RENUNGAN MINGGU BIASA XXXI

RENUNGAN MINGGU BIASA XXXI

MENGALAMI KASIH ALLAH

 

  • Minggu 30 Oktober 2022
  • Injil Luk 19:1-10
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Bagi Tuhan, tidak ada kesalahan yang terlalu besar untuk diampuni. Di mana dosa semakin besar, kasih-Nya akan semakin besar dan nyata.

 

Di kota Yerikho, tinggal seorang bernama Zakheus yang sangat dibenci oleh orang banyak. Semua orang tidak mau berteman dengannya, walaupun ia sangat kaya. Orang-orang memandang dia sebagai seorang pendosa yang harus dijauhi. Dalam warta Injil tadi dikatakan dengan jelas siapakah Zakheus itu, ia adalah kepala pemungut cukai dan seorang yang kaya.

Pemungut cukai adalah jabatan yang sangat dibenci oleh rakyat dan pemimpin Yahudi saat itu, karena 2 alasan: 1)Pemungut cukai dianggap sebagai pengkhianat bangsa Yahudi karena bekerja sama dengan penjajah yaitu Romawi. 2)Pemungut cukai biasanya adalah seorang penipu karena menarik pajak lebih dari yang seharusnya.

Dan posisi Zakheus saat itu adalah kepala pemungut cukai alias ‘bos’, sehingga dia semakin dibenci. Bagi Zakheus sendiri, yang penting kaya. Tetapi sebenarnya ia mengalami keterasingan sosial sehingga jiwanya merasakan kekosongan.

Perjumpaan merupakan awal dari sebuah relasi entah itu dengan siapapun atau apapun. Bagaimana orang bisa lebih kenal apalagi dekat kalau bertemu saja belum? Saya rasa begitu juga dengan Zakheus, yang dikatakan sebagai orang berdosa itu dapat mengalami keselamatan dan perubahan hidup kalau belum berjumpa dengan Sang Juru Selamat? Dan yang menarik adalah mengapa Zakheus ini disebut orang berdosa?

Dikatakan tadi bahwa saat itu Zakheus mendengar bahwa Yesus, Mesias yang terkenal dan banyak melakukan mukjizat itu datang ke kotanya. Hal itu membuat  Zakheus sangat ingin melihat-Nya dan orang banyak pun demikian. Zakheus penasaran akan seorang yang bernama Yesus itu. Namun masalahnya, badan Zakheus pendek, bagaimana bisa berebut dengan sekian banyak orang yang ingin melihat Yesus juga?

Apalagi Zakheus sendiri dalam masyarakat sudah mendapat cap negatif. Namun, walaupun tidak mudah, ia tetap berusaha keras, berlari, mendahului orang banyak, akhirnya menemukan pohon ara dan dengan idenya untuk memanjat, ia berhasil melihat Yesus. Semuannya ini menunjukkan bahwa dalam jiwa Zakheus, orang berdosa ini sangat membutuhkan Yesus. Tetapi sebenarnya, justru sebaliknya, Yesus telah berinisiatif lebih dulu itulah yang rindu bertemu pendosa. Dialah yang berinisiatif lebih dulu untuk mencari Zakheus si pendosa itu.

Sebagai catatan: Dikatakan bahwa Yesus masuk ke kota Yerikho.  Yerikho itu salah satu pusat perpajakan terbesar di Palestina dan pusat pemungut cukai tinggal. Apa yang terjadi disana? Di tengah kerumunan banyak orang berebut melihat Yesus, Yesus justru melayangkan pandangnya kepada Zakheus, orang yang sebelumnya tidak dikenal dan berkata “Zakheus turunlah! Aku harus menumpang dirumahmu.”

Dia memanggil “Zakheus”, dan bahkan mau tinggal dan makan bersama dengannya. Kata harus dalam kalimat tersebut berarti bahwa apa yang Yesus katakan bukan sekadar keinginan belaka tetapi ada maksud dan tujuan mendesak yang tersirat harus dilaksanakan.

Jadi bukan kebetulan, kedatangan Yesus memiliki makna ilahi penting bahwa Ia datang, sengaja memberi kesempatan kepada Zakheus untuk melihat-Nya. Kemudian dikatakan Zakheus bukan sekadar turun biasa, tetapi segera turun. Kata segera di sini berarti bahwa dia turun dengan sangat cepat, tidak mempedulikan bagaimana posisi turunnya, mungkin kalau orang Jawa bilang ‘setengah merosot’. Mengapa demikian? Karena ia yakin di dalam Yesus akan ada sesuatu hal yang sangat berharga yang pasti ia peroleh. Luar biasa!

Inilah tindakan kasih Yesus dan kasih inilah yang merubah kehidupan Zakheus, dan ia mengalami pertobatan yang benar. Pertobatan/Metanoia adalah perubahan sikap 180 derajat. Berubah dari sikap dosa dan berbalik kepada Kristus, serta menyadari jati diri kita yang sebenarnya, sebagai anak-anak Allah. Itu juga yang dialami oleh Zakheus, setelah mengalami kasih dari Tuhan, mengalami pertobatan, dia mau memperbaiki hidup, dan membagi kasih kepada orang lain, termasuk orang-orang yang pernah dia rugikan.

Ada satu hal yang menarik yang tak boleh kita lupakan bahwa perjumpaan Zakeus dengan Yesus tidak semulus itu, karena tadi dikatakan bahwa semua orang “bersungut-sungut”. Saya kira dalam kondisi tersebut mungkin mereka berkata satu dengan yang lain dengan nada yang heran/sinis/menyalahkan/mencela “Yesus menumpang di rumah orang berdosa,  mengapa Yesus begitu?” Ini memperlihatkan kepada kita bahwa Zakhues memang orang yang tidak layak dan berdosa. Orang lain tidak merelakan bahkan menyalahkan tindakan Yesus itu.

Walaupun demikian, reaksi Zakheus mengejutkan, ia justru berkata, “Tuhan, setengah hartaku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada yang kuperas akan kukembalikan empat kali lipat”. Dalam restitusi PL, seseorang yang mengambil milik orang lain, Hukum Taurat menuntut untuk mengembalikannya sejumlah yang diambil + seperlima dari nilai yang hilang seperti dalam Imamat 6:5. Artinya harus mengembalikan 120%. Namun Zakheus mengembalikan bukan 120%, tetapi 400%. Bukan hanya itu, setengah hartanya pribadi juga diberikan kepada orang miskin. Saudara-saudara, dari sini kita bisa lihat perbedaan yang drastis dan kontras dari Zakheus.

Sebelumnya Zakheus adalah orang yang hanya tertarik untuk mengambil dari orang lain (uang) namun sekarang ia mengalami perubahan yang radikal yaitu memberi. Sebelumnya, uanglah yang menjadi segala-galanya dan nomor 1 dalam hati Zakheus, namun setelah perjumpaan itu, Kristuslah yang menjadi no.1 dan segala-galanya bagi Zakheus. Hal itulah yang membuat ia rela melepaskan sesuatu yang dulunya berarti yaitu uang. Hatinya telah diperbaharui oleh Tuhan. Inilah makna pertobatan yang sesungguhnya.

Apa pun dosa itu, mari kita belajar untuk menjadikan Tuhan segala-galanya dalam hati kita, menjadikan Dia kecintaan bagi kita, sehingga kita mampu melepaskan dosa-dosa yang mengikat kita. Memang itu semua tidak gampang, butuh perjuangan keras bahkan ada risiko-risiko yang yang harus ditanggung. Tetapi Kristus yang berkuasa memampukan Zakheus untuk berubah, Kristus yang sama juga pasti memampukan kita. Dan lagi, ketika mengalami perubahan hidup ada suatu nilai kekekalan yang berharga yang menjadi pengharapan dan sukacita.

Kita semua adalah seperti Zakheus, yang datang dengan latar belakang yang berbeda, dan kita ingin melihat Tuhan, serta mengalami jamahan kasih-Nya. Tidak ada kesalahan yang terlalu besar bagi Tuhan untuk diampuni. Di mana dosa semakin besar, maka kasih-Nya akan semakin besar dan nyata. Tuhan tidak mempermasalahkan masa lalu, dosa-dosa kita. Yang Dia mau adalah, kita menyadari akan semua dosa-dosa kita, bertobat, dan mengalami kasih-Nya yang begitu besar. Kasih yang sempurna, kasih yang “Agape”, yang bukan dari dunia ini, yang dapat merubah segalanya.

Orang yang sudah mengalami jamahan kasih Allah, seharusnya tidak boleh menjadi manusia yang sama lagi. Kehidupannya harus benar-benar berubah, karena tidak ada kasih yang dapat disimpan sendiri. Dengan sendirinya kasih ini akan mengalir ke luar, dan akan menular dengan cepat. Alangkah indahnya, jika di dalam keluarga, komunitas, lingkungan, dan paroki kita, semua orang mengalami kasih Allah yang benar-benar nyata, dan membagikannya kepada semua orang. Dunia kita akan menjadi tempat bagi kita untuk mempraktekkan hukum Tuhan, yaitu hukum cinta kasih. Tempat bagi kita untuk melakukan pelayan dengan penuh kasih dan sukacita.

Satu hal lagi yang patut kita perhatikan, yakni pernyataan Tuhan Yesus terhadap perubahan hidup Zakheus. Sadarilah bahwa perubahan itu belum berarti kalau Tuhan belum menyatakan sesuatu kepadanya. Dia mengatakan: “hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.” Anak Abraham dalam kalimat tersebut menunjukkan kalau Zakheus pun berhak menerima janji-janji Allah seperti Abraham, yakni berkat keselamatan.

Dan memang itulah tujuan kedatangan Tuhan Yesus seperti disebutkan: mencari dan menyelamatkan yang hilang, sungguh misi yang luar biasa. Allah mengumumkan dan menegaskan kembali supaya Zakheus sendiri menyadari statusnya bukan lagi seperti pemungut cukai dengan image “orang berdosa” tetapi ia telah menjadi baru. Dan seluruh orang yang melihat kejadian tersebut menjadi saksi mata, sehingga Zakheus dengan statusnya yang baru ini tidak boleh main-main lagi dengan hidupnya.

Tentunya perubahan hidup yang benar-benar dari hati. Supaya setiap orang yang melihat diri kita juga dapat melihat Yesus hidup dalam kita. Bukan dosa lagi yang seharusnya mereka lihat, bukan karakter/kebiasaan buruk, dlsb, namun yang seharusnya kita tunjukkan adalah perubahan hidup sesuai dengan firman Allah baik itu melalui pikiran, perkataan dan perbuatan kita termasuk motivasi, cara dan tujuan kita dalam melakukan sesuatu, semuanya ditujukan sebagai bukti perubahan hidup karena Kristus.

Kasih Allah begitu besar kepada kita sehingga Ia rela datang ke dunia untuk mencari dan menyelamatkan kita yang berdosa. Ia menerima kita apa adanya, namun Ia tidak pernah lalai untuk mengubah kita menjadi apa yang seharusnya. Dan melalui status baru yang Tuhan berikan, Ia rindu, ketika melihat perubahan itu, orang lain yang menjadi saksi mata atas hidup kita, mereka akan memuliakan Bapa di sorga. Saudara-saudara, status kita sangat bernilai.

Oleh karena itu, mari kita buktikan status tersebut. Allah menantinya. Perubahan mungkin memang tidak mudah namun ketika hati kita sungguh-sungguh mau berubah, Allah akan menyatakan kekuatan-Nya untuk memampukan kita supaya kita mengalami kemenangan demi kemenangan.***

DOA:

Ya Tuhan Yesus, Juruselamat kami. Kami bersyukur atas kedatangan-Mu ke dunia ini untuk mencari dan menyelamatkan orang-orang berdosa seperti kami ini. Sadarkanlah kami selalu akan hal ini. Semoga dengan semangat belaskasihan-Mu di mana Engkau senantiasa akan tergerak oleh kenyataan diri kami yang memang perlu untuk diselamatkan karena dosa-dosa kami, maka bersegeralah menolong kami dengan mengaruniakan belas kasih pengampunan atas diri kami. Amin.

Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa (+) dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *