RENUNGAN MINGGU BIASA XIV

RENUNGAN MINGGU BIASA XIV

MAKNA PERUTUSAN KITA

 

  • Minggu, 03 Juli 2022
  • Injil Luk 10:1-9
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Kita diutus secara bersama sebagai komunitas di arena yang penuh tantangan. Di tengah situasi apa pun dan siapa pun yang kita jumpai, kita diutus hanya membagikan damai sejahtera, bukan permusuhan atau perpecahan.

 

Warta Injil hari minggu biasa ke-XIV ini mengisahkan Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk mewartakan Kabar Gembira. Inilah tema sentral dari warta injil hari ini. Yesus mengenal orang yang akan Dia panggil dan diutus. Ia tidak melihat materi, kedudukan dan kepintaran. Yang paling penting bagi Yesus bukanlah mereka yang banyak tahu namun keterbukaan dan kesiapan hati.

Nah, Tuhan Yesus memilih dan mengutus 70 murid untuk pergi mewartakan kabar gembira. Yesus mengutus para murid-Nya untuk pergi menyebarluaskan Kerajaan Allah itu. Tapi syaratnya bahwa mereka harus pergi berdua-dua. Tujuannya supaya mereka bisa saling mendukung satu dengan yang lain. Tentu saja, kita dapat bertanya, mengapa perlu berdua-dua? Mengapa tidak sendirian saja dalam mewartakan Injil? Jawabannya jelas bahwa sisi komunitas sangat ditekankan. Ingat bahwa dimensi komunitas dasarnya adalah Trinitas, di mana Yesus pun diutus ke dunia ini selalu disertai oleh Roh Kudus.

Demikian halnya dangan para murid diutus berdua-dua supaya mereka saling melengkapi satu sama lain serta saling memperhatikan satu sama lain. Itu pun bukan berarti kita tidak bisa mewartakan secara sendirian.

Lakukanlah yang terbaik jika memungkinkan karena jika kita percaya bahwa Allah Roh Kudus menyertai kita, maka kita tidak sendirian. Ingat, panenan berlimpah tetapi pekerja sedikit.

Apa yang dikatakan oleh Yesus tentang penanen berlimpah dan pekerja sedikit memang benar saat sekarang. Sering kali kita berpikir bahwa tugas pewartaan itu hanya dilakukan oleh para pejabat gereja para imam dan para biarawan biarawati. Sesungguhnya ke-72 murid yang diutus oleh Yesus itu, bukan pejabat gereja ataupun biarawan/biarawati. Mereka itu awam biasa.

Jadi, sebenarnya peran awam dalam pewartaan sejak dulu sangat penting apalagi di masa kini. Para imam dan kaum awam itu seperti dua sisi koin dimana mereka sangat saling membutuhkan. Ingatlah setiap kali imam merayakan misa kudus, disitulah puncak dan sumber hidup Kristiani. Kemudian pada ritus penutup misa, umat pun, kaum awam maksudnya diutus.

Yesus selanjutnya mengingatkan bahwa mereka yang diutus itu seperti domba di tengah serigala. Maksudnya, ketika kita menjalankan perutusan, kita akan menghadapi situasi dan kondisi yang menantang bahkan tantangan yang mengancam hidup kita. Ungkapan, “Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala” mau menegaskan bahwa tugas perutusan itu memang tidak gampang. Banyak tantangan dan perjuangan akan dialami oleh mereka. Yesus semakin menantang mereka untuk tidak membawa pundi-pundi, bekal atau kasut.

Para murid harus fokus kepada pewartaan tanpa terikat dan tergantung dengan materi. Mereka jangan mencemaskan hal-hal duniawi karena Dia sendiri akan menyertai mereka. Dalam Matius 28:20 Yesus mengatakan, “Jangan cemas Aku akan menyertai kamu sampai akhir jaman,” Janji inilah yang senantiasa menguatkan dan meneguhkan mereka untuk setia dalam karya pewartaan.

Lalu, sadarilah bahwa menjalankan perutusan itu dengan bersaksi dalam bentuk kata-kata maupun melalui tindakan, tantangan itu selalu ada. Apalagi sekarang kita umat Kristen Katolik yang hidup di kalangan mayoritas yang berbeda agama dengan kita. Mendengar nama Kristen/ Katolik saja mereka sudah bereaksi yang berbeda-beda, bukan?.

Selanjutnya Yesus pun berpesan, “Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka. Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu,” (Mat 10:12). Artinya bahwa setiap murid yang diutus itu selalu mengatakan ‘damai sejahtera’ kepada setiap orang yang yang dijumpainya. Jika damai itu diterima, maka salam itu akan tinggal atasnya. Jika tidak, damai itu akan kembali kepada kita, dan itu tidak sia-sia bukan?

Sadarilah bahwa Pewartaan Kabar Gembira harus berlangsung terus menerus mulai dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan sampai sekarang. Pada Perjanjian Lama, Allah mengutus para nabi untuk mewartakan kehendak-Nya kepada bangsa Israel. Pada Perjanjian Baru, Allah mengutus Yesus Putra-Nya dan kemudian estafet pewartaan itu diteruskan Yesus kepada Murid-Nya sendiri. Titik sentral pewartaan Yesus dan para murid ialah mengajar, menyembuhkan, dan melakukan peristiwa mukjizat. Inti pesan pewartaan mereka ialah “Bertobatlah sebab kerajaan Allah sudah dekat”. Dan kini tugas pewartaan Kabar Gembira itu ada di pundak kita.

Mungkin saudara-i terkasih bertanya bagaimanakah cara mewartakan Kabar Gembira pada zaman sekarang? Tentu saja kita tidak harus pergi ke mana-mana dan berkotbah di mana-mana seperti murid Yesus. Kita bisa juga melakukannya sesuai dengan status kita sebagai umat Katolik, Biarawan-wati, sebagai suami-istri, guru, perawat, katekis, prodiakon, pengurus Dewan Paroki dan lingkungan dan jabatan lain. Kita justru diminta menunjukkan kekatolikan kita dengan kesaksian dengan perbuatan yang nyata.

Jadi, dari warta Injil hari ini kita bisa menarik kesimpulan dalam tiga hal yang perlu kita perhatikan bersama; yang pertama adalah komunitas – kita diutus bersama-sama, kemudian perutusan kita penuh tantangan, dan akhirnya kita harus membagikan damai sejahtera kepada setiap orang yang kita jumpai. Semoga kita semua semua siap diutus.

Selamat beraktivitas dan jadilah nabi-nabi cinta kasih di zaman modern ini!*** 

DOA :

Ya Tuhan Yesus, kami sadar bahwa kami adalah hamba-hamba yang lemah dan banyak kekurangan. Maka, sertailah kami selalu dengan kuat kuasa-Mu, sehingga kami mampu untuk menjadi pewarta dan menjalankan perutusan-Mu di mana pun kami berada saat ini. Amin. 

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa (+) dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *