RENUNGAN HR EPIFANI

RENUNGAN HR EPIFANI

Hidup yang Memancarkan Dia

 

  • Minggu, 02 Januari 2022
  • Injil  Mat 2:1-12
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Bisa saja, kita telah sekian lama menjadi murid Kristus, dan tahun demi tahun merayakan Natal, namun hidup kita belum sepenuhnya menampakkan Terang Tuhan itu.

 

Di penghujung masa Natal kita bersama merayakan penampakan Tuhan Yesus. ‘Epifani’ penampakan Tuhan di sini, maksudnya adalah, kelahiran Kristus dinyatakan kepada seluruh bangsa, yang diwakili oleh para majus itu. St. Paus Leo Agung I mengajarkannya demikian, “Sebab sehubungan dengan keselamatan semua umat manusialah, kelahiran Sang Pengantara antara Allah dan manusia telah dinyatakan kepada seluruh dunia, ketika Ia masih tersembunyi di kota kecil itu.

Sebab, meskipun Ia telah memilih bangsa Israel, dan sebuah keluarga dari bangsa itu, yang dari padanya Ia mengambil kodrat manusia, namun Ia tidak menghendaki bahwa hari-hari setelah kelahiran-Nya menjadi tersembunyi dalam batas-batas sempit rumah ibu-Nya, tetapi menghendaki agar [kelahiran-Nya itu] dapat dikenali oleh semua orang, mengingat bahwa Ia berkenan lahir untuk semua orang. Maka, kepada ketiga orang majus itu, nampak sebuah bintang …. Ia yang memberi tanda, memberi pengertian tentangnya kepada yang memandangnya, … dan membuat diri-Nya sendiri ditemukan.”

Kisah yang menarik dalam warta Injil hari ini menarik dan penuh dengan perkembangan yang tak terduga. Semuanya itu bertolak dari kelahiran seorang anak, dan dari munculnya bintang yang menunjukkan bahwa anak ini seorang raja, bahkan raja Mesias. Reaksi orang terhadap raja Mesias itu sangat berbeda, bahkan secara mengherankan!

Di satu pihak, ada penguasa dan pemuka-pemuka umat Allah yang mewarisi tradisi yang telah menyiapkan mereka atas kedatangan Mesias, Kristus. Mereka tahu asal-Nya dan juga penting-Nya. Akan tetapi ketika sungguh-sungguh dihadapkan dengan Dia, mereka menjadi cemas dan takut. Kedudukan dan kepemimpinan mereka rasanya ditantang oleh Mesias ini. Mereka was-was; mengerahkan segala kekuatan mereka untuk mereka mengawasi gerak-Nya. Pada saat yang tepat, mereka akan berusaha menyingkirkannya.

Di lain pihak, ada orang-orang yang belum dipersiapkan bersama umat Allah atas kedatangan Mesias. Sungguh mengherankan, justru mereka ini menanggap tanda-Nya dan menggenapi nubuat-nubuat dalam tradisi umat Allah.

Tanpa mengenal nubuat itu, dan hanya berbekalkan hikmat mereka sendiri, maka menangkap isyarat-isyarat yang diberikan Tuhan, lalu mereka mencari-cari. Pencarian mereka dapat saja salah arah. Ironisnya, mereka kembali ke arah yang tepat berkat bantuan orang yang tahu namun enggan terhadap Mesias. Mereka akhirnya menemukan Mesias, Kristus, mengakui-Nya sebagai Tuhan dan Gembala mereka, dan menyerahkan diri mereka kepada-Nya.

Kristus membiarkan diri ditemukan oleh “orang-orang luar” dan memancarkan terang kemudian menjadi sumber sukacita bagi mereka. Itulah kabar gembira dalam kisah warta Injil ini. Lalu yang menggembirakan juga: penguasa dan pemuka umat yang risi dan awas terhadap Kristus, akhirnya toh tidak berhasil menyingkirkan-Nya.

Dari semuanya itu kita dapat bertanya diri, apakah hidup kita juga telah menampakkan Terang Tuhan kabar gembira dan sumber sukacita yang menyatakan kemuliaan Tuhan? Sebab dapat saja, kita telah sekian lama menjadi murid Kristus, dan tahun demi tahun merayakan Natal, namun hidup kita belum sepenuhnya menampakkan Terang Tuhan itu.

Kita masih jatuh bangun untuk mengalahkan kegelapan dalam jiwa kita, yaitu segala bentuk kelemahan dan kecenderungan kita untuk berbuat dosa. Atau, mungkin kita belum sungguh-sungguh menyatu dengan Sang Terang itu, sehingga kita tidak selalu mampu untuk memancarkan Dia.

Bagaikan korek api yang kalau tidak menyatu dengan sumber api juga tidak dapat menyala. Demikian pula, kita tak mungkin bersinar, jika kita tidak menyatu dengan Sang Sumber Terang, yaitu Kristus sendiri.

Oleh karena itu, Gereja mengajak kita, terutama dalam keluarga, untuk kembali menimba kekuatan dari Sang Terang. Ada yang menandainya dengan membawa lilin-lilin untuk diberkati hari ini, yang kemudian dinyalakan di rumah setiap kali pada saat berdoa.

Ada pula yang hari ini berdoa bersama keluarga dan menandai ambang pintu rumah dengan inisial nama para majus itu, dan memohon kepada Tuhan agar diberikan rahmat, kerendahan hati dan keberanian untuk selalu percaya kepada-Nya, mencari dan melaksanakan kehendak-Nya, seperti para majus itu.

Apapun yang dilakukan, maksudnya adalah, kembali kepada Sang Terang, agar mampu meneruskan Terang itu kepada orang-orang di sekitar kita.

 

DOA:                    

“Ya Tuhan, betapa aku rindu, agar segala ujung bumi melihat terang keselamatan yang datang dari pada-Mu! Buatlah aku melekat kepada-Mu, ya Tuhan, sehingga bersama-Mu, aku dapat mengusahakan kebaikan, keadilan dan cinta kasih, dan  memancarkan Terang Sukacita dan kemuliaan-Mu. Amin.”

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *