RENUNGAN MINGGU PASKAH V
Tinggal dan Berbuah
- Minggu, 02 Mei 2021
- Injil: Yoh 15:1-8
- Oleh: Romo Thomas Suratno SCJ
Kehidupan rohani hanya mungkin jika kita tetap melekat pada pokok anggur sejati dan menerima kehidupan dari-Nya. Di luar itu, murid-murid Kristus tidak memiliki daya apa pun untuk bertumbuh dan menghasilkan buah.
Hari ini kita sudah memasuki Hari Minggu Paskah V di mana warta Injil berbicara tentang perumpamaan Pokok Anggur. Dalam perumpamaan itu jelas bahwa yang dimaksudkan dengan Pohon anggur yang benar ialah Yesus Kristus sedangkan Pengusahanya tak lain adalah Bapa sendiri.
Hubungan antara pohon anggur dan ranting dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menceritakan hubungan antara diri-Nya dan murid-murid-Nya. Pemeliharaan anggur adalah suatu aspek kehidupan di Israel yang dimengerti oleh segala lapisan masyarakat Israel. Baik dalam kitab Bil 13:20-24 maupun kitab Ul 6:11 menyatakan bahwa pemeliharaan tanaman anggur sudah umum di Kanaan sebelum umat Israel masuk ke sana. Pegunungan Yudea dan Samaria tidak kondusif bagi tanaman gandum, tetapi sangat kodusif bagi tanaman anggur, dan sampai sekarang masih terlihat lobang-lobang tempat pemerasan anggur di sana.
Dalam kitab 1Rj 4:25 ungkapan “masing-masing di bawah pohon anggur dan pohon aranya” menceritakan kehidupan yang tenteram. Orang yang telah membuka kebun anggur, “tetapi belum mengecap hasilnya” diperbolehkan “pulang ke rumahnya, supaya jangan ia mati dalam pertempuran dan orang lain yang mengecap hasilnya” dalam Ul 20:6.
Dalam perumpamaan atau kiasan ini, Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “pohon anggur yang benar” dan murid-murid-Nya sebagai “ranting-rantingnya”. Dengan tetap terpaut pada-Nya sebagai Sumber kehidupan, mereka dapat menghasilkan buah. Allah dilukiskan sebagai tukang kebun yang memelihara ranting-ranting itu supaya tetap berbuah (Yoh 15:2,8). Allah mengharapkan agar kita semua berbuah.
https://www.youtube.com/watch?v=Tan2AiTtSlM
“Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya.”
Mengenai kiasan Pohon Anggur ini (bdk Yer 2:21; Yes 5:1), dalam injil-injil sinoptik, Tuhan Yesus menggunakan pohon anggur sebagai lambang Kerajaan Allah (Mat20:1-8; 21:28-31, 33-41 dst). Dalam Yohanes pasal 15 ini, Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya “Pohon Anggur yang Sejati” yang buahnya adalah Jemaat Kristus yang sejati, yang tidak akan mengecewakan harapan Allah. Kemudian disebutkan bahwa “Bapa-Kulah pengusahanya” atau sang pemilik kebun anggur.
Masyarakat dalam Alkitab selalu berhubungan dengan mata-pencaharian mereka yang agraris. Seorang vinedresser, dia selalu membawa “alat pemotong/ semacam gunting” untuk memanen buah Anggur. Dan pada setiap musim panen, hal itu akan membahagiakan setiap pemiliknya. Nah, dengan demikian ada 2 macam ranting yang dibicarakan: (1). Ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya ia lebih banyak berbuah (2). Ranting yang tidak berbuah, dipotong-Nya.
Kedua hal ini menjadi peringatan bagi kita semua, bahwa ranting-ranting akan selalu dibersihkan-Nya, daun yang tidak berguna akan dipotong-Nya. Seperti seorang petani yang senantiasa harus banyak memotong yang bagian-bagian yang tidak berguna di pohon anggur yang diusahakannya. Pekerjaan ini akan sangat menyakitkan, tetapi hal ini harus dilakukan dan untuk mengusahakan pohon itu menghasilkan buah yang lebih lebat. Artinya segala sesuatu yang menghalangi kuasa Roh Kudus didalam, dia harus dipotong.
Ranting yang tidak berbuah adalah bagaikan parasit yang tumbuh dalam tanaman itu, dan sama sekali tidak menambahkan kegunaannya, maka, haruslah ia dibuang. Demikian juga anak-anak Allah yang terus melakukan kehendaknya sendiri dan tidak menghasilkan apa-apa, ia haruslah dibuang/disingkirkan. Tangan Allah-lah yang membersihkan dan menyingkirkan orang semacam itu.
Sebaliknya, Allah sebagai petani Anggur itu akan senantiasa menjaga dan membersihkan ranting-ranting yang berbuah, untuk tetap tumbuh dan menghasilkan banyak buah.
Perhatikan lagi frasa “ranting-Ku yang tidak berbuah akan dipotong-Nya.” Ini merujuk kepada penghakiman. Kata Yunani “AIRÔ”, memang bermakna “mengangkat“, tapi juga dapat bermakna: mencabut dengan paksa, memotong, menyingkirkan, meniadakanbahkan merampas, menurut konteksnya. Konteks ini bisa dibandingkan dengan makna “AIRÔ” dalam Mat 24:39, Mrk 4:25, Luk 6:29-30, 11:22, Yoh 16:22, Ef 4:31, Kol 2:14.
Semuanya memaknakan kata “airei” (“mengangkat“) itu dalam artian mencabut/ memotong/ melepaskan dari tempat asalnya.
Cara yang baik untuk mendapat banyak buah dari sebuah pohon anggur ialah memotongranting-ranting yang tidak berbuah dan membersihkan ranting-ranting yang berbuah, dengan memotong daun-daun yang terlalu banyak dan tidak berguna. Maka, kata “Dia memangkasnya untuk lepas”, ini mengandung maksud bahwa Bapa “melakukan tindakan dengan sengaja” (dengan suatu purpose), bahwa Ia sungguh akan melepaskan ranting-ranting yang tidak produktif! Bahwa perikop ini selain bicara berkat, juga bicara mengenai penghukuman bagi orang yang memilih lepas dari Sang Pokok Anggur.
Lalu,kepada ranting-ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya supaya ia lebih banyak berbuah. Apakah artinya ini? Artinya, Tuhan Yesus tidak menginginkan para murid yang tinggal di dalam Dia itu hanya “duduk diam”. Namun Dia menghendaki para murid yang berdiri bersiap, bertahan untuk melakukan karya dan siap untuk melaksanakan tugas. Seperti prajurit yang siap, berdiri tegap, tunduk kepada perintah dari jenderal kita, Yesus Kristus.
“Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.”
Maksud dari firman ini Tuhan Yesus memberikan perintah “tinggallah, berdirilah teguh dalam kesatuan hidup dengan Aku sebagai anggota tubuh-Ku.” Sebuah ranting tidak dapat berdiri sendiri jika tidak menancap kepada pokok anggur. Tidak mungkin ranting berbuah jika tidak ada hubungan yang hidup dengan pokok-nya. Demikian juga kita tidak mungkin berbuah jika tidak ada hubungan yang hidup dengan Dia. Ayat ini mengemukakan bahwa kita di dalam Kristus juga dapat menjadi terpisah dari Dia, dan “tanpa buah”.
Gagasan “tinggal” (yang juga mengandung arti: berdiri, bersiap sedia) diungkapkan dalam bentuk kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, “Tinggallah, berdirilah teguh di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”.
Pasti, Tuhan Yesus tidak sedang mengajarkan tentang bagaimana cara menanam pohon anggur, melainkan penegasan bahwa Dialah satu-satunya Pohon Anggur Sejati yang menghasilkan buah kebenaran. Tuhan Yesus berani mengatakan hal itu karena memang Dia sendiri adalah kebenaran itu (Yoh 14:6).
Para murid Kristus harus memilih untuk tinggal berdiri teguh di dalam Tuhan Yesus. Memang, bisa saja seorang memilih untuk meninggalkan kasih kita yang semula dan jikalau demikian tentulah kita tidak akan dapat berbuah. Sebaliknya apabila kita boleh memilih untuk mendekat kepada Dia. Kita akan beroleh aliran kehidupan dari Sang Pokok Anggur. Maka, kita perlu tinggal dan berdiri teguh di dalam Tuhan Yesus. “Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”
Dalam kiasan pokok anggur dan ranting, ranting dapat berbuah karena berhubungan dengan pokok angur. Murid-murid Kristus harus tinggal melekat dan bersiap sedia secara aktif di dalam Tuhan Yesus. Murid-murid Kristus harus bersatu dengan sumber kehidupan agar terus hidup. Mereka tidak akan menghasilkan buah jika terlepas dari persatuan dan persekutuan dengan Tuhan Yesus yang adalah Sumer Hidup. Tuhan Yesus pernah bersabda dalam Yoh 14:6 “Akulah Hidup”. Ranting yang terputus dengan pohonnya adalah ranting yang tak ada kehidupan.
Dalam perikop ini, Tuhan Yesus mengajarkan kepada para murid, bahwa Dialah Pohon Anggur yang sejati. Pesan yang disampaikan dalam perumpamaan ini adalah tentang pentingnya kesatuan di dalam Dia, dan tinggal tetap bersiap-siaga di dalam Dia, untuk menghasilkan buah di dalam Dia sebagai Pohon Anggur yang Sejati dan yang memberi memberi kehidupan (bdk. Yoh 3:16; 10:10;14:6).
Memiliki hidup dari Kristus berarti “bertahan sampai hidup yang kekal” (Yoh 6:27). Tidak memiliki hidup berarti layu dan dibakar seperti ranting yang terpotong (Mat 7:13,19; Luk3:9; bdk. Yoh 15:6) dan dimusnahkan di dalam neraka (Mat 10:28; Mrk 9:43 dab; Why 20:14 dab). Pengharapan PL akan kehidupan yang baik telah dipenuhi dalam eskatologi PB sebagai hidup kebangkitan. Karena di dalam Tuhan Yesus inilah satu-satunya kehidupan sejati.
“Jikalau kamu tinggal dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya,” (Yoh 15:7).
Ayat ini menuliskan tentang “Hak istimewa” yang penuh berkat yang akan diperoleh bagi orang-orang yang memilih jalan hidupnya untuk tinggal berdiri tetap di dalam Kristus. Tuhan Yesus berjanji bahwa doanya dikabulkan. Tuhan Yesus tidak berjanji untuk mengabulkan sembarangan doa yang diucapkan oleh sembarangan orang. Dia berjanji untuk mengabulkan doa orang yang tinggal berdiri tetap di dalam Dia, orang yang tinggal di dalam firman-Nya. Sebab, di dalam firmanlah Kristus diperhadapkan kepada kita dan ditawarkan kepada kita (Rm 10:6-8).
Bila firman itu menjadi pembimbing dan pengawas tetap kita, bila firman tersebut tinggal di dalam kita sebagai rumahnya, maka itu berarti kita tinggal berdiri tetap di dalam Kristus, dan Dia di dalam kita.Di dalam Matius 18:19-20, juga tertulis janji berkat yang sama, “Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga.”
Lalu dikatakan bahwa “Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku,” (Yoh 15:8). Di sini dimaksudkan bahwa jika kita tinggal di dalam Tuhan Yesus dan di dalam firman-Nya, dan doa kita dikabulkan, kita akan berbuah banyak, dan Allah Bapa dipermuliakan. Inilah yang sungguh diharapkan oleh Tuhan Yesus. Adalah sesuatu yang mustahil bila seseorang menganggap diri hidup memuliakan Allah Bapa tanpa terlebih dahulu mengenal dan tinggal di dalam Yesus Kristus.
Telah kita pelajari, Tuhan Yesus yang mengajarkan kepada para murid, bahwa Dialah Pohon Anggur yang sejati. Kini para murid Tuhan Yesus, yaitu cikal bakal Jemaat Kristus (bdk. Mat 16:18) dipilih Allah untuk menghasilkan buah bagi kemuliaan-Nya, yaitu hidup yang menjadi berkat untuk sesama manusia. Untuk itu, jemaat Kristus harus bergantung penuh kepada Tuhan Yesus seperti ranting-ranting tinggal melekat di dalam Pohon Anggur yang sejati itu. Kepercayaan kepada Kristus menghasilkan ketaatan pada firman-Nya dan ketaatan kepada firman-Nya menghasilkan buah.
Pesan yang disampaikan oleh perumpamaan ini adalah tentang pentingnya kesatuan dengan Tuhan Yesus sebagai Pohon yang memberi kehidupan. Sebab hanya dengan tetap berpaut kepada-Nya, sebagai sumber kehidupan yang benar, manusia sebagai ranting dapat menghasilkan buah kebenaran. Sedangkan, apabila ranting terlepas dari pokoknya, maka ia akan mengering dan mati sehingga harus dipotong dan dibakar.
Kehidupan rohani para murid Kristus hanya mungkin berhasil kalau mereka tetap melekat sebagai ranting kepada Pohon Anggur yang sejati itu dan menerima kehidupan dari-Nya. Di luar Kristus, murid-murid Kristus tidak memiliki daya apa pun untuk bertumbuh dan tidak akan mampu menghasilkan buah.
Dengan cara ini,Tuhan Yesus menjelaskan kedudukan-Nya yang sentral dalam kehidupan umat-Nya secara terus-menerus. Melenceng ke pohon-pohon yang lain hanya akan menghasilkan buah kebinasaan. Lebih jauh,Tuhan Yesus mengatakan bahwa mereka yang tinggal di dalam Dia boleh meminta apa saja yang mereka kehendaki, dan itu akan terjadi (Yoh 15:7). Pernyataan ini hanya dapat dipahami jika pikiran Tuhan Yesus melebur ke dalam hati orang yang mendengarnya.
Apabila ada murid Kristus yang memilih berada di luar “Pohon Anggur yang Sejati” itu, maka dia akan menjadi kering, tidak memiliki fungsi apa pun selain dibuang dan dibakar. Sebaliknya,kepada para murid Kristus yang setia tinggal dalam persekutuan yang hidup dengan Kristus dan menjadikan-Nya sebagai pusat hidupnya pasti akan menghasilkan “buah-buah” yang berkenan di hadapan-Nya. Sebab, Allah Bapalah yang memelihara pertumbuhannya dan membersihkan penghalang ranting-ranting ini berbuah. Dalam hal ini Nama Bapa dipermuliakan.***
DOA:
Ya Tuhan Allah, berilah kami kemampuan untuk tetap hidup dan tinggal bersama-Mu. Curahkalah Roh Kudus-Mu sehingga kami terdorong terus-menerus untuk menjalankan apa yang Kaukehendaki dan akhirnya kami dapat menghasilkan buah melimpah demi kemuliaan nama-Mu. Terpujilah Engkau, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
LEAVE A COMMENT