukan untuk menjamin rasa aman sendiri, melainkan agar diamalkan demi kembalinya dunia kepada terang. Jadi ada pengutusan dan perutusan yang besar bagi para murid. Menurut penginjil Yohanes, para murid itu bahkan jadi tempat tinggal Roh Kebenaran. Lalu sekarang, kita semua murid Kristus hendaknya menjalankan tugas perutusan Yesus karena kita mengasihi Dia dan mewartakannya kepada semua orang supaya mereka semua dapat menikmati damai-Nya atas dasar kasih Kristus. ***

DOA:

Ya Tuhan Yesus Kristus, Engkau akan ada dan tetap selalu hadir dalam diri kami melalui Roh Kudus-Mu, yang tak lain Sang Penolong yang diutus oleh Bapa untuk memimpin, menerangi jalan kepada keselamatan. Kami mengucapkan syukur dan terimakasih atas pertolongan-Mu ini. Terpujilah Engkau kini dan selamanya. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *