RENUNGAN HR PENTAKOSTA

RENUNGAN HR PENTAKOSTA

DITUNTUN OLEH ROH

 

  • Minggu, 05 Juni 2022
  • Injil Yoh 14:15-16, 23b-26
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Pikirkanlah hidup kita setiap hari. Mungkin karena sibuk kita menjadi lalai memberi ruang bagi Roh Kudus dan membiarkan-Nya menuntun hidup ini. Padahal, Roh Kudus haruslah menjadi tokoh utama.

Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Apa yang melintas dalam pikiran kita pada Hari Raya Pentakosta ini? Ada beberapa hal penting, misalnya, Pertama, tanda bahwa kita sudah merayakan Hari Raya Paskah lima puluh hari yang lalu dan hari ini merupakan hari terakhir lingkaran paskah dalam liturgi Gereja Katolik. Kedua, setelah mengikuti Novena Pentakosta, kita semua bertekad untuk mengikuti dan menyerupai teladan Bunda Maria sang mempelai Roh Kudus yang berkumpul bersama para Rasul untuk menantikan turunnya Roh Kudus.

Lalu yang Ketiga, kita mengenang hari lahirnya Gereja Katolik, semua orang di Yerusalem dengan budaya dan bahasa yang berbeda menjadi satu karena kuasa Roh Kudus. Maka layaklah kita mengucap syukur dan mengatakan Selamat Ulang Tahun Gereja Katolik, kita semua. Pentakosta ini bermakna bagi kita karena kasih. St. Paulus dengan tepat mengatakan: “Cinta kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita berkat Roh Kudus-Nya yang tinggal di dalam diri kita” (Rm 5:5; 8:1).

Sekali lagi, hari ini merupakan hari lahirnya Gereja; hari turunnya Roh Kudus ke atas para Rasul. Peristiwa Pentakosta turunnya Roh Kudus adalah sebuah titik awal yang membangkitkan semangat para rasul yang sebelumnya takut, bersembunyi, tidak berani tampil, kini dengan keberanian yang dipenuhi Roh Kudus mewartakan Yesus yang bangkit kepada segala bangsa.

Dalam sejarah keselamatan, Hari raya Pentakosta dirayakan orang Yahudi tujuh minggu atau 50 hari sesudah Paskah, mereka mengenangkan pembebasan dari perbudakan di Mesir. Bagi mereka hari raya ini memiliki dua makna: 1) mengenangkan pemberian Hukum Taurat kepada Musa di Gunung Sinai, dan 2), mengucap syukur atas panen yang mereka dapatkan dari tanah mereka (Im. 23:15-21). Dari gandum hasil panenan itu mereka membuat dua roti yang melambangkan dua loh batu yang bertuliskan hukum Allah.

Pentakosta merupakan satu dari tiga hari raya Yahudi (dua yang lain, Paskah dan Pondok Daun) yang mewajibkan semua orang laki-laki berziarah ke Yerusalem. Karena itu tidak mengherankan bahwa pada hari-hari itu banyak orang Yahudi dari berbagai negeri datang ke kota itu untuk mengambil bagian dalam pesta Pentakosta. Turunnya Roh Kudus  atas para Rasul bertepatan dengan Hari Raya Pentakosta Yahudi. Karena itu, orang Kristen memperingati Pentakosta untuk mengenangkan peristiwa yang dialami oleh para rasul itu.

Roh Kudus merupakan daya ilahi yang dengan-Nya Allah tampak dan berkarya dalam dunia manusia. Roh Kudus  yang adalah kekuatan dan daya ilahi itu menampakkan diri dalam berbagai rupa dan bekerja dalam berbagai cara, Kadang Roh itu hadir sebagai daya ajaib, kadang memberi memberi kemampuan untuk mengajar, memimpin, melayani, dan sebagainya.

Paus Fransiskus pada tanggal 30 April di Domus Sanctae Marthae merayakan misa hariannya dan sempat memberikan sebuah homili yang sangat inspiratif tentang Roh Kudus. Beliau mengatakan: “Hanya dengan bimbingan Roh Kudus orang dapat bangkit dari keterbatasan, dari kematian.” Apa yang kita rasakan kalau kita merenungkan kata-kata itu? Tersentuh? Mengapa?

Sebab dalam hidup pribadi dan dalam pengalaman pastoral kita, kita menemukan betapa banyak orang katolik yang belum berani menerima keterbatasan hidup dan juga kematian orang-orang yang dikasihi dalam hidupnya. Mereka justru kadang-kadang menjauh dari Gereja dan merasa bahwa Tuhan adalah ‘musuhnya’. Kita menyadari bahwa orang dapat saja bersikap demikian karena mungkin belum menyadari kehadiran Roh Kudus yang diterimanya sejak saat dibaptis dan juga melalui sakramen-sakramen yang lain.

Kemudian pada kesempatan yang sama, Paus Fransiskus juga mengatakan: “Kehidupan dari seseorang yang menyebut dirinya Kristen, yang tidak memberikan ruang bagi Roh dan tidak mengizinkan Roh untuk menuntunnya, adalah kehidupan seorang kafir, yang berpakaian seperti seorang Kristen. Roh adalah protagonis dalam kehidupan Kristen. Dia adalah Roh Kudus yang ada di dalam kita, yang menyertai kita, yang mengubah kita dan menang di dalam kita. Maka mari kita memohon kepada Tuhan untuk terus mengingatkan kita bahwa kita tidak bisa menjadi orang Kristen tanpa berjalan dengan Roh Kudus, tanpa bertindak dengan Roh Kudus, tanpa membiarkan Roh Kudus menjadi protagonis dalam hidup kita.”

Sekali lagi kata-kata Bapa Paus Fransiskus ini memang sederhana namun sadarlah bahwa kata-kata itu memiliki daya transformatif yang luar biasa. Pikirkanlah hidup kita setiap hari, mungkin karena sibuk kita menjadi lalai memberi ruang bagi Roh Kudus dan membiarkan Roh Kudus untuk menuntun hidup ini. Padahal Roh Kudus haruslah menjadi tokoh utama, protagonist dalam hidup kita sebagai umat Kristen Katolik.

Roh Kudus harus benar-benar menjadi Protagonis (sebagai yang berperan utama) di dalam hidup kita. Gereja sejak lahirnya pada Hari Raya Pentakosta sudah menunjukkan bahwa Roh Kudus adalah peran utama yang menguatkan. Dalam situasi apa saja tetap tahan banting karena Roh Kudus. Roh Kudus menjadi protagonis dalam setiap sakramen di dalam Gereja Katolik. Pikirkanlah dalam sakramen Pembaptisan, kita di menerima Roh Kudus untuk pertama kalinya. Sakramen-sakramen yang lain selalu menunjukkan tokoh utamanya yaitu Roh Kudus.

St. Lukas (penulis Injil dan Kisah Para Rasul) melukiskan dengan jelas kehadiran Roh Kudus sebagai peran utama di dalam Gereja perdana. Pada hari Pentakosta semua orang yang percaya kepada Yesus dari Nazaret berkumpul sebagai satu komunitas. Roh Kudus dilukiskan turun dari langit dengan fenomena-fenomena alam seperti: tiupan angin keras, lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap di kepala mereka. Mereka mampu berbicara dalam bahasa lain yang dapat dimengerti. Padahal para rasul berasal dari Galilea namun orang-orang dari bangsa lain dapat mengerti semua perkataan mereka.

Inilah ungkapan bernada keheranan karena kuasa Roh Kudus: “Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita: kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma, baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah,” (Kis 2: 8-11).

Roh Kudus mampu menghancurkan pemisah antar manusia dengan mempersatukan mereka dalam bahasa yang dapat dimengerti. Roh Kudus menjadi yang memegang peran utama karena sejak lahirnya Gereja, tetap ada usaha untuk mewartakan Injil dalam aneka bahasa baru di kalangan umat manusia.

St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Rm 8:17). membuka wawasan kita untuk menjadikan Roh Kudus sebagai yang berperan utama dalam  kehidupan kita. Ia mengatakan bahwa semua orang yang dipimpin oleh Roh Allah adalah anak Allah. Lebih jelas Paulus mengatakan:“Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.” 

Pemahaman kita semakin terbuka bahwa Roh Kudus yang satu dan sama tetap menghidupkan dan menghidupi Gereja. Kita menjadi anak sekaligus menjadi ahli waris keselamatan.

Kemudian, Tuhan Yesus dalam warta Injil tadi juga menegaskan bahwa Roh Kudus haruslah menjadi sosok peran utama dalam hidup kita. Mengapa? Karena hanya Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu bagi kita. Roh Kudus adalah Penolong yang diminta Yesus sang Putra dari Bapa. Ia menyertai kita selama-lamanya. Yesus berkata: “Roh Kudus merupakan Penghibur akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu,” (Yoh 14:26).

Pada hari ini kita semua dibarui dalam Roh. Kita menerima buah-buah Roh untuk hidup kita dan hidup sesama: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri,” (Gal 5:22-23). Buah yang kita terima kita bagikan dengan hidup kita yang nyata. Kita mengikuti Bunda Maria sang mempelai Roh Kudus.

Paus Fransiskus dalam sebuah katekese tentang Roh Kudus pada tanggal 26 Mei 2019 yang lalu, mengatakan:“Semoga dia (Maria), yang dengan iman yang rendah hati dan berani bekerja sama sepenuhnya dengan Roh Kudus dalam Inkarnasi Anak Allah, dapat membantu kita untuk membiarkan diri kita diperintahkan dan dibimbing oleh Penolong yang lain, yang adalah Roh Kudus, sehingga kita dapat menerima Firman Tuhan dan menanggung serta memberi kesaksian dengan hidup kita.”

Mari kita membuka diri kepada Roh Kudus untuk mengajari dan mengingatkan kita akan Kristus Tuhan, Mesias, Sang Juruselamat kita. ***

 

DOA:

Utuslah Roh Kudus-Mu ya Tuhan, dan perbaruilah hati dan hidup kami, kuduskanlah kami, dan mampukanlah kami untuk mencintai dan memberi, kini, dan sepanjang masa. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *