RENUNGAN MINGGU PALMA

RENUNGAN MINGGU PALMA

KERENDAHAN HATI ALLAH

  • Minggu, 10 April 2022
  • Injil Lukas 19:28-40
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Bagi Yesus, yang utama adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya, taat dan setia. Itu berarti, kini Yesus memerlukan hati, diri, hidup, dan keluarga kita. Melalui kita, Dia ingin membawakan damai, kasih, dan pengampunan-Nya.

 

Hari minggu ini  kita mengenang kembali Yesus masuk kota Yerusalem, ternyata orang-orang yang menyambutnya membentangkan pakaian mereka, melambaikan ranting-ranting daun-daun palma disertai sorak sorai, menyambut sang Raja dalam suatu pawai kebesaran. Pawai kebesaran ini bukan suatu kebetulan. Yesus memperlihatkan kepada semua orang, siapa Dia sebenarnya, sebelum Ia masuk dalam penderitaan dan kematian-Nya di salib. Ia adalah sang Raja damai bagi semua orang yang berkenan kepada Allah. Dia adalah penebus dan Juruselamat dunia.

Ia disoraki “Hosana Putera Daud, terberkatilah yang datang atas nama Tuhan!” Dia yang telah berkeliling sambil berbuat baik, mewartakan kerajaan damai dan kasih, kerajaan pengampunan yang harus hidup dalam hati manusia kini masuk kota Yerusalem. Ia masuk menawarkan damai, sukacita dan hidup abadi bagi siapapun yang menerima-Nya dalam kerendahan hati.

Yesus menggunakan keledai pinjaman. Benar, bahwa dalam banyak peristiwa dalam hidup-Nya, Ia selalu menunjukkan betapa Allah yang menjelma menjadi manusia itu adalah yang tidak punya apa-apa dan termiskin, agar kita menjadi kaya karena kemiskinan-Nya. Dari sejak Ia lahir dapat dikatakan Dia meminjam palungan tempat makan binatang untuk tempat Ia dibaringkan.

Ketika Ia mengajar,  Yesus juga meminjam perahu orang. Ia juga pinjam atau menggunakan roti dan ikan dari bekal seorang anak kecil untuk memberi makan orang banyak, bahkan ketika Ia mati, Ia pinjam kuburan orang. Semuanya itu agar manusia memperoleh keselamatan dan kebahagiaan, Yesus juga meminjam hati manusia. Dan kini Ia memasuki Yerusalem, dengan menggunakan keledai pinjaman.

Dari itu semua jelaslah bahwa Yesus tidak mencari kemegahan, Ia tidak mencari nama dan pujian, Ia juga tidak mencari muka dan popularitas diri, apalgi harus mengorbankan orang lain. Karena Yesus tahu bahwa semuanya itu percuma, sia-sia, tidak ada arti, semu, tidak penting.

Bagi Yesus yang utama adalah melaksanakan kehendak Bapa-Nya, taat dan setia. Itu berarti, kini Yesus memerlukan hati, diri, hidup dan keluarga kita untuk dipakai oleh-Nya untuk membawa damai, kasih dan pengampunan. Tuhan memerlukan kita. Tuhan memerlukan yang setia, taat, teguh, tidak takut, yang tidak lari dari Dia dan dari iman kepercayaan kita kepada-Nya, tetapi membuka dan membiarkan hati kita agar Ia boleh masuk dan tinggal, juga dalam sukacita kegembiraan tetapi juga dalam duka derita yang sedang kita alami.

Yesus datang ke Yerusalem sebagai raja yang rendah hati, yang mencerminkan kerendahan hati Allah. Dia yang mulia di surga sudi turun ke dunia menjadi yang hina. Raja yang datang bukan dengan kendaraan kereta kencana yang ditarik oleh beberapa kuda yang hebat namun hanya menunggangi keledai. Dia datang dengan tidak menampakkan kebesaran tetapi hanya dengan kerendahan hati dan kebaikan. Dia adalah Raja yang datang dari Allah yang dielu-elukan manusia yang percaya dan menaruh harapan pada-Nya.

Merenungkan tentang raja kita diingatkan akan sejarah adanya raja di Israel. Tidakkah sebelumnya tiada ada raja selain Allah Yahwe. Allahlah raja yang selalu memimpin dan menuntun mereka. Namun, karena tetangga bangsa mempunyai seorang raja, orang Israel menginginkan raja dan oleh Allah diperkenankan, yakni raja yang sesuai dengan keinginan Allah. Saul terpilih tetapi kita tahu sepak terjangnya… kemudian Allah melalui sang nabi memilih Daud menjadi raja yang hebat namun juga jatuh bangun dalam dosa. Demikian selanjutnya raja-raja Israel mengalami pasang surut raja yang sesuai dengan keinginan Allah Yahwe.

Akhirnya, Allah Sendiri memutuskan untuk datang ke dunia melalui dan di dalam diri Yesus Putra-Nya. Hanya Dialah raja yang berkenan di hati Bapa. Memang Dia bukan raja politik melainkan raja semesta alam yang memimpin dan membimbing manusia untuk merdeka dari perbudakan dosa. Raja yang berani dan menyerahkan hidup-Nya demi orang-orang yang percaya pada-Nya. Raja yang menyerahkan hidup-Nya secara total dengan melakukan apa yang dikehendaki oleh Bapa-Nya demi penebusan dosa-dosa manusia agar manusia dapat selamat kembali kepada Sang Pencipta.

Dalam kitab Yesaya 50:4-7 bicara tentang nubuatan “Hamba yang menderita.” Kepasrahan kepada Allah dan cinta kepada manusia memberanikan Yesus untuk menghadapi jalan yang terpahit sekalipun; sebab Dia meyakini kepastian bahwa tugas perutusan-Nya tidak akan sia-sia. Pesan yang mau disampaikan bagi kita adalah di zaman ini, kita mungkin sangat sulit menghargai sebuah pelayanan. Kita tahu bahwa ada banyak pelayanan yang tidak dihargai, tidak diterima dan ditolak. Tapi Yesus sang hamba yang setia dan menderita itu justru memilih jalan pelayanan yang tidak dpilih dan diminati banyak orang yakni dengan menjadi hamba yang menderita.

Sementara itu, dalam surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi (2:6-11) mengutip sebuah madah yang biasa digunakan dalam ibadah untuk memuji keagungan Yesus Kristus dan pelayanan-Nya. Terungkap betapa besar pelayanan Yesus Kristus bagi manusia, dengan menyerahkan hidup-Nya sendiri.

Di sini Paulus mengajak, supaya kita memilki perasan hati seperti Kristus dengan hidup dalam kerendahan hati, cinta dan kerukunan antara satu sama lain. Penyerahan diri Yesus berkenan bagi Allah dan membuka suatu mutu kehidupan secara istimewa. Kematian Yesus merupakan sebuah titik balik bagi kehidupan. Dan Allah berkuasa atas kehidupan itu menerima kematian Yesus sebagai sebuah persembahan yang berkenan. Karena itu sebagai orang beriman diharapkan juga punya kerelaan dan keberanian untuk melayani Allah dan sesama, sebagai sebuah persembahan indah dan berkenan.

Lalu, bagaimana dengan Kisah sengsara (Passio) di awal pekan suci ini. Yang jelas mengajak kita untuk menyadari bahwa: Yesus memerlukan teman berjaga. Apakah kita pun siap berjaga bersama Dia? Berjaga dalam menghadapi penderitaan, salib dan kematian. Berjaga dengan sungguh dan dengan sepenuh hati dan penuh iman sambil berusaha agar dijauhkan dari pencobaan, diluputkan dari yang jahat, dibebaskan dari segala ancaman yang membahayakan hidup iman.

Yesus membutuhkan suatu pengakuan yang jujur, benar dan berani tentang Dia; dan tidak mudah menyangkal-Nya. Hal ini mengingat bahwa dalam hidup ini, kita ternyata lebih mudah menyangkal janji-janji kesetiaan kita sebagai suami-istri, orangtua, anak-anak, dala tugas dan pelayanan kita bahkan sebagai orang beriman, kita mudah ingkari janji-janji baptis kita, karena kita tidak setia.

Ketika orang banyak menganggap dan menuduh Yesus sebagai penjahat, apakah kita dengan berani memberi kesaksian tentang Yesus bahwa Dia adalah Sang Mesias? Dan ketika Yesus wafat di salib, para murid-Nya berdiri dari kejauhan bahkan lari meninggalkan-Nya.

Apakah kita zaman ini berani mendekat, berani datang kepada-Nya, merasa senasib, sehati dan seperasaan dengan sang Juruselamat. Beranikah kita untuk menderita dengan rela demi Tuhan dan sesama? Yesus menyatakan kesetiaan-Nya yang tuntas pada Salib sebagai sebuah risiko dari suatu perjuangan, dari suatu kesetiaan dan ketaatan, pengorbanan dan cinta yang total dan sempurna.

Salib adalah jalan untuk mencapai keselamatan, kesempurnaan, dan kebahagiaan. Karena itu, kita pun diajak untuk berjalan bersama Yesus, agar pada akhirnya kita pun dimuliakan bersama-Nya. Sebab, yang bertahan sampai akhir akan memperoleh mahkota kemuliaan yang abadi.

Maka dari itu, mengawali pekan suci ini kita diajak semakin masuk ke dalam misteri penderitaan Yesus. Kita diundang untuk mengikuti dari waktu ke waktu setiap gerak kata dan tindakan Yesus di Yerusalem. Kita semua diajak untuk masuk mengikuti jalan kesengsaraan menuju kepada Sukacita Paskah Abadi.***

 

DOA:

Ya Tuhan Yesus, berkatilah kami semua umat-Mu yang kini sedang mengenang sekaligus mengikuti penderitaan-Mu. Semoga kami semua tetap bertahan untuk ada dan setia bersama-Mu sampai akhir. Amin.

Semoga Allah yang mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *