RENUNGAN MINGGU PASKAH III
GEMBALA YANG BAIK
- Minggu, 1 Mei2022
- Injil Yoh 21:(1)15-19
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Yesus berbicara tentang satu tugas mulia, menjaga kelangsungan sebuah kehidupan bersama, kawanan domba. Orang yang diserahi tugas menjadi perpanjangan tangan-Nya, yakni untuk melindungi dan mengasihi domba dengan kelemah-lembutan.
Warta Injil Yohanes hari ini bagian I (Yoh 21:1-14) yang tidak saya perdengarkan, mengisahkan bagaimana para murid Yesus kembali kepada kehidupan semula sebagai nelayan. Yang jelas suasananya seolah para murid sudah melupakan kejadian tentang wafat dan kebangkitan Gurunya. Sedang dalam warta Injil bagi ke-II yang tadi kita dengar bersama memuat kisah Yesus yang menugasi Petrus untuk mengurusi domba-domba milik-Nya (Yoh 21:15-19). Yakni, agar terus memelihara domba-domba dengan memberi makan domba-domba itu.
Yang diminta Yesus kepada Petrus bukanlah menjadi gembala, melainkan permintaan agar menjamin domba-domba itu tetap terpelihara, tidak telantar dan selalu terlindung dari bahaya. Sedangkan Gembala dari domba-domba itu adalah Yesus sendiri, Dialah Sang “gembala baik” (Yoh 10:11,14). Seperti kita ketahui, dikatakan dalam Injil, bahwa lawan gembala baik bukan gembala jahat melainkan “orang upahan” yang akan lari bila ada bahaya (Yoh 10:12).
Gembala yang baik itu kini mencarikan orang yang mengurusi domba-domba-Nya karena ia sendiri berhalangan, yakni antara lain karena Ia pergi kepada Bapa untuk menyiapkan tempat di atas sana bagi semua. Maka orang yang diminta mengurus ini ditanya apakah betul-betul “mengasihiku lebih dari orang-orang itu” (Yoh 21:15-17; mengasihi di sini maksudnya setia, loyal).
Pertanyaan Yesus kepada Petrus sampai tiga kali, berarti amat resmi, dan sehubungan dengan tugas istimewa yang akan diberikan oleh Yesus. Menilik konteksnya, yang dimaksud “orang-orang itu” tentunya orang-orang yang tak berloyalitas seperti halnya orang upahan, jadi bukan para murid lain. Petrus dan orang-orang seperti dia diminta mengurusi domba-domba Yesus, dan bukan dijadikan pemilik baru.
Seandainya Yesus mengalihkan kepemilikan, pembicaraannya mengenai dirinya sebagai gembala baik akan kehilangan integritas. Siapa Petrus itu sekarang bukan pokok yang disorot. Yang sebaiknya diresapi ialah kegembiraan batin karena sadar Yesus tidak membiarkan domba-dombanya terlantar, tak terurus, dan terancam.
Saudara-saudari yang terkasih, sebenarnya saya bertanya-tanya diri, di dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, kenapa Tuhan selalu menggambarkan hubungan diri-Nya dengan umat (Israel), yakni dengan gambaran hubungan gembala dengan domba-dombanya pada waktu itu? Kenapa harus digambarkan sebagai hubungan gembala dengan domba? Yang paling terlihat jelas tentu karena Israel amat dekat dengan kegiatan menggembalakan domba, itu salah satu kegiatan keseharian mereka di sana. Tapi apakah hanya itu saja?
Ternyata tidak hanya itu saja. Kiranya baik kalau kita melihat dan mau mengerti akan karakteristik dari domba yang menjadi analogi dalam hubungannya dengan kehidupan manusia.
- Saking lemah lembutnya itu domba, dia hampir selalu dipastikan menjadi sasaran empuk hewan lain yang mau memangsa dirinya. Dan domba gak punya kekuatan apa apa untuk bisa mempertahankan dirinya atau bahkan untuk melawan hingga menang. Domba akan selalu membutuhkan gembala yang bisa menolongnya.
- Domba itu selalu berkelompok. Jarang ada domba yang hidupnya sendirian saja, kecuali domba yang kesasar.
- Ini yang paling mengejutkan saya. Ternyata salah satu karakteristik paling khas dari domba adalah ketika dia sakit, dia tidak akan menunjukkan bahwa dirinya sedang sakit. Kenapa? Karena kalau dia menunjukkan bahwa saat itu dia sedang sakit, maka hewan pemangsa yang mengintainya itu akan semakin berani mendekati domba yang sudah lemah lembut ditambah sedang sakit pula, makin tambah lemah saja itu domba.
Jadi, ketika Yesus berkata “gembalakanlah domba-dombaKu” sebagai bukti dari pertanyaan “Apakah engkau mengasihi Aku?” Yesus sedang berbicara tentang satu tugas mulia, yaitu “Menjaga Kelangsungan Sebuah Kehidupan Bersama.” Sehingga seperti yang saya katakan tadi bahwa pemilik dari domba-domba tidak lain Tuhan Yesus sendiri dan Petrus secara eksplisit (serta rasul-rasul lainnya) adalah orang yang diserahi tugas untuk menjadi alat perpanjangan tangan-Nya itu untuk menjaga kelangsungan kehidupan bersama para domba. Jadi bukan pemilik baru!
Lalu, apa peran kita dalam kehidupan sekarang ini? Apakah kita hanyalah “domba-domba” yang perlu dipelihara kelangsungan hidupnya? Atau, kita juga bisa berperan sebagai gembala bagi kawanan domba lain? Artinya, bahwa kita bisa ikut menjalankan tugas penggembalaan para rasul dan para penggantinya?
Tentu dalam hal ini kita bukan pemilik baru tetapi hanya sebatas mengurusi, memelihara dan merawat domba-domba yang ada pada kita. Kita bisa menjalankan tugas sebagai gembala dalam rumah tangga, menjalankan tugas dalam komunitas tertentu, atau memelihara kasih Tuhan kepada setiap orang yang ada di sekitar diri kita.
Maka, marilah kita disamping menjadi domba-domba yang lemah lembut dan suka berkomunitas, berkumpul hidup bersama karena seiman akan Yesus Kristus, kita juga hendaknya mau dan memposisikan diri sebagai gembala-gembala kecil di tengah kawanan domba atau sesama kita untuk saling menjaga dan memelihara kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.***
DOA:
Ya Yesus Kristus, Tuhan dan gembala kami. Kami bersyukur karena Engkau tetap mau memberi, memelihara dan merawat hidup kami sebagai domba-domba-Mu. Di dalam dan melalui Gereja-Mu yang Kudus, terutama melalui para pelayan Gereja, Engkau meneruskan penggembalaan-Mu. Karena kasih-Mu, semoga kami semua akhirnya menemukan kelegaan, padang rumput yang hijau, sukacita keselamatan sejati. Amin.
Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.
LEAVE A COMMENT