RENUNGAN HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN – Minggu, 8 Januari 2023
RENUNGAN HARI RAYA PENAMPAKKAN TUHAN 8 Januari 2023
EPIFANI: ALLAH HADIR BAGI SEGALA BANGSA
- Minggu, 8 Januari 2023
- Injil Mat 2:1-12
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
“Sebab jika kita ingin melakukan kebaikan, pertama-tama kita perlu mengenali kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dan lalu mengatur kehidupan kita sesuai dengan iman kita itu.”
Hari ini kita bersama-sama merayakan Hari Raya Penampakan Tuhan atau yang sering disebut Hari raya “Epifani.” Epifania atau “Teofania” (kata Yunani) berarti pernyataan diri dengan penuh keagungan, kekuatan dan kewibawaan pribadi. Biasanya dikenakan kepada seorang raja atau kaisar atau penguasa besar yang datang. Kata yang sama pula dipakai untuk penampakan keilahian atau karya-karya Allah yang menakjubkan. Dalam Gereja Timur pemakaian ungkapan “Epifania” hanya untuk misteri Natal, yaitu penampakan keilahian Tuhan Allah dalam rupa daging manusia.
Sebelum kita merenung tentang warta Injil hari ini, sekilas kita melihat sejarah awal mula perayaan Epifania ini. Sudah sejak abad kedua Epifania dirayakan pada tanggal 6 Januari, yang dirangkaikan dengan peringatan pembaptisan Yesus di Sungai Yordan. Terdapat tulisan dari abad keempat yang mencatat kekhususan perayaan ini sebagai perayaan Kedatangan Tuhan, yakni kelahiran-Nya sebagai manusia dalam inkarnasi (penjelmaan) yang utuh sempurna.
Di Antiokhia dan Mesir, pada masa hidup Santo Yohanes Krisostomus, pesta ini dirayakan sebagai hari kelahiran Yesus dan sekaligus hari pembaptisan-Nya. Ketika pesta ini menyebar ke Barat, Gereja Barat menerjemahkan pesta ini sebagai perayaan pewahyuan diri Yesus kepada dunia kafir dengan prototipe-nya yakni tiga sarjana dari Timur yang datang menuju Bethlehem untuk menyembah kanak-kanak Yesus Penebus yang baru lahir. Episode ini digabungkan sekaligus dengan Peringatan Pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.
Alasan penempatan tanggal perayaan Epifania di Gereja Timur adalah sama seperti Natal dalam Gereja Barat, yaitu titik balik peredaran Matahari. Orang kafir di Mesir saat itu merayakannya 13 hari sesudah 25 Desember, sebab biasanya pada tanggal itu matahari di wilayah sana terlihat lebih benderang. Sehingga 6 Januari bagi umat Kristiani dirayakan sebagai Kelahiran Kristus, Sang Matahari Sejati.
Sambil merayakan Epifania yang berasal dari Gereja Timur, Gereja Barat lebih menitik-beratkan peristiwa kedatangan Tiga Sarjana dari Timur sebagai wakil-wakil segala bangsa dan bahasa dari seluruh muka bumi. Konsekwensinya ialah bahwa Epifania berarti penampakan Tuhan Yesus di antara segala bangsa. Penekanannya jelas berbeda, apalagi karena didukung oleh dua perayaan yang mewarnai Epifania, yaitu pembaptisan Tuhan di Sungai Yordan dan pernikahan di Kana.
Pembaruan Liturgi secara jelas dan indah mengungkapkan sintese perayaan itu dalam prefasinya:
Sebab hari ini, dalam diri Kristus, Engkau sendiri mewahyukan misteri penyelamatan kami, menjadi Terang bagi bangsa-bangsa; dan sewaktu Dia tampak dalam kodrat kami yang fana, Engkau memulihkan kami dengan kemuliaan-Nya yang baru dan baka.
Keseluruhan rumusan doa baik untuk Ekaristi maupun Ibadat Harian memperlihatkan corak universal keselamatan. Beberapa unsur penting yang terkandung dalam hari raya ini ialah:
- Kristus, Sang Mempelai, bersatu dengan Gereja-Nya untuk memurnikan dan menguduskan dunia;
- Gereja missioner adalah tanda kesatuan bagi segala bangsa yang tercerai berai;
- Gereja menjadi sumber kebahagian sejati bagi umat manusia dalam berbagai aspek kehidupannya.
Hari Raya Natal belum lama berlalu. Perayaan kelahiran Kristus membawa semangat untuk memperbaiki diri: kita ingin ikut “lahir baru” bersama Kristus yang lahir secara baru dalam hati kita. Di tahun yang baru ini, mungkin kita membuat sejumlah niat dan rencana yang akan kita lakukan untuk tahun ini, untuk memperbaiki hal-hal yang kurang baik yang telah kita lakukan di tahun yang lalu. Untuk maksud inilah, makna perayaan Epifani—Penampakan Tuhan—dapat membantu kita. Sebab jika kita ingin melakukan kebaikan, pertama-tama kita perlu mengenali kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dan lalu mengatur kehidupan kita sesuai dengan iman kita itu.
Warta Injil hari ini mengisahkan setidaknya ada tiga jenis tanggapan akan kelahiran Kristus Sang Putera Allah yang sungguh hadir dan tinggal di tengah umat manusia. Yang pertama, tanggapan yang positif, seperti yang diwakili oleh para orang majus dari Timur. Mereka datang dari jauh, untuk mencari dan menyembah Kristus yang mereka kenali sebagai Raja orang Yahudi (lih. Mat 2:2). Kedatangan mereka juga menjadi suatu gambaran akan bergabungnya bangsa-bangsa lain—yang bukan Yahudi—ke dalam kumpulan umat Allah. Gabungan semua bangsa yang menjadi umat Allah ini adalah Gereja. Termasuk dalam kelompok yang menyambut gembira kedatangan Kristus adalah para gembala, dan tentu, St. Yusuf dan Bunda Maria, yang mewakili kaum sisa Israel.
Tanggapan yang kedua, adalah sikap yang sebaliknya, sebagaimana nampak pada raja Herodes. Setelah memanggil semua imam kepala dan menerima keterangan dari mereka tentang Mesias, Herodes hanya percaya akan kelahiran Mesias namun tidak mau percaya kepada Sang Mesias itu. Herodes bahkan menjadi paranoid, dan takut tersaingi. Setelah tahu bahwa para majus itu pulang ke negerinya tanpa memberitahukan kepadanya di mana Sang Mesias itu berada, Herodes menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah. Ini adalah kekejaman yang luar biasa dari seorang yang juga tega membunuh dua orang anaknya sendiri dan ibu mertuanya. Semuanya demi kekuasaan, sebab Herodes berkeinginan untuk terus mempertahankan kedudukannya sebagai raja. Karena itu, Mesias dianggapnya sebagai ancaman yang perlu disingkirkan.
Namun selain tanggapan dari orang majus dan Herodes, ada jenis tanggapan ketiga, yang tidak secara eksplisit disebut di Injil. Yaitu tanggapan kebanyakan orang yang lain, yang tidak peduli akan kedatangan dan kehadiran Yesus di dunia. Itulah sebabnya, St. Yusuf dan Bunda Maria tidak mendapat tempat penginapan, tak ada yang mau memberi tempat kepada mereka berdua, yang sesungguhnya membawa Seorang Juruselamat yang dibutuhkan seluruh dunia! Kebanyakan orang disibukkan dengan urusannya sendiri, sampai tidak menyadari ada peristiwa mahabesar yang telah terjadi di kandang Betlehem itu. Kelahiran-Nya dan penampakan-Nya yang begitu sederhana dan tersembunyi tidak menarik perhatian orang.
Maka, pada perayaan Epifani ini kita diajak menilik ke dalam diri kita sendiri, termasuk golongan manakah kita ini. Apakah kita mengenali kehadiran Tuhan dalam hidup kita? Di tengah dunia ini, dimana banyak orang yang tidak peduli akan kedatangan Kristus, atau bahkan menolak Dia, apakah kita tetap mau datang kepada-Nya dan menyembah Dia? Apakah kita mau mempersembahkan yang terbaik dari diri kita—seperti para majus itu—bagi Yesus?
DOA:
Ya Allah Tuhan kami, Engkau telah menampakkan diri dalam diri Kristus di tengah-tengah kami. Kami menyembah Engkau. Para majus telah bersujud dan menyembah Engkau, Sang Putera Allah Penyelamat yang terbaring di palungan, dan membawa bagi-Mu persembahan-persembahan mereka, emas, kemenyan dan mur.
Ya, Allah Bapa, dengan bintang yang bersinar, Engkau menyatakan Putera-Mu yang Tunggal, kepada para bangsa. Oleh belas kasih-Mu, berilah kepada kami yang mengenal dan mengimani Engkau, agar kami dapat memandang kebesaran-Mu melalui Yesus Kristus Putera-Mu, Juruselamat kami. Amin.
Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT