RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH III

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH III

TAK PERLU MENGADILI ORANG LAIN

 

  • Minggu, 20 Maret 2022
  • Injil Lukas 13:1-9
  • Oleh: Romo Thomas Suratno SCJ

 

Kita tidak perlu mengadili orang lain. Sadarilah,  penilaian terhadap diri seseorang itu datang dari pihak Allah. Kita hanya butuh pertobatan setiap hari.

 

Warta Injil hari Minggu ini, Luk 13:1-9, mengajak kita untuk selalu mengarahkan hidup pada Kristus, yakni hidup bersatu dengan-Nya. Untuk itu kita terus perlu mendengarkan seruan Tuhan terlebih seruan untuk tetap hidup berkenan di hadapan Allah. Salah satu langkah penting untuk hal itu adalah pertobatan.

Nah, bagaimana kita bisa mengerti warta Injil hari ini dengan baik dan dapat merenungkannya, serta menghayati atau mengaplikasikannya dalam hidup sehari-hari kita, terutama dalam masa Prapaskah atau masa tobat ini?

Warta Injil hari ini terdiri dari dua bagian yang dijadikan satu oleh penginjil, yakni Luk 13:1-5 dan ayat 6-9. Latar belakang sejarah mengungkapkan bahwa bagian pertama (Luk 13:1-5), yakni suatu peristiwa di mana Pontius Pilatus  menjabat procurator di Palestina tahun 26-36. Pada waktu itu ia membantai orang-orang Galilea yang sedang berziarah ke Yerusalem, sehingga darah mereka  tercampur dengan persembahan mereka.

Sedangkan bagian ke dua (Luk 13:6-9) merupakan kisah runtuhnya menara dekat Siloam. Bencana itu juga meminta korban manusia. Apakah mereka bersalah? Penginjil Lukas memberikan jawab yang lain arahnya. Bukan soal hukuman kesalahan, melainkan sikap siap sedia pada segala kesempatan untuk bertobat, karena orang tidak bisa menduga apa yang akan terjadi (Luk 13:8).

Lalu,pokok-pokok apa yang harus kita mengerti pada pewartaan Injil ini?

Pertama-tama haruslah kita mengerti bahwa kesengsaraan dan malapetaka menurut Yesus bukan merupakan dosa dan hukuman Allah. Pendapat ini merupakan penolakan bagi pandangan orang-orang sezaman yang mengira bahwa malapetaka dan bencana merupakan “kaki tangan” Allah. Seperti kita ketahui teman-teman Ayub (PL) yang berkeyakinan bahwa orang yang bernasib malang mesti besar kesalahannya sehingga dihukum Allah.

Yesus menolak anggapan seperti itu. Penderitaan dan bencana tidak boleh disamakan dengan dosa, melainkan harus dilihat sebagai peringatan untuk waspada akan hal-hal yang tak terduga. Ia sebaliknya menghendaki agar orang menarik hikmat bagi dirinya sendiri dari berita musibah yang menimpa orang lain; tidak berspekulasi tentang musibah dan kesalahan orang lain, melainkan menyadari kesalahannya sendiri dan musibah yang menanti diri mereka.

Apakah Tuhan Yesus mau mengatakan bahwa kita, yang sudah pasti adalah orang berdosa, juga akan ditimpa malapetaka seperti orang-orang Galilea dan 18 orang Yerusalem itu? Tentu, sama sekali TIDAK.

Yesus justru menolak gagasan adanya hubungan pasti Antara dosa dan malapetaka dalam hidup ini (Yoh 9:2). Yang dimaksudkan oleh Yesus adalah hal yang lebih mendasar; berita tentang musibah orang lain secara simbolik berbicara tentang  kematian dan pengadilan yang menanti semua orang, dan yang akan membawa kebinasaan kekal kalau tidak bertobat.

Orang yang mendengar sebuah berita musibah, menurut Yesus, hendaknya ingat akan kesalahan-kesalahannya sendiri, menyesalinya, dan mengubah tingkah lakunya, agar luput dari kebinasaan kekal.

Maka,akhirnya jelaslah bahwa sikap untuk waspada akan hidup (tindakan dan perbuatan) dirinya sendiri itu menjadi penting dalam kehidupan untuk mengolah PERTOBATAN.

Kemudian, mereka yang hidupnya berjalan lancar tidak boleh merasa bahwa ia terjamin oleh rahmat. Kepastian dihadapkan kepada mereka dengan berjuang, yakni bertobat yang berarti terus-menerus mengarahkan diri kepada Allah, atau hancur!

Maka yang pasti ialah adanya kemungkinan itu. Dari sini manusia harus memilih dan memperjuangkan pilihannya. Maka hal yang diperlukan di sini adalah sikap siap siaga senantiasa dalam hidup.

Ketahuilah bahwa perjuangan itu membawa kesuburan. Dalam hal ini gambaran mengenai pohon ara yang mandul, tidak berbuah dan kesabaran pemiliknya yang rela menunggu (belum mau menebang) merupakan perumpamaan berkenaan dengan orang yang tidak membawa hasil  dalam usahanya dan Tuhan yang masih tetap memberikan kesempatan dengan kasih-Nya.

Kesempatan itu dikaruniakan secara istimewa. Kalau kita renungkan perumpamaan ini, kita semua diingatkan bahwa pertobatan sebaiknya dan hendaknya terjadi bukan karena ancaman mau ditebang (binasa = masuk neraka) tetapi karena mengalami kebaikan, perawatan, dan kesabaran Allah.

Tentu saja perumpamaan kasih sayang dan belas kasih Allah ini bermaksud menggugah hati manusia agar akhirnya  mau menghasilkan buah-buah yang baik, tindakan keadilan dan belas kasih yang menunjukkan sikap tobat!

Bila manusia ternyata menyia-nyiakan kesempatan itu, lalu pengadilan Tuhan akan menentukan nilai orang tersebut. Dalam memberikan gambaran itu sebetulnya penginjil mengingatkan peristiwa sejarah yang menimpa bangsa Israel.

Mereka menolak Kristus dan kesengsaraan yang menimpa bangsa tersebut pada tahun 70 merupakan penentuan bagi bangsa tersebut. Ingat, batang yang tidak berbuah akan ditebang (Luk 13:9).

Nah, sebagai orang Kristen tentu saja tidak perlu kita mengadili orang lain. Akan tetapi, sadarilah bahwa penilaian terhadap diri sendiri datang dari pihak Allah. Maka, sepantasnyalah kita sendiri berusaha mengarahkan seluruh kehidupan pada Allah lewat Yesus Kristus Tuhan kita, kendati adanya kelemahan yang masih kita alami.

Mari, dalam masa Prapaskah yang adalah masa tobat ini, benar-benar kita mau mengarahkan seluruh hidup, -yang mencakup segala kata dan perbuatan kita- kepada (kehendak/ keinginan) Allah dan berusaha melaksanakan kehendak-Nya itu dengan segenap jiwa raga dan semuanya itu hanya demi kemuliaan Allah.***

 

DOA:

Ya Allah Yang Maharahim, Engkau tahu kekurangan dan kelemahan diri kami. Kami selalu jatuh bangun dalam dosa dalam berjalan menuju hadirat-Mu. Maka bantulah dan mampukanlah dalam diri kami dengan curah Roh Kuat Kuasa-Mu sehingga kami benar-benar mempunyai harapan pasti akan sampai pada kebahagiaan yang sejati dalam kasih-Mu.

Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati saudara sekalian, dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *