RENUNGAN MINGGU BIASA XXVI 

RENUNGAN MINGGU BIASA XXVI 

Semangat Kelonggaran Hati

 

  • Minggu, 26 September 2021
  • Injil Mrk 9:38-43.45.47-48
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Hendaknya kita mengembangkan semangat keterbukaan hati dan berpikir secara positif. Entah itu terhadap sesama maupun segala hal yang kita alami. Dengan ini, kita dapat semakin menyadari rahmat Tuhan yang selalu hadir dalam setiap perjalanan hidup kita.

 

Saudara-saudari yang terkasih, seorang pengikut Kristus sejati hidup membuka diri berbagai karya Tuhan. Ia hidup dalam semangat berbagi, seperti juga Yesus yang dipecah dan dibagi demi keselamatan semua orang. Namun demikian, ia juga harus menyadari bahwa kendati telah menjadi Kristen, ia tetap menjadi bisa batu sandungan bagi sesamanya karena tingkah lakunya yang tidak baik. Mengusahakan diri untuk berada dalam kesadaran selalu ‘baik’ harus juga mengandalkan kemurahan Allah.

Nah, jemaat Kristen hendaknya senantiasa sadar bahwa mereka hidup berdampingan dengan masyarakat yang bukan Kristen. Di antara mereka ini, ada orang yang sangat menghargai Yesus dan diilhami oleh-Nya untuk melakukan hal-hal yang baik. Kemudian, orang Kristen dapat menanggapinya dengan sikap picik seperti rasul Yohanes; menganggap kelanjutan karya keselamatan Yesus sebagai privilese mereka atau kelompoknya sendiri, dengan kata lain sebagai monopoli Gereja.

https://www.youtube.com/watch?v=jUQwW-FlwjU&feature=youtu.be

Saudara-saudari yang terkasih, memang harus diakui bahwa Yohanes merasa kurang ‘sreg’ (senang) ketika ada seorang yang bukan bagian dari pengikut Yesus, mengusir setan menggunakan kuasa dalam nama Yesus. Dalam perkataan Yohanes itu seolah ada nada mempertanyakan kuasa orang itu dan menjurus kea rah protes kepada Tuhan Yesus.

Bahkan, mungkin, Yohanes mengharapkan tindakan tegas dari Tuhan Yesus untuk melarang, menghukum dan mengutuk perbuatan orang itu. Tetapi yang terjadi justru sebaliknya, Yesus justru menegur Yohanes, “Jangan kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”

Tanggapan Yesus itu sangat jelas, Dia secara tegas menolak kepicikan cara berpikir seperti itu. Ketahuilah bahwa Diri-Nya adalah milik semua manusia; dan karya keselamatan-Nya dapat diteruskan juga oleh semua orang termasuk orang di luar jemaat. Berbahagialah kalau di luar Gereja ada orang yang diilhami oleh Yesus untuk berbuat yang baik, sebab orang seperti itu justru meluhurkan nama Yesus, dan perlu dipandang sebagai simpatisan dan rekan seperjuangan jemaat Kristus.

Dalam istilah atau bahasa sehari-hari yang kita dengar adalah kita hendaknya mau bekerja sama dengan ‘mereka yang berkehendak baik’. Maka yang terpenting bukan apakah seseorang secara eksplisit menjadi anggota Gereja Kristen atau tidak. Jasa dan kepantasan orang tentu tidak akan dipersoalkan kalau tindakan kebaikannya –betapa kecilnya– merupakan ungkapan penghargaannya terhadap pengikut Kristus.

Saudara-saudari yang terkasih, keirihatian, tidak terima, cemburu dan curiga, kiranya menjadi pengalaman batin yang dialami oleh Yohanes pada waktu itu. Disadari atau tidak, pengalaman batin seperti ini sering kali muncul dan hadir dalam diri kita, karena kelemahan manusiawi yang kita miliki. Perasaan-perasaan semacam ini muncul ketika kita tersaingi, direndahkan, diremehkan, dan diabaikan.

Nah, berangkat dari pengalaman Yohanes ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk terus-menerus mengolah hati dan pikiran kita, supaya kita dapat semakin menyadari kecenderungan-kecenderungan negatifkita terhadap orang lain. Dengan menyadari kecenderungan ini kita dapat lebih mengembangkan semangat keterbukaan hati dan berpikir secara positif baik terhadap sesama maupun terhadap segala hal yang kita alami hari ini dan juga setiap hari nya; sehingga kita dapat semakin menyadari rahmat Tuhan yang selalu hadir dalam setiap perjalanan hidup kita.

Kemudian,Saudara-saudari yang terkasih,kalau kita merefleksikan atau merenung lebih dalam, muncul pertanyaan atas warta yang kita dengar hari ini: Apakah mengikut Yesus berarti ikut dalam kelompok murid-murid-Nya? Kiranya pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab, apalagi kalau kelompok murid Yesus itu kita samakan dengan Gereja! Kemudian pertanyaan lain: apakah mengikuti Yesus mesti menjadi anggota Gereja? Lalu, Gereja yang mana? Pastilah ini pertanyaan yang sangat sulit di jawab dan seandainya mau dijawab pastilah membutuhkan waktu yang lama untuk penjelasan yang panjang dan gamblang.

Namun demikian, kita dapat berusaha memahami prinsip-prinsip yang dikemukakan Yesus di sini dan yang diikuti oleh komuninas pertama dulu. Yang jelas, dalam warta tadi, Yesus meluruskan pendapat Yohanes dan Yesus membuka cakrawala baru, supaya mereka para murid jangan berpandangan sempit. Janganlah mereka menganggap orang-orang yang belum atau tidak bergabung dengan mereka sebagai yang bukan pengikut Yesus.

Dengan kata lain, mereka diajak mengerti bahwa ada orang-orang yang mau menerima Yesus dan mengikuti-Nya meskipun tidak jelas-jelas bergabung dengan para murid terdekat. Yang menjadi ukuran menjadi pengikut Yesus kiranya bukan keseragaman dengan para murid melainkan justru keselarasan dengan Yesus dan dengan penutusan yang dijalaninya. Dan keselarasan ini bisa bermacam-macam wujudnya dan ini bisa memuat keragaman.

Saudara-saudari yang terkasih, selain terbuka bagi sumbangan orang di luar Gereja, warta Injil hari ini juga sangat prihatin terhadap sandungan yang terjadi di dalam Gereja sendiri. Seperti yang dikatakan tadi bahwa para pengikut Yesus dapat menjadi batu sandungan, yang dapat menyebabkan sesama kita jemaat kristiani, khususnya yang lemah dalam jemaat menjadi kecewa dan murtad, meninggalkan imannya, keluar dari persekutan Gereja. Fakta pengalaman seperti itu sudah banyak terjadi di antara kita, bukan?

Lalu, sebagai bentuk tanggung jawab kita, tentunya berusaha untuk mencegahnya dengan memberi pengertian, pertimbangan, dan perbandingan bahwa: tindakan ‘preventif’- mencegah untuk tidak meninggalkan Yesus –  walau itu dirasakan yang paling keras di dunia ini namun ingatlah bahwa hal itu masih lebih baik daripada mengalami kebinasaan kekal pada akhirnya.

Maka, lebih baik secara radikal mencabut dari dirinya akar kecenderungan yang jahat, sehingga dapat hidup bahagia dalam kerajaan Allah, daripada tanpa pencabutan yang radikal itu hancur binasa untuk selama-lamanya. Sehingga kita dituntut untuk bersaksi iman supaya mereka tidak meninggalkan imannya akan Kristus Yesus.

Maka dalam warta tadi, saudara-saudari yang terkasih,kalau kita perhatikan sebenarnya ada tiga pokok ajaran Tuhan Yesus. Yang pertama, dari ayat 39, sekali lagi saya kutipkan “jangan kamu cegah dia! Sebab tak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku.”  Yesus mau mengajak para murid-Nya untuk menumbuhkan sikap kelonggaran hati.

Kemudian kedua dalam ayat 40, “Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita,”Yesus menuntun para murid untuk sampai pada keyakinan bahwa “siapa saja yang tidak melawan kita, ia ada di pihak mita.” Dia mengharapkan kepada mereka supaya jangan merasa terancam bila ada orang yang mengerjakan hal serupa walaupun tidak bergabung dengan mereka, justru harus berani berkompetisi.

Dan akhirnya yang ketiga dalam ayat 42,  “Barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil yang percaya ini, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia dibuang ke dalam laut.”  Di sini Yesus tidak lain mengharapkan agar mereka memiliki tanggung jawab yang besar terhadap orang-orang yang hendak mengikuti Yesus secara tulus.

Maka marilah, kita bersama-sama merenung atas firman hari ini: Apakah kita sudah selalu berpikir positif akan sesama kita dalam perziarah hidup di dunia ini? Apakah kita sudah membuka cakrawala berpikir lebih luas dan tentunya secara secara positif tentang orang lain –khususnya yang tak seiman– bahwa kita hendaknya mau bekerja sama dengan mereka yang berkehendak baik untuk mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini?

Kemudian, kita juga diajak untuk menjadi orang beriman yang bertanggung jawab atas iman kita dan jangan sampai menjadi batu sandungan saudara seiman sehingga mereka tidak meninggalkan imannya karena menyaksikan cara hidup kita yang tidak selaras dengan ajaran Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat kita? ***

 

DOA:

Ya Tuhan Yesus Kristus, kami sungguh bersyukur dan berterima kasih atas ajaran yang Kausampaikan lewat pewartaan hari ini. Semoga Engkau senantiasa meneguhkan dan memampukan kami untuk menumbuhkembangkan iman kami pada-Mu dan juga menguatkan iman saudara kami yang lemah lewat kesaksian hidup kami. Jadikanlah kami sebagai orang beriman yang bertanggung jawab diri kami maupun sesama kami yang seiman. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *