RENUNGAN HARI MINGGU PRAPASKAH III, Minggu 12 Maret 2023
RENUNGAN HARI MINGGU PRAPASKAH III, Minggu 12 Maret 2023
KRISTUS, AIR KEHIDUPAN
- Minggu, 12 Maret 2023
- Injil Yoh 4:5-42
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
“Percakapan dengan Yesus membuka jati diri perempuan itu. Apakah kita telah mengalami perjumpaan dengan Yesus, yang mengantar kita kepada pertobatan dan mengantar kita kepada seluruh kebenaran?”
Dalam minggu ke-tiga dalam masa Prapaskah ini, Injil Yohanes sepertinya ingin menampilkan dimensi kemanusiaan Yesus, ketika Dia mengatakan, “Berilah Aku minum” (lih. Yoh 4:7). Namun, St. Agustinus mengartikannya dengan lebih dalam, bahwa Yesus haus akan jiwa-jiwa yang ingin diselamatkan-Nya. Dan seseorang memperoleh keselamatan jiwanya, hanya jika ia menerima Air kehidupan, yaitu Yesus sendiri, karena hanya di dalam Yesus ada Kehidupan kekal (lih. Yoh 14:6). Kelihatannya, ini adalah barter/ pertukaran yang sungguh menguntungkan kita, karena kita hanya memberikan ‘segelas air’ atau diri kita sendiri dan Yesus akan memberikan kehidupan kekal, yaitu dengan memberikan Diri-Nya. Namun, di bacaan minggu ini, hal yang menguntungkan ini adalah suatu tawaran yang nyata, karena Kristus benar-benar mencari jiwa tanpa lelah di dalam setiap kesempatan. Dia datang kepada manusia dan kepada masing-masing dari kita, memohon agar kita semua mau menerima tawaran air kehidupan – yaitu tawaran keselamatan – , sehingga kita manusia dapat memperoleh apa yang menjadi kehendak-Nya, yaitu kebahagiaan dan sukacita di dunia dan kebahagiaan abadi di Sorga.
Paus Benediktus XVI dalam pesan surat gembala Prapaskah kepausan 2011 menuliskan “Hari Minggu Ketiga menampilkan bagi kita di dalam liturginya Yesus yang mengajukan permintaan kepada Wanita Samaria: “Berilah Aku minum” (Yoh, 4:7). Sabda Tuhan itu mengungkapkan bela-rasa Allah terhadap manusia, baik laki-laki maupun perempuan, dan mampu membangkitkan di dalam hati kita kerinduan akan anugerah “mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 4:14). Inilah anugerah Roh Kudus yang akan mengubah orang-orang kristiani menjadi “penyembah-penyembah yang sejati”, yang mampu berdoa kepada Bapa “dalam roh dan kebenaran” (Yoh. 4:23). Hanya air inilah yang mampu memadamkan kehausan kita akan kebaikan, kebenaran dan keindahan, Hanya air inilah, yang dianugerahkan Putra kepada kita, dapat menyirami gurun gersang jiwa kita “yang tidak akan bisa tenang sebelum menemukan Allah”, sebagaimana kata-kata kesohor St. Agustinus itu mengungkapkannya.” Mari, kita bersama-sama menimba Sabda Allah bersama-sama, sehingga kita dapat disegarkan kembali oleh Air Kehidupan dan minum tanpa henti dari Sumber Air Kehidupan.
Kalau kita membaca perikop ini secara teliti atau mendengar warta ini dengan seksama, (terutama versi panjang), maka kita akan melihat adanya tahapan dalam mengenal Yesus, dari tahap perkenalan sampai tahap menjadi pewarta. Perempuan Samaria itu mengenali Yesus sebagai salah satu dari umat Yahudi. Semakin lama, percakapan dengan Yesus membuka jati diri perempuan itu, yaitu seorang pendosa, yang pada akhirnya membuka satu kebenaran yang baru – yaitu Yesus adalah seorang nabi.
Kesadaran akan dosa ini menjadi elemen penting sebelum masuk ke tahap yang lebih mendalam dengan Yesus, karena persahabatan yang lebih dalam dengan Yesus menuntut hal atau nilai (value) yang sama. Kalau Tuhan adalah kudus dan tidak berdosa, maka satu-satunya yang memisahkan manusia dengan Tuhan adalah dosa. Jadi, kalau manusia ingin berteman dengan Tuhan, hanya ada satu cara, yaitu meninggalkan dosa yang telah dilakukannya dan mengikuti jalan Tuhan – yaitu jalan kekudusan.
Walaupun perempuan Samaria ini tahu bahwa Yesus adalah seorang nabi, namun ini bukanlah kebenaran yang lengkap. Yesus menginginkan kebenaran yang penuh untuk perempuan ini. Percakapan tentang kebenaran tempat penyembahan membuka satu kebenaran yang baru dan hakiki, bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Kebenaran ini adalah kebenaran yang membebaskan, kebenaran yang menggembirakan, sehingga perempuan ini tidak mampu untuk menyimpannya sendiri. Meninggalkan segala miliknya, dia berkeliling kota menceritakan apa yang dialaminya bersama dengan Kristus, sehingga banyak orang yang percaya akan cerita perempuan Samaria ini. Namun, orang-orang yang percaya akan cerita perempuan Samaria ini tidak puas hanya mendengar cerita dari sumber kedua. Mereka ingin mengalami Yesus secara langsung, sehingga mereka akhirnya menjadi percaya. Dan kepercayaan yang berdasarkan pengalaman bersama Yesus tidaklah sia-sia. Mereka siap untuk menjadi pewarta, sama seperti perempuan Samaria itu.
Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita telah mengalami perjumpaan dengan Yesus, yang mengantar kita kepada pertobatan dan mengantar kita kepada seluruh kebenaran? Siapkah kita diutus dan mewartakan kabar gembira? Jangan lupa mewartakan Kristus bukanlah pilihan. Itu adalah perintah, seperti yang diperintahkan Kristus di Mt 28:19-20 “19 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20 dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”***
DOA:
Ya Tuhan Allah, ampunilah dosa-dosaku. Aku sadar bahwa pernah atau bahkan sering mencari sumber air kehidupan di luar diri-Mu. Hal itu menunjukkan kurang teguhnya iman kepercayaan-ku. Maka curahkanlah Roh Kudus-Mu, sucikan dan kuatkan diriku sehingga aku mampu untuk bertobat terutama dalam Masa Prapaskah ini. Amin.
Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT