RENUNGAN MINGGU BIASA XIX

RENUNGAN MINGGU BIASA XIX

Roti Hidup

  • Minggu, 8 Agustus  2021
  • Injil: Yoh 6: 41-51
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Tuhan, aku mau menerima Engkau sebagai Roti hidup yang turun dari surgaBiarlah ini menjadi santapan dan bekal bagiku untuk sampai kepada hidup yang kekal dalam kebahagiaan abadi bersama-Mu.

 

DALAM warta Injil minggu lalu, Yoh 6:24-35, Tuhan Yesus telah mengingatkan orang Israel mereka bahwa Allah Bapalah sumber manna itu bukan Musa. Kini Allah mengutus Tuhan Yesus sebagai roti yang dapat mengenyangkan untuk hidup kekal. Namun, mereka tidak mampu memahami makna rohani yang Tuhan Yesus ajarkan. Dalam hari ini mereka “bersungut-sungut” menandakan ketidak-percayaan mereka akan pernyataan Tuhan Yesus ini. Bahkan pada kesempatan itu mereka merunut asal-usul Yesus adalah anak Yusuf.

Orang-orang yang bersunggut-sunggut (seperti halnya leluhur mereka di padang gurun) menurut pernyataan Anak manusia itu menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui bagaimana rasanya ‘ditarik’ oleh Bapa. Tanpa penarikan semacam itu, yaitu suatu kecenderungan hati yang ditimbulkan oleh Allah sendiri, seorang tidak mungkin datang kepada Kristus. Orang tidak mungkin bersandar pada pengertiannya sendiri. Bapa menarik orang kepada Yesus Kristus melalui Roh Kudus. Pekerjaan ini meliputi semua orang sebagaimana dikatakan Tuhan Yesus, “Aku akan menarik semua orang” (Yoh 12:32).

https://www.youtube.com/watch?v=_UGo4Ks1C3g

Namun tarikan ini dapat ditolak oleh manusia. Ini menjelaskan bagaimana caranya Allah Bapa “menarik” orang. Dia tidak menarik dengan paksaan, melainkan dengan suatu proses ajaran rohani yang efektif. Allah tentu saja maha tahu. Allah tahu Adam akan jatuh… namun apakah Adam ditentukan untuk jatuh dalam dosa? Allah (Tuhan Yesus) tentu saja tahu Yudas akan jatuh…. namun apakah Yudas ditentukan binasa? Allah tidak menciptakan manusia yang khusus diciptakan untuk dihukum menjadi umat yang harus binasa termasuk Yudas Iskariot.  Allah tidak mengirim orang ke neraka, Dia mengizinkan manusia memilih nasib kekal mereka sendiri. Allah memungkinkan manusia bekata “tidak” atas kemauannya sendiri kepada undangan/ “tarikan” yang menuju kepada keselamatan dari-Nya.

“Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal.” Percaya adalah syarat keselamatan. Apa maksudnya? Artinya walaupun Keselamatan itu memang sepenuhnya dari Allah dan memang ditawarkan kepada semua manusia di dunia, namun bagaimanapun memerlukan partisipasi dari pihak yang diberi anugerah, karena yang diberi anugerah itu bisa “mau menerima” atau “tidak mau menerima”. Sikap percaya ini harus dipertahankan terus-menerus dalam masa sekarang, maka sikap percaya harus dijaga, dipertahankan, dilakukan secara terus-menerus sampai masa sekarang, masa dimana manusia itu hidup. Apabila satu syarat ini berhasil dilakukan, keselamatan dan kehidupan yang kekal terjamin menjadi miliknya.

“Inilah Roti yang turun dari sorga. Akulah Roti kehidupan.” Di sini Kristus menunjukkan bahwa Ia adalahrotiyang benar. Perhatikanlah bahwa pernyataan ini diulangi-Nya berkali-kali (ayat 33, 35, 48-51), yang dilambangkan dan digambarkan sebagai manna (ayat 58). Roti itu adalah roti yang sebenarnya (ayat 32). Seperti batu karang yang mengeluarkan air untuk diminum adalah Kristus, begitu jugalah manna yang mereka makan adalah makanan rohani (1Kor 10:3-4). Manna diberikan kepada orang Israel, begitulah Kristus diberikan kepada orang Israel ‘rohani’. Tersedia cukup manna bagi semua orang, begitu juga, di dalam Kristus melimpah anugerah bagi semua orang percaya. Bangsa Israel hidup dengan manna sampai mereka masuk tanah Kanaan, sedangkan Kristus adalah kehidupan kita, mengantar kita kepada keselamatan kekal.

Persis seperti nenek moyang mereka yang banyak menggerutu, berdebat, dan tidak percaya dalam peristiwa manna demikian juga sikap orang-orang Yahudi ini terhadap Tuhan Yesus. Meski mereka ingin menjadikan-Nya raja dan mengakui Dia sebagai nabi, tetapi sikap dan cara mereka bertanya jauh berbeda dengan pengakuan tersebut. Masalah mereka adalah pernyataan Tuhan Yesus bahwa Ia adalah roti yang turun dari surga. Apalagi setelah Tuhan Yesus menyimpulkan ajaran-Nya dengan tantangan agar orang makan daging-Nya yang memberikan hidup.

Suatu saat dalam hidup ini, kita dapat merasa lelah-karena kesibukan rutin, permasalahan hidup atau karena kelemahan diri kita sendiri- yang mendorong kita menyerah. Namun Tuhan mengutus malaikat-Nya, yaitu Gereja, yang memberikan kita santapan rohani -yaitu Ekaristi- untuk membuat kita bertahan dan dapat melanjutkan perjalanan, sampai ke gunung Tuhan, yaitu Surga. Tak mengherankan, Gereja di abad-abad awal menyebut Ekaristi sebagai Viaticum, artinya: bekal bagi perjalanan jauh. Namun demikian, istilah Viaticum kini lebih dihubungkan sebagai bekal terakhir bagi seseorang di saat ajal, yaitu ketika hendak beralih dari hidup di dunia ini ke kehidupan selanjutnya.

Maka wartahari ini juga mengingatkan kita pentingnya Ekaristi bagi kita, terutama di saat menjelang kematian. Saat itu kita sungguh membutuhkan kekuatan dari Tuhan sendiri, agar kita dapat mengalahkan godaan untuk menyerah dalam keadaan keputusasaan, seperti yang dialami oleh Nabi Elia. Di saat ajal itulah, kita akan menghadapi godaan terbesar, akankah kita tetap percaya kepada Kristus Juruselamat kita, sementara kita  mengalami puncak penderitaan ataupun rasa kesendirian yang tak terungkapkan. “Sesungguhnya barangsiapa percaya, ia mempunyai hidup yang kekal…. Akulah roti yang turun dari surga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya…,” (Yoh 6:47:51).

Betapa ini adalah janji Tuhan yang layak kita pegang teguh sampai akhir! Jika kita percaya akan sabda Yesus ini, layaklah kita berusaha sedapat mungkin untuk mengusahakan penerimaan sakramen Ekaristi bagi mereka yang sedang dalam sakrat maut. Betapa luhurnya pengabdian seorang imam yang mau berkorban melakukan apa saja, untuk memberikan Komuni Viaticum ini kepada umat yang membutuhkannya! Betapa sepantasnya kita bersyukur kepada Tuhan Yesus atas pemberian diri-Nya melalui Gereja-Nya, para imam-Nya, dan sakramen Ekaristi!

Namun Ekaristi bukan hanya Roti hidup yang layak diterima saat menjelang ajal. Tuhan Yesus menghendaki kita menyambut Dia secara teratur dalam kehidupan kita: setiap Minggu, atau jika memungkinkan, setiap hari. Dengan demikian, kita dapat mengambil bagian di dalam hidup-Nya sendiri, agar kita dapat mengalahkan godaan dan dapat senantiasa hidup dalam rahmat Allah, seturut panggilan kita sebagai anak-anak-Nya.  “Melalui penerimaan Komuni setiap hari, kehidupan rohani menjadi lebih penuh dan jiwa diperkaya dengan kebajikan-kebajikan. Orang yang menerima Komuni menerima tanda yang pasti akan kehidupan kekal,” (Paus Paulus VI, Eucharisticum Mysterium, 37).

Tentu perkataan ini didasari oleh janji Kristus sendiri, “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal…, [ia] akan hidup oleh Aku…, ia akan hidup selama-lamanya,” (Yoh 6:54,56,58). Sebab dengan mengambil bagian dalam Tubuh dan Darah Kristus, kita diubah oleh-Nya menjadi semakin menyerupai Dia yang kita sambut itu. Hal ini jelas kita lihat dalam kehidupan para orang kudus-yaitu para Santo-Santa- namun juga dalam kehidupan kita di masa ini, asalkan kita mau menyambut Kristus dengan sikap batin yang baik, sebagaimana yang dilakukan oleh para orang kudus itu.

Ketika Hosti diangkat oleh tangan imam, dan yang melalui perkataan Sabda Tuhan, telah diubah menjadi Tubuh Kristus Sang Roti hidup, mari kita memandang-Nya, sambil berkata, “Tuhan, aku mau menerima Engkau, sebagai Roti hidup yang turun dari surga… Biarlah ini menjadi santapan dan bekal bagiku untuk sampai kepada hidup yang kekal dalam kebahagiaan abadi bersama-Mu…” Mari kita menyambut-Nya, supaya kita benar-benar menerima pengudusan-Nya, dan marilah kita sungguh percaya kepada Gereja yang mengajarkan kebenaran iman akan Ekaristi Kudus.

 

DOA:

Ya Tuhan Yesus, sungguh mulia Engkau, karena Engkau selalu hadir dan memberikan diri-Mu demi kekudusan dan keselamatan kami. Semoga semakin banyak orang yang percaya pada-Mu sehingga semakin banyak orang yang Kauselamatkan dari antara kami yang masih hidup di dunia ini. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *