RENUNGAN MINGGU BIASA XXVIII

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVIII

Merelakan Penghalang

 

  • Minggu, 10 Oktober 2021
  • Injil  Mrk 10:17-27
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Ada sejumlah orang yang menjadikan harta kekayaan sebagai satu-satunya andalan dalam hidup. Padahal, inilah yang dapat menjadi penghalang untuk mengikuti Yesus dan menyerahkan diri kepada pemerintahan Allah. Adakah “harta kekayaan” yang ada padaku, yang menjadi penghalang? 

Warta Injil Minggu ini, kalau dilihat dalam ketiga Injil Sinoptik (Matius, Markus, dan Lukas), kejadian ini muncul setelah peristiwa orang kaya yang ingin tahu bagaimana caranya memperoleh kehidupan yang kekal – dalam bahasa Injil, memperoleh kehidupan yang kekal sinonim atau sama dengan masuk Kerajaan Allah. Dalam mematuhi hukum, orang kaya tersebut, tidak bisa disangsikan lagi – Ia meyakinkan Tuhan Yesus bahwa ia telah mematuhi semuanya sejak ia masih muda, dan Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa usaha orang ini berlebihan.

Namun, untuk menguji keteguhan hatinya, Tuhan Yesus mempersilakan dia menjual segala miliknya dan membagikannya kepada orang-orang miskin. “Maka”, kata Tuhan Yesus, “engkau akan beroleh harta di surga, kemudian datanglah kemari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu, wajah orang kaya itu menjadi kecut. Pengorbanan ini terlalu besar dari apa yang ia bersedia untuk diberikan. Kejadian ini menunjukkan sifat yang radikal dari pola pemuridan Tuhan Yesus dalam memanggil orang.

Kemudian untuk menggambarkan “alangkah sukarnya orang kaya untuk masuk ke dalamKerajaan Allah”. Tuhan Yesus menggunakan ungkapan kata yang mengejutkan. “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

https://www.youtube.com/watch?v=dvmdPxRCUjo

Tentu saja pendengar-Nya pada waktu itu langsung menganggap ini sebuah perkataan yang keras untuk dimengerti. Bukan saja sulit, tapi tidaklah mungkin seorang kaya masuk ke dalamKerajaan Allah. Sama seperti seekor unta melewati lubang jarum, betapa pun besarnya lubang jarum itu. Para pendengar-Nya gentar, lalu kata mereka, “jadi, siapakah yang dapat diselamatkan?” tanya mereka. Petrus mewakili yang lain berkata, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau,” (Mrk 10:28 ). Di sini mereka tidak menyadari batapa ketatnya syarat-syarat memasuki Kerajaan Allah itu.

Di dalam ungkapan Yesus tadi yang menyatakan ‘… Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah’ (Mat 19:24),  merujuk pada gerbang kecil yang bernama lobang jarum yang begitu rendah sehingga seekor unta harus membungkuk kalau mau melewatinya.

Ada yang menjelaskan bahwa ada dua gerbang di kota Yerusalem, yang pertama dan agak besar digunakan bagi hewan beban, dan yang kedua agak kecil digunakan bagi pejalan kaki. Yang kecil inilah yang dewasa ini disebut sebagai mata jarum namun tidak ada bukti bahwa gerbang itu sudah ada di era Yesus Kristus. Namun, ada yang mengatakan bahwa nama mata jarum itu baru diberikan belakangan oleh kalangan Yahudi Kristen untuk merujuk kepada perkataan Yesus Kristus.

Kemudian dalam Matius 19:26 disebutkan bahwa ‘Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin.”’ Karenanya ‘lubang jarum’ itu untuk sebenarnya untuk melukiskan suatu kemustahilan. Kiranya tak bisa disangkal bahwa Tuhan Yesus di sini menggunakan gaya bahasa hiperbola yang lazim dalam masyarakat semitik untuk mengungkapkan sesuatu yang sama sekali tidak mungkin.

Maksud pemakaian gaya bahasa hiperbola ini tidak lain adalah supaya ajaran yang ingin disampaikan betul-betul dipahami dan tidak ada kemungkinan salah mengerti, yaitu: tidak mungkin seorang kaya masuk ke dalamKerajaan Allah– bagi manusia hal itu tidak mungkin, Tuhan Yesus mengakuinya. Tetapi, bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi-Nya, juga untuk menyelamatkan seorang kaya. Jadi kalau demikian, hati orang kaya itu harus diubah. Cinta pada kekayaan duniawi harus diganti dengan cinta pada kekayaan sejati yaitu “harta di Surga”.

Memang tidak mudah bagi siapapun untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, seperti dikatakan bahwa: “sesaklah pintu dan sempitlah jalannya,” (Mat 7:14) – tetapi yang akan mengalami kesulitan paling besar ialah orang kaya. Ajaran mutlak dari Tuhan Yesus dalam Mrk 10:24 : “Alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah” telah dikembangkan pada kesaksian-kesaksian yang muncul belakangan ini sehingga bisa dibaca sebagai berikut : “Alangkah sukarnya bagi orang yang percaya pada kekayaan masuk ke dalam Kerajaan Allah”.

Hal ini bisa jadi merupakan usaha lain untuk memperlunak kekerasan pernyataan Tuhan Yesus itu. Seorang pembaca bisa menghibur dirinya dengan berpikir “Aku memang mempunyai kekayaan, tapi aku tidak percaya kepadanya. Jadi aku baik-baik saja”. Tetapi menurut ajaran Tuhan Yesus sangatlah sulit bagi orang kaya untuk menaruh percaya pada kekayaan itu. Bukti bahwa mereka menaruh percaya pada kekayaan atau tidak, akan terlihat dari kesediaan mereka untuk berpisah dengan kekayaan mereka, melepas harta bendanya.

Mengapa Tuhan Yesus mengangap kekayan sebagai penghalang seseorang masuk ke dalam Kerajaan Allah? Karena kenyataannya bahwa orang yang memiliki kekayaan menggantungkan hidupnya pada kekayaan itu. Seperti petani kaya dalam perumpamaan Tuhan Yesus pada Lukas 12:16-21 yang memacu dirinya sendiri dengan pikiran tentang kekayaan besar yang ia timbun untuk bertahun-tahun lamanya.

Bandingkan dengan orang zaman sekarang yang menanamkan modal besar sehingga memberi dia penghasilan besar yang tidak tergoncangkan oleh inflasi. Rasanya tidak ada perkataan Tuhan Yesus yang lebih ‘keras’ bagi pola pikir manusia zaman sekarang ini daripada perkataan tentang ‘unta dan lobang jarum’ yang membuat orang sangat tergoda untuk memperlunak pengertiannya

Warta Injil pada hari Minggu ini, kalau kita refleksikan atau renungkan lebih jauh, merupakan percakapan antara orang kaya dan Yesus mengenai dua macam cara hidup. Cara yang pertama ialah mencari ganjaran kekal dengan hidup menurut peraturan hukum, yang sering kali disamakan dengan tidak melanggar hak sesamanya. Lalu, cara yang kedua, yang melebihi cara pertama yang dinilai kurang, yakni memenuhi undangan untuk menjadi pengikut Yesus, sambil melepaskan apa yang menjadi halangan, yakni  berbagi  harta (kepunyaan) dengan orang yang membutuhkan.

Tentu cara ini tidak berfokus pada pelaksanaan hukum tetapi pada hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus dan melalui Dia hubungan dengan Allah, satu-satunya yang mahabaik. Hubungan dengan Tuhan itu memberi juga hubungan baru dengan sesama: bukan hanya tidak melanggar haknya, tetapi secara positif memperhatikan kebutuhannya juga.

Namun demikian, cara hidup yang kedua ini tidaklah mudah dan dapat dikatakan sulit, bahkan mustahil, khususnya bagi orang yang mempunyai banyak harta. Namun, kita menyadari bahwa harta kekayaan yang menjadi andalan, justru dapat menjadi penghalang untuk mengikuti Yesus dan menyerahkan diri kepada pemerintahan Allah. Bahkan, bagi setiap manusia, sekali lagi hal itu sulit.

Selain kekayaan, ada banyak penghalang lain (misalnya ‘kebesaran dan kekuasaan/ kedudukan/ jabatan tinggi’ yang sering dikejar orang) yang dapat mempersulit orang untuk bersikap seperti anak dan pelayan, sikap yang perlu untuk dapat masuk ke dalam kerajaan Allah, dengan mengikuti Yesus. Untuk itu kita perlu percaya kepada kuasa Allah yang mampu mengerjakan di dalam manusia beriman hal yang mustahil bagi manusia itu sendiri.

Contohnya adalah pengikut-pengikut Yesus, para murid-Nya. Sebagai manusia, mereka tentu masih terus bermimpi tentang kemenangan, kebesaran, dan kekuasaan. Akan tetapi, berkat pendekatan Allah melalui Yesus, mereka justru telah meninggalkan jala, perahu dan sanak saudaranya dan mengikuti Yesus. Artinya, mereka sudah dibawa masuk ke dalam Kerajaan Allah dan sudah mulai mengalami berkahnya sekarang juga di dalam keluarga Yesus yang baru, dalam persekutuan jemaat. Akan tetapi, secara realistis ditambah bahwa pengalaman akan keluarga baru itu kemungkinan akan mengalami pelbagai pengalaman susah-derita selama di dunia ini.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk dapat masuk Kerajaan Allah atau selamat sebagai orang beriman. Petama-tama tentulah kita harus percaya akan kuasa Allah dalam Yesus Kristus, Putra-Nya. Yang tidak mungkin rasanya bagi kita…percayalah di dalam Tuhan segala sesuatu itu mungkin. Kemudian dalam kenyataan hidup kita sehari-hari harusnya kita wujudkan dalam perkataan maupun perbuatan kita yang baik terhadap sesama dan melaluinya kepada Tuhan tentunya, sekalipun harus melalui hidup susah penuh penderitaan. Inilah tantangan yang harus kita hadapi kalau sungguh ingin masuk dalam Kerajaan Allah itu. Semoga kita semua dimampukan oleh kuat-kuasa Tuhan.***

 

DOA:

Ya Tuhan Yesus Kristus, Engkau Tuhan dan Juruselamat kami. Semoga sudi menolong diri kami yang rapuh imannya. Kuatkanlah dan mampukanlah kami sehingga kami dapat hidup sesuai dengan kehendak-Mu, dan akhir seperti yang Kauharapkan sendiri, kami dapat masuk dalam Kerajaan-Mu. Amin. ***

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *