RENUNGAN MINGGU BIASA XIV
Percaya Mukjizat-Nya
- Minggu, 04 Juli 2021
- Injil: Mrk 6:1-6
- Oleh: Romo Thomas Suratno SCJ
Yesus kembali membawa kita menjadi manusia yang utuh. Itulah mukjizatnya! Dan itulah pengutusan dari atas sana, yakni mendekatkan sosok manusia sehingga makin cocok dengan yang diinginkan Sang Pencipta.
Dalam warta Injil hari Minggu ini, yakni Mrk 6:1-6, diceritakan bahwa di Nazaret, di tempat asalnya sendiri, Yesus “tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun”. Amat berbeda dengan yang sebelumnya di mana dikisahkan bagaimana Ia meredakan angin ribut, mengusir banyak roh jahat dari orang Gerasa, menyembuhkan seorang perempuan, dan menghidupkan kembali anak Yairus.
Di Nazaret pengajarannya memang dikagumi dan kabar mengenai mukjizat-mukjizatnya jadi bahan pembicaraan. Tetapi orang-orang di situ tidak bisa menerima bahwa dia itu cuma salah seorang dari antara mereka sendiri. Mereka sudah mengenal latar belakang pekerjaannya dan keluarganya. Tak ada yang baru! Dan mereka “tersandung olehnya” (LAI: “menolak dia”), demikian catat Markus.
Orang-orang di Nazaret menyebut Yesus itu “tukang kayu, anak Maria”. Seperti dikatakan beberapa penafsir, menyebut orang hanya dengan nama ibunya pada zaman itu sama dengan melecehkan. Jadi,kurang enak di telinga pendengar Injil waktu itu. Tapi begitulah yang diperbincangkan orang-orang di sana.
Tapi ada naskah tua Injil Markus yang berbunyi “Bukankah dia ini ANAK tukang kayu DAN Maria? Maksudnya dalam Papirus 45 dan beberapa naskah penting lain. Bisa dipahami, di kalangan tertentu, nada merendahkan tadi dirasa keterlaluan. Maka diubah. Itulah yang terjadi dengan naskah-naskah itu menjadi seperti dalam Mat 13:55. “Bukankah dia ini anak Yusuf? Bukankah ibunya bernama Maria?” Malah,menurut Luk 4:22,orang-orang itu berkata, “Bukankah ia ini anak Yusuf?”
Nah, Mrk 6:3 itu berdasarkan kesaksian orang-orang yang ingat betul peristiwanya. Soal lain yang berhubungan dengan itu ialah “tukang kayu”, aslinya “tektōn”. Kata ini sebetulnya tidak selalu menunjuk pada tukang mebel dan pengrajin kecil, bisa juga maksudnya “ahli teknik perkayuan” atau bahkan arsitek bangunan kayu. Bila begitu “tukang kayu, anak Maria” tak usah dipahami sebagai ungkapan yang menunjukkan Yesus itu dari kalangan sederhana?
Dalam hati kecil orang-orang Nazaret ingin agar Yesus memenuhi harapan mereka sendiri, yakni Dia adalah tokoh yang memperjuangkan ideal umat Yahudi dulu, yakni tampil sebagai Mesias menurut gambaran dan harapan politik orang waktu itu.
Tapi ternyata Yesus tidak mau mengorbankan pengutusan-Nya demi memuaskan angan-angan mereka. Karena itu mereka mulai tak menyukainya dan mau mendiskreditkan-Nya! Jadi orang-orang Nazaret ‘kesandung dan menolak’ Yesus karena Ia tak mau tampil sebagai Mesias politik seperti harapan mereka. Berkali-kali nantinya Yesus menghindar agar tidak dianggap Mesias seperti itu.
Menurut Injil Luk 4:16-22, di rumah ibadat di Nazaret tadi Yesus mewartakan, pada hari itu terpenuhilah nubuat Yesaya (Yes 61:1-2 dan 58:6), yakni bahwa Roh Tuhan turun ke atas dirinya dan mengurapinya – menjadi Mesias yang menyampaikan Kabar Baik bagi kaum miskin. Ia menyadari dirinya diutus untuk melepaskan orang tawanan, memberi penglihatan kepada orang buta, dan membebaskan kaum tertindas, dan mewartakan datangnya tahun rahmat dari Tuhan. Bukan untuk jadi pemimpin ‘gerakan Mesianik’. Tapi orang-orang yang takjub akan uraiannya itu justru akhirnya juga menolaknya.
Malah lebih mengerikan lagi. Penginjil Lukas menceritakan, mereka mau memaksanya membuat mukjizat dan mempertontonkan kuasanya supaya diikuti banyak orang. Tapi Yesus tetap tidak mau.
Mereka marah dan malah mau menjatuhkannya ke jurang agar ia membuat mukjizat bagi diri sendiri tak mati dihempas ke jurang. Syukur ia berhasil melepaskan diri dari orang-orang yang lupa daratan itu. Yesus tidak mau dijadikan pemimpin gerakan yang punya ilmu gaib. Karena hal itu akan mengaburkan yang dibawanya dari atas sana.
Orang-orang Nazaret waktu itu mulai melihat tindakan luar biasa yang dilakukan Yesus bukan sebagai tanda kebenaran wartanya, melainkan sebagai ilmu dan kekuatanyang semestinya dimiliki pemimpin yang mereka idam-idamkan.
Jadi terbalik.Mereka beranggapan, “Nah,kita sudah menganut jalannya, maka ia pun akan membela dengan kekuatan luar biasa di hadapan lawan-lawan kita – kekuatan militer Romawi dan kelompok-kelompok lain. Kita akan punya Mesias yang akan memukul mundur mereka.” Maka,nanti ada yang menginginkan kedudukan di kanan kirinya. Tapi itu bukan ke-Mesias-an yang dihayati-Nya.
Yesus tidak dapat mengadakan satu mukjizat pun di Nazaret, Ia hanya dapat menyembuhkan beberapa orang sakit dengan meletakkan tangan di atas mereka. Yesus sungguh tidak bisa, dengan atau tanpa menghendaki-Nya. Ia sendiri heran. Mukjizat itu rupanya muncul atas respons iman terhadap kehadiran-Nya. Kalau ada, dahsyat luar biasa dayanya! Terjadi pada orang yang mempercayainya secara tulus. Percaya pada yang dikerjakan dan dikatakan Yesus mengenai dirinya sendiri. Baru dengan demikian terjadi suatu mukjizat yang melampaui ukuran alam dan pikiran manusia.
Ingatlah, kejadian ketika di perahu bersama para murid yang ketakutan badai itu, Yesus kan mengatakan mengapa kalian tidak percaya – artinya kenapa kalian tidak betul-betul memegang yang sudah kalian temukan. Juga seperti perempuan yang menyentuh ujung jubahnya. Kepercayaannya membuatnya utuh kembali. Itu mukjizatnya, itu daya yang keluar dari diri Yesus! Lalu kita tahu bahwa Yesus kemudian mengatakan, “Nak kepercayaanmu sudah menyelamatkanmu”.
Yesus seperti yang kita dengar tadi memakai pepatah, “nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya”. Dalam Injil Luk 4:23 malah menyebut, orang-orang di Nazaret menghendaki agar Yesus juga mengerjakan mukjizat seperti yang telah dilakukannya di Kapernaum. Mereka minta bukti mengenai kebenaran berita tentang dirinya.
Tapi yang ingin mereka mengerti bukan berita yang benar mengenai dirinya. Orang yang sungguh mengenalnya akan mengatakan bahwa kekuatannya terletak pada kabar yang diumumkannya, yakni Kerajaan Tuhan sudah datang.
Karena itu,orang diajak mengarahkan diri ke sana, lebih lebar daripada pandangan mereka sendiri, yakni kehadiran yang ilahi di dunia, di dalam sesama, atau seperti dalam Luk 4:16-19, dalam sesama yang kini masih terbelenggu kegelapan dan tak bisa bergerak – mereka itulah yang butuh diperhatikan sehingga mereka dapat ikut menerima sisi-sisi ilahi dalam hidup mereka.
Jadi, buat orang sekarang yang juga sudah menjalankan agama tetap masih berlaku ajakan meluangkan hati demi kehadiran yang ilahi itu. Nah, orang-orang Nazaret itu justru kehilangan kesempatan melihat siapa sebenarnya Yesuskarena mereka memenjarakan diri dengan kategori-kategori yang itu-itu juga: mereka merasa sudah tahu betul siapa dia, sudah tahu Kristologi komplit, dan juga mereka bersikeras bahwa tugasnya ialah membangun kembali kejayaan umat di mata orang lain.
Tapi justru kedua anggapan itu menyesatkan. Mereka gagal melihat siapa sebenarnya Yesus dan apa yang dibawakannya.
Sadarilah bahwa Yesus itu mengembalikan manusia pada martabatnya yang sejati. Bukan manusia yang sakit, yang tak lagi memiliki daya hidup, yang diombang-ambingkan kekuatan-kekuatan gelap, goncang imannya, tidak percaya karena tidak sesuai dengan harapan mereka, kehilangan arah seperti orang-orang Nazaret.
Yesus sekali lagi membawa kembali mereka menjadi manusia yang utuh. Itulah mukjizatnya! Dan itulah pengutusan dari atas sana: yakni mendekatkan sosok manusia sehingga makin cocok dengan yang diinginkan Sang Pencipta.
Maka kita sekarang ini, boleh ambil bagian dalam pengutusannya itu. Membagikan warta keinginan Yesus kepada setiap orang dan kita sendiri dalam hal ini ikut memungkinkan “daya”-nya – ‘mukjizat’-Nya dapat dinikmati orang banyak atau bahkan semua orang!
Siapkah atau maukah kita ambil bagian dalam perutusan Yesus itu? Sanggupkah kita menghadapi orang-orang yang tidak mau percaya terhadap pewartaan kita? Tentunya bukan dengan paksaan apalagi dengan kekerasan, melainkan dengan kelemahlembutan yang dapat meluluhkan hati mereka, sehingga mereka akhirnya mau menerima Yesus, Sang Mesias sejati.
DOA:
Ya Tuhan Yesus, kami mohon berilah kami keberanian untuk mewartakan kehendak-Mu yang terkandungdalam Injil Kabar Gembira. Sehingga akhirnya setiap orang di atas bumi ini percaya dan memuji serta memuliakan nama-Mu, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
LEAVE A COMMENT