BERJALAN DALAM BIMBINGAN TUHAN RENUNGAN MINGGU PASKAH III 23 April 2023
RENUNGAN HARI MINGGU PASKAH III, Minggu 23 April 2023
BERJALAN DALAM BIMBINGAN TUHAN
- Minggu, 23 April 2023
- Injil Luk 24:13-35
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
“Sadarilah bahwa lari dari masalah bukanlah solusi, apalagi sebagai orang beriman jika meninggalkan persekutuan dalam Gereja, ketahuilah hal itu hanya akan membuat kita semakin tersesat.”
Perjalanan kedua orang murid menuju Emaus ternyata tidaklah membosankan, walaupun mereka sedang dilingkupi perasaan kecewa, sedih dan bingung. Sebab ada Orang yang menemani dan sedikit demi sedikit Orang itu meluruskan tentang kesimpang-siuran berita yang mereka terima. Karena ketertarikan mereka pada penjelasan Orang itu sampai mereka akhirnya meminta Orang itu untuk tinggal bermalam bersama mereka. Sebab tempat yang mereka tuju telah mau sampai sementara Orang itu masih harus melanjutkan perjalananNya.
Kebersamaan mereka pada malam itu telah membuka mata mereka untuk mengenali siapa Orang yang bersama mereka selama perjalanan. Bahwa Dia adalah Yesus orang Nazaret yang mereka ceritakan itu, bahwa ternyata berita yang mereka dengar adalah benar bahwa Yesus telah bangkit dan hidup. Yesus tidak mengatakan kepada mereka tentang siapa sebenarnya diriNya. Namun demikian, kedua orang itu akhirnya dapat mengenali Yesus dengan caraNya memecah-mecahkan roti dan mengucapkan berkat. Di sini akhirnya mereka tersadar akan perasaan mereka dan pengajaran Yesus selama perjalanan.
Menjadi pengikut Yesus, tidak harus seperti para rasul di mana mereka melihat bekas paku di tangan Yesus atau Dia harus memperkenalkan diriNya pada kita dan mengatakan “Ini Aku Yesus!”. Seperti dua murid Emaus tadi yang akhirnya mereka mengenali Yesus tanpa harus berbuat yang hebat, hanya dengan mendengar penjelasan-Nya. Di sini, Yesus membuka mata hati mereka untuk mengenali diri-Nya bahwa Dia adalah Yesus yang telah bangkit.
Dari percakapan yang terjadi dalam perjalanan menuju Emaus ini, Tuhan Yesus rupanya telah memberikan kita suatu pengajaran yang berharga, bahwa Dia adalah penggenapan dari semua yang tertulis dalam kitab suci. Maka segala tulisan yang terdapat dalam Kita Suci adalah penjelasan yang utuh untuk mengetahui tentang Tuhan dalam kehidupan ini. Sehingga baiklah kiranya kita dengan tetap tekun membaca dan merenungkan firman Tuhan, sehingga kita semakin dikuatkan untuk mengerti segala kehendakNya dalam kehidupan ini.
Mengapa kita memerlukan Kitab Suci? Jika kita hidup hanya mau mengandalkan diri sendiri tentu tak perlu kita membaca Firman Tuhan. Namun pengikut Yesus (orang beriman) membutuhkan Kitab Suci dalam kehidupannya sebagai makanan rohani, sebagaimana Yesus mengatakan “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (Matius 5:6). Kita harus suka membaca Kita Suci, walaupun kita merasa sulit untuk memahaminya. Ingatlah bahwa kita akan berusaha untuk memahaminya jika kita memang sedang haus dan lapar akan kebenaran.
Sadarilah bahwa Firman Tuhan adalah kebutuhan pokok kita, Firman itu yang akan selalu mengingatkan, menegur, menuntun, mendidik kita (2 Timoteus 3:16) dan yang akan memperbaharui kehidupan kita setiap saat ke arah yang lebih baik. Dan yang terpenting kita ketahui bahwa percakapan kedua murid Emaus tadi dengan Yesus mengingatkan kita pada kitab Yohanes 1: 1 bahwa “Firman itu adalah Allah”. Jika kita mendalami ayat ini, maka kita akan menemukan jawaban mengapa Kitab Suci itu sangat berharga dalam kehidupan kita.
Kita tidak mengetahui apa maksud kedua murid Yesus ini pergi ke Emaus, namun yang pasti mereka telah pergi meninggalkan para murid Yesus yang lainnya di Yerusalem. Kepergian mereka dilingkupi oleh perasaan kecewa, kesedihan dan berita yang simpang siur. Maka tidak heran jika Yesus menegur mereka “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu….”. Sadarilah bahwa lari dari masalah bukanlah solusi, apalagi sebagai orang beriman jika meninggalkan persekutuan dalam Gereja, ketahuilah hal itu hanya akan membuat kita semakin tersesat.
Sebenarnya kita diingatkan melalui peristiwa ini, jangan sekali-kali meninggalkan persekutuan kita dalam gereja karena permasalahan dan pergumulan yang kita hadapi. Walaupun pergumulan kita tidak kunjung berakhir, bukan artinya Tuhan itu tidak berbuat atas hidup kita. Namun sebaliknya kita hendaknya semakin giat dalam persekutuan. Sebab dalam persekutuan umat dengan Tuhan akan memberikan kita kekuatan, hikmat dan penyertaan Tuhan.
Perjalanan kedua murid Yesus ini telah memberikan kita juga pelajaran yang sangat berharga, bahwa sesungguhnya walaupun mereka pada awalnya tidak mengenali siapa Orang yang bersama dengan mereka itu, demikianlah dalam perjalanan kehidupan yang kita lalui. Kita menjalani kehidupan ini, Tuhan tidak pernah tampak di mata kita, namun dalam iman percayalah akan Dia itu Allah yang selalu hadir dan yang setia mengajar dan membimbing hidup kita.
Semakin lama kita menjadi pengikut Yesus seharusnya membuat hati kita semakin dekat denganNya. Ketertarikan kita kepada Yesus akan mengundang Yesus untuk hadir dalam setiap perjalanan kehidupan kita. Dalam perkerjaan, keluarga dan apapun yang sedang terjadi dalam kehidupan ini, kita akan “mendesak Yesus hadir”. Namun sebagai umat Kristen Katolik yang perlu kita ingat adalah Tuhan Yesus sendiri selalu ada dan hadir dalam Ekaristi. Kita selalu diundang oleh-Nya. Maka dari itu marilah kita senantiasa merindukan dan memuaskan diri dengan merayakan Misa Kudus, menyambut Tubuh dan Darah Kristus yang Dia sendiri. Inilah sumber dan puncak hidup kita sebagai Katolik.
DOA:
Ya Tuhan Yesus, kami senantiasa berterimakasih dan bersyukur atas penyertaan-Mu dalam hidup kami. Engkau yang selalu menyertai dan mendampingi hidup kami di dunia ini sehingga kami merasa selalu berbagia dan bersukacita dalam kasih-Mu yang menyelamatkan. Amin.
Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, (+) Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT