RENUNGAN HR YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM
Raja Sederhana dan Rendah Hati
- Minggu, 21 November 2021
- Injil Yoh 18:33b-37
- Oleh Romo Thomas Suratno, SCJ
Yesus, Raja Semesta Alam, menampilkan diri sebagai pribadi yang sederhana dan bukan sebagai Raja Agung. Dia sungguh rela meninggalkan keagungan-Nya untuk menjadi sama seperti manusia.
Pada tahun 325, Konsili Ekumenis Pertama berlangsung di Kota Nicea di Asia Kecil. Selama Konsili itu, dogma tentang keilahian Kristus didefinisikan untuk melawan ajaran sesat Arian: “Kristus adalah Allah, terang dari terang, Allah yang benar dari Allah yang benar”. 1600 tahun kemudian, pada tahun 1925, Paus Pius XI mengungkapkan yang intinya bahwa, ajaran tentang kebenaran iman, yang membawa umat beriman ke dalam kegembiraan hati jauh lebih efektif bila dirayakan dengan perayaan tahunan misteri suci ini daripada dengan pernyataan resmi ajaran Gereja.
Pernyataan ajaran itu hanya sekali dan biasanya hanya dimengerti oleh sedikit umat beriman; sedangkan pesta/perayaan (tahunan) dapat menjangkau mereka semua umat; dirayakan setiap tahun dan untuk selamanya. Sadarilah bahwa sebagai ajaran gereja terutama akan mempengaruhi pikiran; sedangkan pesta/perayaannya akan mempengaruhi pikiran dan hati, dan memiliki efek yang bermanfaat pada seluruh kodrat manusia” (Ensiklik Quas primas, 11 Desember 1925).
Seperti hari ini, kita merayakan hari Minggu terakhir Tahun Liturgi, yakni Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus, Raja Semesta Alam. Kita sebagai Gereja bergerak menuju tujuan ini mulai Minggu Pertama Adven. Hari ini kita telah mencapainya.
Mengingat fakta bahwa Tahun Liturgi mewakili kehidupan kita sendiri dalam miniatur, pengalaman ini mengingatkan kita, dan bahkan lebih mendidik kita, bahwa kita sedang dalam perjalanan menuju perjumpaan dengan Yesus, Mempelai, ketika Dia akan datang sebagai Raja dan Tuhan atas hidup dan sejarah. Kedatangan yang sekarang kita nantikan adalah kedatangan-Nya yang kedua. Kedatangan-Nya yang pertama adalah dalam kerendahan hati seorang Anak yang dibaringkan di dalam palungan (lih. Luk 2:7); Kedatangan-Nya yang kedua adalah ketika Dia kembali dalam kemuliaan di akhir zaman yang kita rayakan secara liturgi hari ini.
Tetapi ada juga kedatangan perantara– kita menjalaninya hari ini – di mana Yesus hadir di dalam kita melalui Rahmat yang kita terima dalam Sakramen-sakramen dan kita diundang untuk mengenali Yesus di setiap wajah saudara dan saudari kita. Sepanjang perjalanan ini, liturgi menawarkan kepada kita sebuah sekolah kehidupan untuk mengajar kita bagaimana mengenali Tuhan yang hadir dalam kehidupan sehari-hari dan untuk mempersiapkan kita bagi kedatangan-Nya yang terakhir.
Seperti yang tadi saya katakan, bahwa Tahun Liturgi dimulai dengan penantian kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali melalui hari Minggu Advent 1, berpuncak pada perayaan Paskah, dan diakhiri dengan hari raya Kristus Raja Semesta Alam, yakni saat Tuhan Yesus dinantikan kedatangan-Nya untuk kedua kalinya.
Tahun liturgi tersebut merayakan sepanjang tahun misteri karya penyelamatan Allah yang terlaksana melalui Tuhan Yesus Kristus. Dengan menantikan kedatangan-Nya yang kedua, kita menantikan saat Tuhan Yesus datang sebagai Raja Agung yang mengadili orang hidup dan orang mati, sekaligus menyelesaikan seluruh karya penebusan-Nya.
Kerajaan Kristus bukan dari dunia ini, Kristus sebagai Raja adalah Dia yang membawa damai sejahtera kepada umat manusia melalui Darah-Nya. Bacaan kedua (Why 1:5-8) jelas sekali menyebut hal ini, “Dia mengasihi kita, dan berkat darah-Nya Ia telah melepaskan kita dari dosa kita. Dia telah membuat kita menjadi suatu kerajaan.” Kristus menjadi Raja justru melalui peristiwa direndahkan-Nya di salib. Dalam Injil Yohanes, Yesus disalib justru bermakna pemulihan Yesus sebagai Raja. Dia bertakhta sebagai Raja justru melalui penyaliban-Nya.
Marilah kita menyembah Kristus Sang Raja justru melalui apa yang sering kita anggap sebagi kerapuhan. Pada saat ber-Ekaristi, Kristus pun hadir di tengah kita dan kita Dia pun bertakhta tetapi justru melalui kerapuhan roti dan anggur. Itulah sebabnya, kerapuhan kemanusiaan kita yang sering kita hindari ini justru menjadi tempat dan cara Kristus Sang Raja hadir di tengah kita.
Hari ini Gereja Katolik di seluruh dunia merayakan Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam. Melalui ensiklik Quas Primas, ingin menunjukkan bahwa Yesus Kristus diakui lebih tinggi dan berkuasa diatas segala kekuatan dunia. Yesus yang menentukan penghakiman atas segala makhluk didunia, oleh karena itu Yesus juga layak diberi gelar sebagai Raja Semesta Alam dan Raja Eskatologis (akhir zaman).
Warta Injil Minggu ini sangat menarik untuk direnungkan. Pertanyaan Pilatus kepada Yesus tentang Yesus adalah raja Yahudi sesungguhnya bisa kita tujukan ketika kita berada pada posisi Pilatus. Kita bersyukur bahwa Pilatus mewakili kita untuk mengetahui identitas Yesus yang sebenarnya. Pilatus yang mempunyai kedudukan tinggi takut jika posisinya diambil alih oleh orang lain. Hal ini juga melukiskan pribadi kita yang sehari hari memiliki rasa takut jika posisi kita diambil orang lain yang mungkin lebih baik dari kita. Jawaban Yesus kepada Pilatus menunjukkan identitas-Nya sebagai Anak Allah yang rendah hati, rela berkorban demi keselamatan manusia.
Nah, melalui dialog antara Pilatus dan Yesus, warta Injil Yohanes ini mengajak kita untuk memahami dan menanggapi Yesus sebagai Raja Mesianik secara lebih tepat. Dari awal sebenarnya sudah jelas bahwa Yesus seorang Raja yang sangat berbeda dengan penguasa-penguasa dunia. Ia ditolak oleh bangsa-Nya sendiri, bahkan diserahkan dan didakwa oleh mereka. Keunikan sifatnya sebagai raja tampak dalam fakta bahwa raja ini tidak mempunyai hamba-hamba, lalu juga tidak mengadakan perlawanan fisik ketika Ia ditangkap dan diserahkan, sungguh berbeda dengan pemerintahan apa pun di dunia ini.
Sifat yang unik itu sungguh jelas dalam fungsi positif Kristus Raja. Sebagai raja yang tidak muncul berdasarkan pewarisan atau pertarungan kekuatan dunia ini, tetapi yang datang dari Allah ke dalam dunia ini, Ia berpengaruh dan berkuasa di dunia sekarang dengan memberikan kesaksian tentang kebenaran, menyingkapkan misteri ilahi, memperdengarkan dan memperlihatkan apa yang didengar dan dilihat-Nya sendiri pada Bapa, serta memperkenalkan kasih Bapa dan kehendak-Nya untuk keselamatan dunia.
Kesaksian Yesus itu tidak cuma dimaksudkan sebagai keterangan bagi Pilatus dan pembaca/ pendengar Injil, tetapi merupakan undangan untuk mendengarkan dan menerimanya dengan iman. Kita diajak untuk menerima Yesus sebagai wahyu Allah, sebagai saksi yang menyingkapkan rahasia Allah yang dengan demikian dapat berkuasa di antara kita.
Kalau kita perhatikan dan renungkan lebih dalam, Yesus yang adalah Raja Semesta Alam di sini nampak menampilkan diri sebagai pribadi yang sederhana dan tidak nampak sebagai “Raja Agung”. Ia sungguh rela meninggalkan keagungan-Nya untuk menjadi sama seperti manusia. Lalu, kita bisa menjadikan sabda Yesus ini sebagai prinsip hidup harian kita. Ketika kita memiliki posisi jabatan bagus dan kuasa, entah di sebuah perusahaan atau paroki. Kita perlu memiliki sikap rendah hati dan memandang sesama sekitar kita sebagai saudara dan anggota keluarga kita.***
DOA:
Ya Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah raja semesta alam. Semoga kami yang percaya dan beriman pada-Mu sungguh-sungguh hidup dalam pimpinan dan bimbingan-Mu. Rajailah kami dan curahkanlah Roh Ketaatan pada kami, sehingga kami akan senantiasa berserah pada-Mu, mencari-menemukan dan menjalankan apa yang Kauhendaki supaya kami lakukan dalam hidup sehari-hari. Amin.
LEAVE A COMMENT