RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VI

RENUNGAN HARI MINGGU BIASA VI

KEBAHAGIAAN SEJATI DARI YESUS

 

  • Minggu, 13 Februari 2022
  • Injil Luk 6:17, 20-26
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Kebahagiaan sejati tidak datang dari hidup nyaman dalam dunia ini, tapi dari kenyataan bahwa kita sekarang menerima semacam ‘down payment’ dari kekayaan penuh yang menantikan kita di surga sana.

 

Isi Warta Injil hari minggu ini sangat bertolak belakang dengan pandangan spontan kita manusia yang hidup dalam kekinian. Tidakkah kita manusia masih suka dengan mencari dan menumpuk harta? Masih suka bersenang-senang dan makan kenyang, mencari dan suka disanjung orang? Lalu kalau berhasil kita manusia akan terbuai dengan semuanya itu? Kemudian mudah mengandalkan diri dan tidak lagi mengharapkan Tuhan? TETAPI apa reaksi pada waktu kita mendengar warta Injil tadi?

Bagaimana Yesus dapat mengatakan bahwa orang-orang miskin itu terberkati (bahagia) dan orang-orang kaya itu celaka atau terkutuk? Yesus mengatakan bahwa mereka yang miskin itu terberkati bukanlah karena kemiskinan itu baik, melainkan karena orang-orang miskin lebih berkemungkinan untuk dengan rasa haus dan lapar,  Allah itu berada dalam setiap hati mereka. Sedangkan karena mudahnya menjadi berhala, sebaliknya kekayaan materiil dapat “menguasai” hati kita dan menjauhkan kita dari kerendahan hati dalam menghadap Allah guna menerima rahmat-Nya (1Tim 6:10). Itulah sebabnya mengapa Yesus bersabda, “Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu,” (Luk 6:24).

Dari ucapan ‘celaka’-Nya, Yesus sebenarnya sedang mengarahkan matahati kita ke masa depan. Dia sedang menyadarkan bahwa apa yang sekarang kita andalkan, yang hanya bersifat duniawi, akan lewat dan lenyap. Maka sebenarnya, dengan perspektif seperti itu, saat ini, kita atau mereka semua yang mengandalkan hal-hal duniawi sudah ‘celaka’. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang disebutkan dalam warta Injil hari ini?

Yang jelas Yesus tidak mengutuk orang-orang kaya, Dia hanya berduka terhadap kemiskinan spiritual (rohani) dari mereka yang merasa puas dengan kekayaan duniawi. Yesus mengetahui bahwa apabila kita mengeluarkan energi kita secara terpusat guna memperoleh kekayaan duniawi dengan cara yang mengesampingkan Allah dan kebutuhan-kebutuhan orang-orang lain, maka kita dapat merasa nyaman dalam hidup ini, tetapi dengan risiko akan terlempar dari kekayaan kehidupan kekal bersama Yesus.

Nah, Yesus mengundang kita semua untuk merangkul orang-orang miskin, guna membuka mata hati kita terhadap penderitaan di sekeliling kita, dan untuk memiliki kerinduan agar dunia ini dibebaskan dari dosa (Mat 6:9-10). Kerinduan kita menjadi kasih yang nyata pada saat kita digerakkan oleh Roh Kudus untuk mengesampingkan kepentingan-kepentingan kita dan mulai bekerja untuk membawa terang Kristus ke dalam kegelapan di sekeliling kita.

Dengan orang-orang yang kurang beruntung nasibnya saat ini, yang menderita, miskin, yang tidak ‘kebagian harta’, dan yang sedang bergumul dalam kekurangan dan kesusahan sebagai pengikut Kristus, telah mendorong mereka untuk memercayakan semuanya kepada Tuhan.

Dalam ucapan ‘bahagia’, Tuhan Yesus menegaskan bahwa sikap percaya di tengah derita sudah menjadikan mereka warga Kerajaan Allah, sudah menempatkan mereka dalam berkat pemerintahan Allah.

Inilah yang membuat masa depan mereka cerah, di mana mereka akan mendapat bagian dalam dunia baru yang sedang diperjuangkan  Allah melalui Yesus, yang kini sudah mulai menegakkan kehendak dan keadilan Allah di dunia ini. Dunia baru yang diperjuangkan oleh Yesus ini dilanjutkan oleh murid-murid-Nya di dalam Gereja, jemaat-Nya, di tengah-tengah dunia ini, dan akan berlangsung terus melampaui batas kematian (tanpa kebangkitan, kita orang yang paling malang, kata Paulus dalam 1Kor 15:19 – bacaan II).

Dengan menerima perspektif masa depan yang baik seperti ini, orang-orang yang bersengsara sekarang juga sudah boleh dikatakan atau disebut ‘bahagia’.

Sadarilah bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari hidup nyaman dalam dunia ini, melainkan dari kenyataan bahwa kita sekarang menerima semacam ‘down payment’ dari kekayaan penuh yang menantikan kita di surga sana – hidup yang dipenuhi dan dibimbing oleh Roh Kudus.

Walaupun terkadang kita hanya dapat melihat sekilas saja, jika dengan penuh ketekunan kita memusatkan pandangan kita pada Yesus, maka Dia akan menguatkan kasih kita kepada-Nya dan bagi orang-orang lain yang membutuhkan. Kasih kepada sesama memang dapat dan harus menjadi suatu kenyataan yang menggambarkan kasih Tuhan kepada manusia, siapa pun mereka.

Apakah kita sanggup mengerjakan dan mewujudkan kasih Tuhan dalam diri sesama kita? Ini memang suatu tantangan yang harus diatasi, suatu persoalan yang harus dicari pemecahannya dan suatu kesulitan yang harus dicari solusinya dalam diri kita. Yang penting pertama-tama bukan soal mampu atau tidak mampu tetapi soal mau atau tidak mau.

Sebagai orang beriman tentunya kita harus mau untuk mewujudkan kasih Tuhan terhadap sesama kita itu. Bila kita memang lemah maka marilah kita berdoa memohon kekuatan ilahi pada Tuhan sehingga kita akan dimampukan untuk melaksanakan apa yang diinginkan Dia untuk sesama kita yang kita kasihi.

Satu pertanyaan penting yang kiranya dapat diajukan adalah apa yang menjamin bahwa masa depan itu memang akan terwujud demikian? Jaminannya adalah ALLAH sendiri; cara Allah bertindak, di mana lewat para nabi di tengah penganiayaan dan akhirnya melalui Putra-Nya sendiri, Yesus Kristus sampai mati di kayu salib yang kemudian dibangkitkan oleh-Nya. Demikian juga akan dilakukan Allah bagi orang-orang yang dalam segala hal-ikhwal kehidupannya tetap percaya kepada-Nya.

Allah telah melakukannya bukan hanya untuk, tetapi juga melalui Yesus, melalui karya-Nya (v20), yang dilanjutkan dalam jemaat para pengikut-Nya (Kis 4:32-37). Karena itu, dalam pandangan penginjil Lukas, orang miskin sudah mulai mencicipi kebahagiaannya melalui keprihatinan jemaat, dan orang kaya tidak perse celaka asal saja mereka dengan hartanya mau turut serta dalam usaha Kristus dan jemaat untuk menegakkan Kerajaan serta keadilan Allah di dunia ini.

Maka marilah dengan warta Injil hari ini, kita berusaha memperkaya hidup rohani di mana keinginan dan kehendak Tuhan harus menjadi keutamaan hidup kita. Marilah juga kita berusaha menyalurkan kasih Allah kepada sesama yang berkekurangan dan membutuhkan uluran tangan kasih kita. Dan akhirnya, mari kita membagikan kekayaan Injil kepada setiap orang yang mendambakan keselamatan yang sejati.***

DOA:

“Ya Tuhan Yesus, tunjukkanlah belas kasih-Mu kepada mereka yang miskin dan menderita, dibenci dan lapar. Kemudian tolonglah kami, agar kami dapat membantu mereka baik secara materiil maupun finansial dan  tentu saja dengan membagikan kekayaan Injil Kabar Gembira-Mu. Amin.”

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *