RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VIII

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VIII

 BERBENAH DAN BELAJAR DALAM KASIH

 

  • Minggu, 27 Februari 2022
  • Injil Lukas 6:39-45
  • Oleh: Romo Thomas Suratno SCJ

Orang beriman diajak terus-menerus menyadari hidupnya dalam rahmat dan kerahiman Allah. Rahmat dan pengampunan Allah itu pulalah  yang semestinya dibagikan pada sesama.

Menarik untuk kita renungkan bersama pewarta Injil hari ini. Di mana menariknya? Yang menarik adalah yang diberi warta kali ini pertama-tama adalah Sang Pewarta atau dapat dikatakan kita semua yang mendapatkan dan menjalankan tugas mewartakan Sabda kepada orang lain karena tugas melekat pada baptisan yang kita terima. Dengan kata lain, setiap orang yang dibaptis mempunyai kewajiban mewartakan Injil.

Lalu, apa yang seharusnya terjadi? Pewarta Sabda pertama-tama diharapkan mau membuka hati dan budinya bagi sabda itu sendiri sebelum mewartakannya kepada orang lain. Pewartaan merupakan pelayanan yang harus dilaksanakan dengan gigih dan tekun, disiapkan dengan baik untuk kepentingan bersama. Orang yang “buta” karena jalan pikirannya tertutup bagi sabda Yesus tentu saja tidak mungkin menjadi pewarta sabda yang tulus dan bermutu.

Gambaran tentang balok di mata sendiri tidak tampak dan selumbar pada mata orang lain adalah gambaran kontras bagaimana orang sering memperlakukan sesama.

Sadarilah bahwa pewarta sabda yang tulus bukan pertama-tama melihat sesama, melainkan melihat diri sendiri apakah dirinya sudah diolah dalam sabda itu. Maka, pertobatan yang benar harus mulai dari diri sendiri, dan itulah yang ditularkan kepada sesama untuk pembangunan hidup bersama.

Orang beriman diajak terus-menerus menyadari hidupnya dalam rahmat dan kerahiman Allah. Apa yang dianugerahkan Allah baik rahmat maupun pengampunan-Nya itulah buah yang semestinya ditawarkan kepada sesama.

Orang beriman yang mau mengikuti Yesus Kristus sepenuhnya tentu melihat jalan yang ditempuh Yesus sendiri, yaitu jalan cinta kasih. Maka, orang beriman, kita semua, perlu terus menerus berusaha berikir dan berperasaan seperti Yesus Kristus.

Kalau kita membaca Kitab Putra Sirakh dalam Perjanjian Lama, khususnya dengan membaca dan merenungkan Sir 27:4-7, kita akan mendapatkan pengajaran yang bijaksana, terutama yang menangkut tentang ‘bicara atau hal membicarakan orang lain’.

https://www.youtube.com/watch?v=E29gQlbwLIQ

Memang kita harus ingat bahwa Putra Sirakh mengajar iman dalam kebijaksanaan manusiawi memberikan arah yang realistis bagi orang yang mau memberikan penilaian bagi orang lain. Orang tidak boleh berprasangka, bertindak gegabah, karena mutu seseorang belum nampak dalam masa-masa bahagia, tetapi baru menjadi kentara bila diuji dalam api.

Orang perlu diberi kesempatan untuk mengutarakan kata-kata karena kata-kata adalah ungkapan hatinya. “Jangan memuji seseorang sebelum ia berbicara, sebab justru bicaralah batu ujian manusia.” Maka di sini kita diajak untuk berpikir namun terlebih akhirnya berbicara secara bijak.

Ini juga kiranya baik kalau kita terapkan dalam pewartaan. Supaya kata-kata kita bermutu dan berwibawa dalam wartakan, yang tak lain adalah Sabda Tuhan sendiri, dan sabda itu sungguh sudah kita hayati dalam hidup kita dan menghasilkan sukacita ilahi. Inilah kesaksian yang menguatkan warta kita.

Menjadi pewarta, atau kalau kita menjalankan tugas pewartaan sebagai pengikut Kristus, sebenarnya kita sedang menuntun orang, dan membantu saudara mengatasi halangan dalam dirinya. Tetapi, bagaimana mungkin seorang pengikut Kristus membimbing orang lain kalau ia sendiri masih buta, belum mengenal dan mampu menjalankan cara hidup kristiani, misal belum mampu hidup dalam kasih. Bagaimana mungkin membantu saudaranya mengatasi halangan, kalau belum sadar akan cacat celanya sendiri yang menghalangi cara hidup injili.

Karena itu kita sebagai pengikut Kristus diajak untuk tetap berguru pada Yesus, terus belajar dari Sang Guru yang mampu membuka mata murid, sehingga ia makin tahu jalan yang dikehendaki Tuhan dan mampu menempuhnya.

Pengikut diajak pula untuk mawas diri, mendeteksi, dan mengoreksi rintangan besar yang ada di dalam dirinya dan menghalangi dia untuk hidup menurut pola Injil. Dengan berguru pada Yesus dan membenahi diri, ia mengisi perbendaharaan hatinya dengan harta Injil, dan dari hatinya itu akan menghasilkan buah kasih.

Ketahuilah bahwa siapa yang terus mau berguru pada Yesus, akan menjadi seorang guru seperti Dia yang mampu menuntun orang lain.

Siapa yang tahu kekurangannya sendiri dan terus berusaha membenahinya, dapat juga membantu orang lain dalam membenahi dirinya. Apabila perbendaharaan hati dan budi seorang murid sungguh-sungguh dibenahi dan diresapi Injl, isi hatinya yang baik itu akan meluap ketika membina orang lain dengan teladan hidupnya dan kata-kata mulutnya.

Maka, marilah kita senantiasa sebagai orang-orang yang sudah dibaptis di mana tugas mewartakan Injil itu melekat dengan sendirinya, hendaknya kita terus mau berbenah diri, belajar tanpa henti dari Sang Guru kita Tuhan Yesus Kristus terutama dalam hal KASIH yang menjadi pusat dan sumber ajaran kristiani.

Semoga dengan kesediaan diri kita untuk tetap belajar dan berguru serta menimba kekuatan dari Sang Guru Agung Yesus Kristus kita menjadi orang yang sepenuhnya diresapi kasih ilahi dan mau membagikannya kepada sesama kita dengan tekun dan tulus.***

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, kuatkan dan mampukanlah diri kami menjadi pewarta-pewarta Injil-Mu yang setia, tekun, dan dengan tulus membagikannya kepada sesama, sehingga semakin hari semakin banyak orang menjadi percaya dan menjadi pengikut-Mu. Amin.

Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkati saudara sekalian, Bapa (+) dan Putra dan Roh Kudus. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *