RENUNGAN MINGGU BIASA XXIII

RENUNGAN MINGGU BIASA XXIII

Yesus Menjadikan Segalanya Baik

 

  • Minggu, 5 September 2021
  • Injil Mrk 7:31-37
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Sabda Yesus menjadikan hidup lebih baik. Jika hidup dalam Sabda-Nya, kita dimampukan berkata-kata dengan baik. Kata-kata yang baik akan memberikan kesejukan, damai, sukacita, kelegaandan peneguhan.

 

Sebagaimana kita dengar bersama tadi, warta Injil hari ini Mrk 7:31-37 di mana Yesus menyembuhkan orang tuli dan gagap yang dibawa kepada-Nya. Prosesnya adalah Yesus memisahkan diri si penderita dari orang banyak, Yesus ingin berdua saja dengan si tuli dan gagap itu. Yesus memisahkannya dari orang banyak tentu saja karena Dia tidak ingin memamerkan kuasa-Nya.

Dengan menyembuhkan lidah orang gagap itu, Yesus mau menyatakan supaya manusia hendaknya bisa mewartakan Sabda Tuhan yang telah didengarnya. Mendengar adalah sesuatu yang penting daripada bicara. Tidakkah Yesus menekankan bahwa siapa yang mempunyai telinga hendaklah mendengar?

Sedangkan, Paulus berpendapat bahwa melalui pendengaranlah kita manusia dapat percaya/ beriman. Yang perlu diingat bahwa telinga kita memang menerima segala suara yang sedang tertangkap olehnya. Tetapi daya dengar manusia masih akan menyaring dan memilih apa yang kita sukai. Kita hendaknya selalu siap untuk mendengar tetapi juga kemudian mewartakan karya dan kebaikan Tuhan yang kita lihat dan kita dengar itu. Kita tidak boleh memendamnya untuk diri kita saja.

Tindakan Tuhan Yesus menyembuhkan dengan memakai ludah dan merabanya adalah untuk membangkitkan iman orang tuli dan gagap itu. Iman adalah sesuatu yang mutlak diperlukan. Tuhan Yesus sudah membangkitkan iman orang tuli dan gagap ini tidak lain untuk percaya kepada-Nya.

https://www.youtube.com/watch?v=j2Ew-lpEmVc

Namun, satu hal yang perlu diingat bahwa Yesus melarang pemberitaan tentang diri-Nya, tetapi sayang, mereka tetap saja melakukannya. Mengapa?

Karena mereka sangat takjub; Yesus melakukan sesuatu yang tidak pernah mereka harapkan atau tepatnya melebihi harapan mereka.  Ketahuilah bahwa Yesus tidak tertarik untuk mencari popularitas bagi diri-Nya.

Demikianlah juga seharusnya setiap pelayan Tuhan itu hendaknya tidak mengejar keuntungan diri. Pelayanan itu sebaiknya bersifat personal karena dalam relasi tersebut ada perhatian dan belas kasih.

Kalau kita perhatikan banyak orang Katolik yang mampu dan bahkan sangat piawai berbicara tentang politik, ekonomi, teknologi dan sebagainya tetapi tidak mampu berbicara tentang imannya sendiri akan Kristus. Mengapa? Karena hati mereka kurang peka atau bahkan tuli sehingga sangat wajar bila akhirnya mereka pun tidak mampu berbicara atau bersaksi tentang iman mereka sendiri, yakni iman akan Kristus, Junjungannya.

Lalu, bagaimana caranya agar kita mampu bersaksi atau berbicara tentang Kristus? Tentunya harus belajar dari Injil, dan di sana ada dua hal yang harus kita lakukan: Pertama, kita harus menyembuhkan hati kita yang ‘tuli’. Kedua, setelah hati kita terbuka maka kita harus segera “belajar dengan mendengar” sebanyak-banyaknya pengetahuan akan Kristus dan selanjutnya diolah dalam hidup kita dan akhirnya diwartakan.

Selain itu, apa pula yang harus kita lakukan untuk menyembuhkan ketulian hati kita?

Pertama, kita harus bersikap rendah hatidi hadapan Allah.

Kedua, kita harus mengundang Yesus untuk menyerukan, “Effata” atau “Terbukalah” di dalam hati kita sehingga hati kita pun dapat disembuhkan dari ketuliannya dan menjadi semakin terbuka akan sabda Allah. Semua hal ini hanya dapat kita peroleh melalui hubungan batin yang mendalam dengan Tuhan di dalam doa dan keheningan. Kiranya, tidak ada jalan lain selain mulai berdoa kepada Tuhan.

Ingatlah apa yang dikatakan St. Hieronimus, yang telah berjasa menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa Ibrani ke dalam bahasa Latin, “Barangsiapa tidak membaca Kitab Suci,ia tidak mengenal Kristus!” Lalu, dalam Konstitusi dogmatik tentang Wahyu Ilahi juga menegaskan bahwa “dalam Kitab-Kitab Suci Bapa yang ada di surga penuh cinta kasih menjumpai para putra-Nya dan berwawancara dengan mereka!” (Dei Verbum, 21).

Karena itu, sekali lagi, tidak ada cara lain bagi kita selain bergaul mesra dengan Kitab Suci. Pergaulan yang mesra dengan Kitab Suci diwujudkan dengan kesungguhan hati untuk membaca dan merenungkan firman Tuhan. Dengan cara ini, kita akan mampu bersaksi dan berbicara dengan lantang akan Kristus dan kasih-Nya kepada dunia. Yesus mewahyukan karya Allah dalam hidup kita. Kita bisa melihat kebaikan dan kasih Allah melalui kata-kata dan tindakan Yesus.

Memang dalam bacaan hari ini, Markus 7:31-37, kita melihat bahwa sentuhan Tuhan membangkitkan iman dan membawa kesembuhan. Ketika Tuhan Yesus mendekati orang yang tuli dan gagap, Yesus memberi perhatian penuh pada keadaan orang tersebut.

Yesus sungguh bertolak belakang dari kaum Yahudi yang pada waktu itu merasa najis dengan orang-orang sakit. Ia justru mendekatinya dan memberi sentuhan kesembuhan. Yesus kemudian memasukkan jari-jarinya ke telinga orang tuli dan Dia menyentuh lidah pria itu dengan ludahnya sendiri untuk membangkitkan kepercayaan kepadanya. Dengan sepatah kata, telinga orang miskin itu dibuka, lidahnya dilepaskan, dan dia berbicara dengan jelas.

Apa pentingnya Yesus memasukkan jari-jarinya ke telinga orang itu? Santo Gregorius Agung, seorang Bapa Gereja dari abad ke-6, berkomentar tentang mukjizat ini: “Roh disebut jari Allah. Ketika Tuhan meletakkan jari-jarinya ke telinga orang bisu tuli, dia membuka jiwa manusia untuk iman melalui karunia Roh Kudus.”

Maka, buah-buah rohani apa yang patut kita petik hari ini? Tuhan memperlakukan kita masing-masing dengan kebaikan dan Kasih. Dengan demikian Ia memanggil kita untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang sama. Roh Kudus yang berdiam di dalam kita memungkinkan kita untuk mengasihi seperti yang Yesus kasihi. Apakah kita, Anda menunjukkan kebaikan dan belas kasih Kepada sesamamu seperti yang dilakukan oleh Yesus?

Hari ini, kita bersama-sama merayakan hari Minggu Kitab Suci Nasional. Mari kita bersama-sama membangun sebuah komitmen untuk semakin mencintai Kitab Suci dan selalu berusaha bergaul mesra dengan Kitab Suci. Caranya, dengan senantiasa membaca dan merenungkannya dengan penuh ketulusan hati. Semoga kita pun selalu terbebas dari ketulian hati dan selalu mampu berbicara dengan baik tentang Kristus dan kasih-Nya.

Dalam pertemuan pendalaman Kitab Suci,yang sering dilakukan di lingkungan umat,ada satu pemandangan yang umum terjadi. Gagap dan terdiam saat beberapa pertanyaan Kitab Suci diajukan. “Baik bapak dan ibu, bagaimana menurut bapak dan ibu dengan panduan pertanyaan pertama?” Demikian kiranya pemandu (fasilitator) mengajak para peserta terlibat dalam sharing iman.

Efek dari adanya pertanyaan membuat beberapa orang diam dan ‘takut’ menjawab karena takut salah. Ditambah lagi, peserta pertemuan yang rata-rata adalah orang tua. Berbeda dengan bulan rosario yang justru lebih banyak peserta yang hadir di dalamnya karena tidak ada unsur pertanyaan Alkitab di dalam pertemuan ini.

Warta Injil hari ini berkisah Yesus yang menyembuhkan seorang yang gagap dan tuli. Sabda Yesus membuat hidup menjadi lebih baik. Hidup dalam Sabda Yesus juga membuat manusia berkata-kata dengan baik.

Kata-kata yang baik akan memberikan kesejukan, damai, sukacita, kelegaan, dan peneguhan. Bila menjadi orang Katolik lantas kita tidak bisa berbicara hal-hal yang baik, lalu sabda apakah yang selama ini menjadi makanan rohani kita?

Semoga perkataan kita hari ini, baik melalui ucapan maupun melalui jari, hanyalah yang baik semata yang membawa sukacita injili kepada segala makhluk. Semoga kita pun tidak lagi menjadi gagap untuk men-sharing-kan pengalaman iman kita dalam pertemuan pendalaman Kitab Suci.

 

DOA:

Allah Bapa Yang Maharahim, bukalah mata dan telinga kami terhadap segala kebaikan yang telah Kaulaksanakan melalui Yesus Kristus, Putra-Mu, sehingga kami dapat bersaksi bahwa “Semua yang dibuat-Nya baik”. Dengan demikian, semoga semakin banyak orang mengimani Putra-Mu itu. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *