RENUNGAN MINGGU ADVEN IV

RENUNGAN MINGGU ADVEN IV

Saling Berbagi Berkat

 

  • Minggu, 19 Desember 2021
  • Injil  Luk 1:39-45
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Sebagai orang beriman, kita diajak untuk saling bertemu, saling meneguhkan, dan akhirnya saling memberkati dengan perkataan dan perbuatan kita.

 

Konteks pewartaan Injil hari ini, Luk 1:39-45, di mana Maria mengunjungi Elisabet menyatukan dua kisah sebelumnya, yakni Kabar malaikat kepada Zakaria tentang kelahiran Yohanes dan kepada Maria tentang kelahiran Yesus. Dalam warta tadi, digambarkan bagaimana pertemuan dua ibu bertemu yang sekaligus tergambarkan hubungan antara mereka dan anak-anak mereka. Keunggulan anak Maria, yang sudah jelas kalau membandingkan kedua kabar malaikat, kini dalam perjumpaan hal itu terungkap secara nyata.

Kisah perjumpaan Maria dengan Elisabet pertama-tama merupakan sebuah pewartaan tentang Yesus, anak Maria, yang disambut dengan gembira dan diperkenalkan oleh Yohanes. Yesus diakui sebagai Mesias oleh Elisabet ketika menyambut Maria yang diakui sebagai “ibu Tuhanku”. Maka demikian pula, kita diundang untuk menyambut dan mengakui Yesus, anak Maria, seperti pengakuan Elisabet, bahwa Dia adalah Mesias, Tuhanku.

Ketahuilah bahwa Maria adalah gadis sederhana yang berjalan jauh untuk menyaksikan tanda dari Allah dan selama beberapa bulan mendampingi sanaknya, dijuluki sebagai perempuan yang paling diberkati. Julukan ini digunakan untuk perempuan yang memainkan peranan istimewa dalam sejarah keselamatan. Peranan istimewa Maria adalah mengandung dan melahirkan Mesias, menjadi ibu Tuhan. Maria terberkati bukan karena kehebatannya sendiri, melainkan karena anaknya yang terberkati, sang Mesias.

Namun, menghormati Maria sebagai ibu kandung Tuhan Yesus Kristus bukanlah yang terpenting bagi penginjil Lukas. Yang lebih ditekankannya ialah Maria yang percaya. Sebagai puncak madah  pujian Elisabet, Maria disebut bahagia bukan karena hubungan jasmani dengan anaknya, Yesus, melainkan karena kepercayaannya akan sabda Allah tentang Anaknya itu. Kepercayaan itu tidak dikemukakan sebagai sesuatu yang eksklusif dari maria (tidak dikatakan ‘engkau’), tetapi dalam hal itu ia ditampilkan sebagai model untuk pengikut-pengikut Yesus, untuk kita semua pembaca atau pendegar Injil. Berbahagialah dia, yakni Maria dan setiap pembaca/pendengar yang seperti dia yang percaya akan terlaksananya sabda Allah dan rela dilibatkan di dalamnya.

Lalu apa yang bisa kita renungkan dengan kisah warta Injil hari ini? Salam yang dikatakan Elisabet kepada Maria telah menjadi bagian doa devosi kita, umat Katolik. Dalam perjalanan iman yang menantang kemustahilan, salam Elisabet pasti memberikan kesegaran kekuatan pada Maria.

Elisabet pasti sangat bahagia ketika mengandung. Itu seolah melepaskannya dari aib karena sebelumnya orang menyebutnya sebagai perempuan mandul (Luk. 1: 25). Namun, Maria punya kasus yang berbeda. Dia mengandung anak yang bukan dari suaminya (Luk 1: 34). Tentu saja itu adalah aib tersendiri jika orang mengetahuinya. Salam Elisabet pastilah sangat menguatkan Maria. Elisabet sendiri mungkin tak menyadari betapa berartinya salam hangat yang ia berikan kepada Maria.

Kehidupan iman adalah perjalanan yang dinamis. Kenyataan sehari-hari mudah mengombang-ambing perasaan kita. Sebagai komunitas orang percaya, kita dapat memilih dua tipe kepribadian. Pertama, mereka yang menguatkan iman sesamanya. Kedua, mereka yang menjatuhkan dan menjadi batu sandungan. Jika peka merespons karya Roh Kudus, kita dapat menjadi sumber kekuatan bagi saudara seiman.

Elisabet tampaknya sangat bahagia dikunjungi Maria. “Siapa aku ini sampai ibu Tuhanku mengunjungi aku?” Elisabet bertanya (43). Rupanya, pergumulan iman menghasilkan persekutuan yang saling menguatkan. Persahabatan yang jujur sangat berharga dan dapat membawa kita lebih mencintai Tuhan.

Kita menyadari bahwa iman memang dapat terungkap dalam bermacam-macam ungkapan lahiriah dalam hidup sehari-hari. Bisa jadi iman itu semacam hal-hal yang bersifat kebetulan namun diyakini bahwa itu terjadi karena kehendak Tuhan. Misal: seorang penguasaha makanan mensyukuri berkat Tuhan yang selalu melimpah padanya. Ia yakin dan percaya bahwa kesuksesan yang ia alami saat ini adalah sepenuhnya karena berkat Tuhan. Usahanya dari yang kecil sekarang sudah menjadi semakin besar. Dari yang pelanggannya sedikit, sekarang sudah menjadi banyak. Pilihan tempat yang sebenarnya tidak disengaja, justru menjadi tempat yang strategis untuk usahanya. Semuanya dipandang menjadi sebuah berkat. Tetapi ketika ditanya bagaimana itu terjadi, ia tidak mampu menjelaskan. Ia hanya mampu berkata ‘pokoknya ini berkat dari Tuhan’. Maka tindakannya selanjutnya adalah membagi berkat itu pada orang lain.

Bagi orang percaya, banyak hal terjadi atau tidak terjadi karena ada campur tangan Tuhan. Ia sungguh yakin bahwa Tuhan selalu hadir dan mendampingi. Gerakan sekecil apapun dilihat dalam terang iman. Sementara bagi orang yang tidak percaya, mukjizat sebesar apapun tidak pernah dilihat dalam kerangka iman, Tuhan yang menyertai. Usaha yang sukses dan berhasil lebih banyak dilihat dalam kerangka managemen yang baik dan usaha sendiri yang keras.

Warta injil hari ini, di mana dua tokoh besar dalam beriman, yakni Maria dan Elisabeth mampu mengerti gerakan sekecil apapun dalam terang iman. Iman itulah yang akhirnya menjadikan perjumpaan mereka sebagai perjumpaan yang membawa berkat. Berkat itu tidak hanya bagi mereka berdua, tetapi anak yang dirahim Elisabeth pun merasakan kehangatan iman dari sapaan Maria. Kedua perempuan ini menjadi teladan dalam beriman karena buah kandungan yang mereka miliki. Lalu disadari pula bahwa dua tokoh besar sedang hadir dalam rahim mereka, dua tokoh yang akan membawa tahun rahmat Tuhan dalam diri manusia. Ketahuilah bahwa tanpa dua tokoh besar itu, kedua perempuan ini tidak berarti banyak.

Maria dan Elisabeth menjadi teladan bagi kita saat ini. Mereka sebagai orang yang mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan mempunyai hidup yang diberkati. Mereka sama-sama tidak mengerti persis apa yang terjadi, tetapi mereka mengamini dengan iman. Pertemuan mereka menjadi pertemuan yang saling meneguhkan, saling memberkati.

Maka sebagai orang beriman, kita juga diajak untuk saling bertemu, saling meneguhkan, dan akhirnya saling memberkati dengan perkataan dan perbuatan kita. Diri kita masing-masing sudah ‘membawa’ berkat Tuhan karena rahmbat baptisan. Berkat itu pula yang seharusnya kita sampaikan kepada orang-orang yang kita jumpai. Mari meneladan Maria dan Elisabeth supaya hidup kita menjadi hidup yang semakin terberkati dan menjadi berkat bagi dunia, begitu pula dengan kita yang sudah hidup dengan dan dalam berkat Tuhan, yakni rahmat baptisan, tentunya juga hidup kita hendaknya dapat menjadi berkat bagi sesama.***

 

DOA:

Ya Tuhan, ajarilah kami agar kami mampu menjadi penyalur berkat-Mu kepada setiap orang yang kami jumpai dalam hidup kami. Semoga bibir kami tidak membawa hujatan, tetapi membawa berkat. Semoga kaki dan tangan kami melangkah membawa kebenaran. Tuhan, berkatilah seluruh persiapan kami untuk merayakan hari raya natal nanti. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *