RENUNGAN MINGGU BIASA XIII
TAK PERLU MENGUTUK
- Minggu, 26 Juni 2022
- Injil Luk 9:51-62
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Tuhan Yesus mengajarkan bahwa Allah itu Maharahim. Maka, orang yang mau mengabarkan kehadiran-Nya tidak boleh mengancamkan hukuman, apalagi mengutuk orang atas nama-Nya.
Dalam warta Injil yang kita dengar dikisahkan bahwa pada awal perjalanan Yesus mengutus beberapa murid mendahului ke sebuah desa di Samaria untuk mempersiapkan kedatangannya di situ. Namun orang Samaria di situ tidak mau menerima-Nya. Mereka menolak. Nah, dalam alam pikiran dulu, penolakan terhadap tokoh yang diagungkan atau dikeramatkan (seperti Yesus) serta-merta mendatangkan kutukan. Karena itu Yakobus dan Yohanes sebagai murid Yesus ingin berbuat seperti yang lazim dilakukan, yakni mengucapkan kutukan terhadap orang Samaria.
Memang dalam pandangan umum orang Yahudi, orang Samaria patut dikutuk karena tidak lagi memeluk “ajaran yang benar”, maksudnya, ajaran agama Yahudi. Yakobus dan Yohanes berpikir dengan cara itu. Orang Samaria mereka anggap tak mau “menerima ajaran yang benar” yang dibawa Guru mereka dan oleh karenanya patut dikutuk seperti dulu. Tetapi sikap intoleran ini justru tidak disetujui Yesus. Ia malah menegur mereka.
Kemudian berpikir dalam kerangka menyampaikan “ajaran yang benar” dengan sikap intoleran haruslah hati-hati, karena dapat mengurung orang dalam angan-angan “mempertobatkan”, dan dengan “mengancamkan kutukan”.
Sadarilah bahwa sering maksud baik berakhir dengan mengutuk orang yang tak berpendapat sama, terang-terangan atau secara tak langsung menjelek-jelekkan keyakinan orang lain. Dalam warta Injil hari ini justru Yesus melepaskan ikatan-ikatan atau pola pikir seperti itu. Ia mengajak orang mengikuti diri-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah. Ia mengajarkan Tuhan itu Maharahim. Oleh karenanya orang yang mau mengabarkan kehadiran-Nya tidak boleh mengancamkan hukuman, apalagi mengutuk orang atas nama-Nya.
Kemudian dalam kisah Injil selanjutya tadi mau mengatakan bahwa mengikuti Kristus dan mengabarkan Kerajaan Allah itu menuntut penyerahan diri secara total sejak awal. Penjelasan The Navarre Bible akan warta yang kita dengar tadi: Tuhan Yesus mengatakan dengan jelas bahwa untuk menjadi seorang Kristen tidaklah mudah. Seseorang harus mau keluar dari situasi kenyamanan dan ia harus menyangkal dirinya, demi memberikan tempat yang utama kepada Tuhan. Ajaran Yesus ini bermaksud untuk menempatkan Allah di atas segalanya di dalam hidup ini, melebihi siapa pun dan apa pun.
Ungkapan ini dapat dimengerti jika kita melihat kenyataan ini: seorang pasukan yang sedang bertempur di garis depan pada medan pertempuran untuk membela (melayani) negaranya, tidak dapat pulang ke kampung halamannya untuk mengubur ayahnya yang meninggal, dan ia harus menyerahkan tugas ini kepada orang lain. Jika tugas membela negara dapat menuntut sedemikian kepada seorang prajurit, maka terlebih lagi, kita yang melayani Kristus dan Gereja-Nya.
Lantas, juga dalam warta Injil ini, dikisahkan seseorang yang lain lagi yang mau mengikuti Kristus dengan satu kondisi yaitu bahwa ia diperbolehkan untuk berpamitan dengan keluarganya. Tuhan Yesus yang mengetahui kedalaman hati setiap orang, mengetahui bahwa di balik ungkapan itu sebenarnya hatinya masih belum memutuskan (undecided), akankah ia mau mengikuti Kristus. Menanggapi permintaan seperti itu, Yesus mengajarkan kepada kita agar mau memusatkan perhatian sepenuhnya kepada Allah, tanpa keraguan dan tanpa alasan cadangan. Kesetiaan kita kepada Tuhan dan kepada misi yang Tuhan percayakan kepada kita harus memampukan kita untuk menghadapi rintangan apapun.
Jose Maria Escriva yang terberkati mengatakan, bahwa dengan kita membaca perikop warta Injil ini, kita diajarkan untuk tidak melihat ke belakang. Tuhan beserta kita. Kita harus setia kepada-Nya; kita mempunyai kewajiban kita masing- masing. Kita akan menemukan di dalam Kristus, kasih dan motivasi yang kita perlukan untuk memahami kesalahan orang lain, untuk mengatasi kesalahan kita sendiri.
Mengikuti Kristus artinya adalah menjadikan diri kita sepenuhnya siap sedia bagi-Nya, sehingga apapun pengorbanan yang diminta-Nya, dapat kita lakukan. Mengikuti panggilan Kristus artinya adalah tetap berjaga bersama-Nya, tidak jatuh atau meninggalkan Dia. Dalam khotbah di bukit Mat 5-7 Yesus menjelaskan bahwa seorang Kristen adalah seorang yang percaya kepada Kristus, – iman seperti ini diterimanya pada saat ia dibaptis – dan setelah dibaptis, ia mempunyai tugas untuk melayani Kristus. Melalui doa dan persahabatan dengan Tuhan, setiap umat Kristen harus berusaha menemukan tuntutan kewajiban apa yang harus dipenuhinya untuk secara maksimal memenuhi tugas panggilannya ini.
Maka, orang yang bersedia mengikuti, tetapi minta kelonggaran waktu karena ada kewajiban mendesak, yakni menguburkan ayahnya. Maksudnya masih ada kewajiban moral dan sosial yang sulit dielakkan. Orang ini mau mengikutinya tetapi nanti saja bila sudah bebas dari kewajiban yang tak dapat ditinggalkan begitu saja. Jawaban Yesus berupa pepatah, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati”. Apa arti pepatah ini? Orang mati kan tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi mengubur. “Biarlah orang mati menguburkan orang mati…”, walau perkataan ini sekilas terdengar kasar, tetapi ini hanyalah gaya bahasa yang digunakan Yesus pada saat itu untuk menjelaskan bahwa “orang mati” di sini adalah mereka yang mempunyai interest/minat hanya kepada hal- hal yang fana, dan yang tidak punya penghargaan terhadap apa yang sifatnya ilahi dan kekal.
Sedangkan St. Yohanes Krisostomus mengatakan, bahwa ungkapan tersebut bukan untuk mengesampingkan tugas kewajiban kita terhadap orang tua, tetapi untuk menyadarkan kita bahwa tidak ada yang lebih penting daripada hal-hal surgawi, dan hati kita harus melekat pada hal- hal itu, dan tidak menanggalkannya walaupun hanya sekejap saja, walau alasannya terlihat cukup mendesak.” Kewajiban manusiawi tidak dilepaskan, melainkan justru dijadikan bagian dalam mengikuti dia dan mewartakan Kerajaan Allah, yakni panggilan mewartakan iman bahwa Tuhan itu Maharahim.
Kemudian yang lainnya seperti yang kita dengar tadi menyatakan diri mau mengikuti Yesus, tetapi ingin berpamitan terlebih dahulu dengan keluarganya. Sekali lagi jawaban Yesus berupa pepatah yang intinya mengatakan orang yang mendua perhatiannya tidak cocok bagi Kerajaan Allah. Bagaimana penjelasannya? Perhatian mendua memang tidak membuat orang tenang, khususnya dalam mengikuti panggilan. Namun penyelesaiannya bukanlah dengan cara menyingkirkan salah satu. Memang untuk sementara waktu bila yang satu dilepas orang akan merasa dapat lebih memusatkan diri. Tetapi nanti akan muncul perkara lain yang lambat laun akan membelah perhatian.
Penyelesaian yang diajarkan dalam dialog ini bukan ditujukan untuk menghilangkan perhatian yang sudah ada dan mengisi dengan kepedulian baru, dengan tekad mengikuti Yesus dan niatan mengabarkan Kerajaan Allah. Yang diajarkan ialah menyatukan perhatian dan kepedulian yang sudah ada dan membuatnya makin menjadi bentuk nyata mengikuti Yesus dan mengabarkan Kerajaan Allah. Kata orang sekarang, mengintegrasikan kehidupan dengan panggilan mengikuti Kristus dan warta-Nya tentang Kerajaan Allah.
Maka jelaslah apa yang dapat kita renungkan warta Injil hari ini, di mana kita semua sebagai pengikut Kristus harus selalu menyadari yang utama adalah melaksanakan panggilan Tuhan tanpa harus mengesampingkan tugas kewajiban moral terhadap yang lain. Melakukan tindakan atau perbuatan baik terhadap sesama sekaligus menjadi ungkapan dan bentuk nyata dari mewartakan Kerajaan Allah itu sendiri. Semoga hal ini menjadi kesadaran yang terus menerus ada dan melekat dalam keseharian hidup kita.***
DOA:
Ya Tuhan Allah, kami menyadari bahwa menjadi orang Kristen atau pengikut-Mu bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani. Hanya dengan rahmat kuat kuasa-Mu kami akan mampu untuk melaksanakan apa yang Kauinginkan, yakni menjadi pewarta Kabar Gembira di dunia ini. Maka curahkanlah selalu Roh Kudus-Mu atas diri kami dan doronglah kami untuk selalu bersemangat dan bersukacita sebagai murid-murid-Mu di zaman sekarang ini. Amin.
Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa (+) dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT