Deprecated: Array and string offset access syntax with curly braces is deprecated in /home/scjori3/public_html/wp-content/themes/porto/porto/inc/functions/general.php on line 178
RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH IV MINGGU PANGGILAN, Minggu 30 April 2023 – Rumah Dehonian

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH IV MINGGU PANGGILAN, Minggu 30 April 2023

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH IV MINGGU PANGGILAN, Minggu 30 April 2023

RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH IV MINGGU PANGGILAN, Minggu 30 April 2023

MENGENALI SUARA SANG GEMBALA BAIK

 

  • Minggu, 30 April 2023
  • Injil Yoh 10:1-10
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

“Ada banyak suara di sekeliling kita, kita perlu mengenali suara Kristus, yang secara terus menerus disampaikan kepada kita melalui pengajaran. Ia telah mengatur segalanya sehingga akan selalu ada orang-orang yang membimbing dan memimpin kita, untuk mengingatkan kita secara terus menerus akan jalan kita.”

Bacaan Injil

Sekali peristiwa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok; tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya. Tetapi seorang asing pasti tidak mereka ikuti, malah mereka lari dari padanya, karena suara orang-orang asing tidak mereka kenal.” Itulah yang dikatakan Yesus dalam perumpamaan kepada mereka, tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka. Maka kata Yesus sekali lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok, dan domba-domba itu tidak mendengarkan mereka. Akulah pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat dan ia akan masuk dan keluar dan menemukan padang rumput. Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”

Renungan

Pada hari minggu panggilan ini, saya mengajak saudara untuk merenungkan pesan warta Injil tentang Perumpamaan Yesus sebagai Pintu dan Gembala yang baik. Pada awal warta tadi diungkapkan bahwamasuk melalui pintu menjadi tolok ukur gembala yang baik.Ketahuilah bahwa kawanan domba dapat diganggu dengan cara yang halus dari dalam, ataupun dengan cara yang kasar melalui kekuasaan yang disalahgunakan.

Sejarah Gereja menunjukkan bahwa si Jahat dapat menggunakan kedua cara ini: kadang-kadang masuk dalam tubuh Gereja dengan cara halus dan rahasia untuk mengacaukan dari dalam; namun kadang ia masuk dari luar, dengan cara terang-terangan dan kasar. Pintu hanya terbuka bagi para gembala domba, sedangkan yang tidak masuk melalui pintu disebut sebagai pencuri dan perampok. Santo Josemaria Escriva mengatakan,“Siapakah gembala yang baik? Ia yang masuk melalui pintu, yaitu pintu kesetiaan kepada ajaran Gereja…. ”

Maka dapatkah kita mengenali gangguan si Jahat ini dalam Gereja, yang bahkan terjadi di masa sekarang ini? Gangguan yang kasar dari luar mungkin lebih jelas di mata kita, seperti kekerasan/ penganiayaan yang dilakukan oleh pihak luar kepada Gereja. Namun yang tak kalah memprihatinkan adalah gangguan yang masuk di dalam tubuh Gereja secara perlahan-lahan, misalnya adalah ajaran atau paham tentang (misal) New Age; di mana tanpa disadari mulai banyak mempengaruhi umat Katolik. Sudahkah kita waspada dan menjaga iman kita dan keluarga kita agar jangan terpengaruh olehnya? Sudahkah kita menyadari bahwa gembala yang benar adalah yang masuk melalui pintu yaitu Kristus?

https://youtu.be/rmo25GLKqmQ

 

Kemudian dikatakan bahwa Gembala yang baik mengenal domba- dombanya dan mereka mengikuti dia. Di saat itu adalah umum bahwa jika pada waktu malam kawanan domba dikumpulkan menjadi satu kawanan, dan mereka akan dijaga semalaman oleh penjaga malam. Lalu pada waktu dini hari, para gembala akan kembali dan membuka kawanan dan setiap gembala akan memanggil tiap- tiap dombanya, yang akan mengenali suara gembalanya dan mengikutinya. Domba- domba ini mengenali suara gembalanya karena sang gembala biasanya memanggil nama mereka untuk mencegah mereka terpisah dari kawanan; dan sang gembala akan memimpin mereka ke padang rumput.

Tuhan menggunakan gambaran ini untuk mengajarkan kebenaran ilahi ini: Karena ada banyak suara di sekeliling kita, kita perlu mengenali suara Kristus, yang secara terus menerus disampaikan kepada kita melalui pengajaran Magisterium Gereja. Selanjutnya, kita perlu menaatinya, jika kita ingin memenuhi kebutuhan jiwa kita. Santo Josemaria Escriva kembali mengatakan “Kristus telah memberikan kepada Gereja-Nya kepastian di dalam ajaran dan sumber air rahmat di dalam sakramen-sakramen. Ia telah mengatur segalanya sehingga akan selalu ada orang-orang yang membimbing dan memimpin kita, untuk mengingatkan kita secara terus menerus akan jalan kita.”

Belajar dari kisah domba- domba ini yang mengenali suara gembalanya: apakah kita sudah mengenali suara Kristus Gembala utama kita? Apakah kita mau taat kepada suara para gembala, yaitu para imam, uskup dan Paus yang diberi kuasa oleh Tuhan Yesus untuk mengajar kita? Apakah kita sudah mengenali pengajaran mereka sebagai pengajaran Tuhan sendiri? Apakah kita menghargai sakramen- sakramen? Dan dengan tulus hati mempersiapkan diri untuk menerimanya dengan sikap batin dan sikap tubuh yang layak?

Setelah Yesus bicara tentang perumpamaan lalu dinyatakan “tetapi mereka tidak mengerti apa maksudnya Ia berkata demikian kepada mereka”.   Dengan kata lain mau dikatakan bahwa mereka tidak memahami ajaran Yesus yang disampaikan dengan perumpamaan itu. Lalu di sini, Kristus mengembangkan dan menginterpretasikan gambaran gembala dan kawanan untuk meyakinkan bahwa setiap orang yang mempunyai sikap batin yang baik dapat memahami artinya. Tetapi orang Yahudi gagal untuk memahaminya – seperti terjadi juga ketika Yesus mengajar tentang Ekaristi/ sang Roti hidup yang turun dari surga dan ketika ia berbicara tentang “air hidup”, atau ketika Ia membangkitkan Lazarus dari mati.

Adakah halangan di batin kita untuk menerima ajaran Kristus? Apakah kita juga seperti orang Farisi, yang menutup diri terhadap ajaran Kristus dan ajaran Gereja, sementara dengan teguh memegang interpretasi sendiri tentang suatu ajaran tertentu? Bagaimana penghayatan kita akan pengajaran Yesus tentang Ekaristi- Roti Hidup yang dapat kita terima setiap hari? Nampaknya kita perlu mempunyai keterbukaan hati dan kerendahan hati untuk belajar memahami apa yang disampaikan oleh Tuhan Yesus melalui Gereja-Nya. Jika kita berkeras mempertahankan pendapat pribadi, bukankah kita menjadi seperti orang Yahudi, yang gagal memahami ajaran Yesus karena mendahulukan pemahaman sendiri, yang berbeda dengan yang Yesus sampaikan?

Setelah Yesus menjabarkan tentang Gereja-Nya di masa datang melalui gambaran kawanan domba, Kristus memperluas perumpamaan ini dan menyebut diri-Nya sebagai “pintu ke domba- domba itu”. Artinya, baik para gembala maupun domba yang masuk ke dalam kawanan harus melalui pintu itu; yaitu Kristus. Jika Tuhan mempercayakan tugas penggembalaan yang sederhana kepada kita: misalnya sebagai orang tua dalam membina iman anak- anak kita; atau sebagai pelayan umat dalam paroki atau lingkungan, kita perlu mengusahakan tujuan ini: yaitu agar orang- orang yang dipercayakan Tuhan kepada kita, dapat mengenal dan mengasihi Kristus. Kristuslah yang harus menjadi yang utama, Dia semakin besar, dan kita semakin kecil (Yoh 3:30). Sudahkah kita bersikap demikian?

Dikatakan tadi bahwa mereka yang datang sebelum Yesusadalah pencuri dan perampok. Tentu saja perkataan Yesus yang keras tentang mereka yang datang sebelum Dia, tidak ditujukan kepada Musa atau para nabi, atau kepada Yohanes Pembaptis, sebab mereka mewartakan Mesias yang akan datang dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Di sini Kristus mengacu kepada para nabi palsu dan penipu, di antaranya beberapa pengajar Hukum Taurat, yang adalah orang- orang buta dan pembimbing yang buta yang menghalangi jalan orang- orang kepada Kristus, seperti telah terjadi sesaat sebelumnya, ketika para pengajar itu menghalangi orang-orang untuk percaya kepada Yesus, ketika Ia menyembuhkan orang yang dilahirkan buta. Kelihatannya hal ini sungguhmengacu kepada para gembala palsu yang ada pada saat itu yaitu para orang Farisi dan Saduki.

Dalam kehidupan sehari- hari, terutama bagi kita sering datang ke gereja, berdoa menerima sakramen, kita dipanggil untuk menjadi saksi iman yang hidup, yang bertingkah laku sesuai dengan iman kita. Apalagi bagi mereka yang dipercaya untuk mengajar di gereja, atau dikenal sebagai seseorang yang ‘melayani’ Tuhan, maka renungan ini menjadi sangat relevan: apakah aku sudah mengambil bagian dalam tugas penggembalaan Kristus dengan baik, ataukah belum? Sebab jangan sampai kita bersikap seperti orang- orang Farisi yang perbuatannya tidak sesuai dengan perkataan/ ajaran yang keluar dari mulut kita.

Kemudian ketika Yesus menyatakan diri-Nya sebagai pintu yang aman bagi semua yang masuk melalui Dia, Ia bermaksud pertama- tama sebagai pintu bagi gembala, namun demikian,  Ia juga adalah pintu bagi domba- domba yang melalui-Nya mereka masuk dan keluar untuk menemukan padang rumput.Adalah wajar jika dalam rangka mengambil bagian dalam tugas sang pemimpin, sang bawahan mengikuti ketentuan dan perintah atasannya. Maka semua orang yang turut mengambil bagian di dalam tugas penggembalaan Kristus selayaknya mengindahkan ajaran Kristus yang dinyatakan melalui Magisterium, dan bukan semata- mata atas pemahamannya sendiri.

AkhirnyaYesus datang untuk memberikan hidup dalam kelimpahan.Jika maksud para pencuri adalah merusak, maksud Yesus adalah memberikan hidup, yaitu hidup kekal. Ia datang kepada domba-dombanya supaya mereka memperoleh hidup dan mempunyainya di dalam kelimpahannya: yaitu rahmat, kemuliaan dan kebangkitan dari kematian.

Ada banyak orang keliru dalam menginterpretasikan ‘hidup dalam segala kelimpahan’ yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus di sini. Mereka menyangka bahwa Tuhan Yesus menjanjikan kelimpahan materi. Seolah-olah jika seseorang sudah mengimani Kristus pasti dapat berkelimpahan harta, atau sebaliknya, jika ia belum berkelimpahan harta artinya ia belum sungguh hidup di dalam Yesus. Namun Sabda Tuhan menunjukkan bahwa bukan kelimpahan harta jasmani yang dijanjikan oleh Yesus, melainkan hidup yang kekal.

Yang dijanjikan-Nya adalah Ia, sebagai Sang Roti Hidup, akan hadir dan menyertai kita dalam Ekaristi; dan dengan menyambut Ekaristi kita menyambut Kristus sendiri. Adakah yang lebih berharga dari Kristus sendiri yang kita sambut? Dan dengan menyambut Dia yang adalah Sang Hidup, kita memperoleh hidup ilahi di dalam Kristus yang menghantar kita kepada hidup yang kekal. Dengan menyambut Kristus kita akan diubah sedikit demi sedikit untuk menjadi semakin menyerupai Dia: semakin beriman, semakin berpengharapan dan semakin dapat mengasihi dengan tulus.

Dengan sifat- sifat inilah kita dimampukan oleh Allah untuk menghadapi pergumulan hidup; dan kita sungguh dapat hidup di dalam Tuhan dan bersama Tuhan. Dalam keadaan ini kita dapat melihat berkat- berkat Tuhan yang terus menyertai, walaupun kita berada dalam keadaan yang paling sulit sekalipun. Inilah hidup sejati di dalam Tuhan yang menghantar kita kepada kehidupan kekal di surga kelak.***

 

DOA:

Ya Tuhan Yesus, Engkau sungguh gembala yang baik dan kami adalah domba-domba-Mu. Kami sungguh percaya akan sabda-Mu dan berusaha untuk taat menjalankan perintah-Mu. Semoga Engkau sudi selalu mencurahkan roh kekuatan-Mu sehingga kami dimampukan untuk hidup sebagai domba-domba yang setia. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *