RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH V

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH V

Memberi Diri Untuk Kristus

 

  • Minggu, 21 Maret 2021
  • Injil: Yoh 12:20-33
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Kita diundang untuk memberikan keseluruhan diri kita untuk Kristus dan melayani Dia, dan bukan melayani kehendak kita sendiri. Dengan ini, kita selalu bersama Kristus. Di mana pun Ia berada, kita pun berada.

 

Dalam warta Injil hari Minggu V masa Prapaskah ini, Yoh 12,20-30 kiranya menggarisbawahi tentang saat yang menentukan di dalam misi dan pelayanan Yesus di bumi, di dalam Injil Yohanes. Di sini Yesus menegaskan bahwa “telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan”.

Dalam terminologi Penginjil Yohanes, ini berarti telah tiba saat di mana proses penderitaan yang berujung pada penyaliban, kematian, tetapi juga kebangkitan-Nya. Melalui momen ini, nama Allah dimuliakan. Namun, tidak hanya itu.

Melalui pernyataan-Nya ini, Yesus mengajar para murid-Nya tentang kesiapan untuk berkurban bagi Tuhan sebagaimana Yesus rela mengurbankan diri-Nya demi kita. Namun kiranya, Tuhan tidak hanya berhenti di situ. Ia juga berjanji bahwa “penguasa dunia” ini, yaitu Iblis, akan dienyahkan dari dunia ini, dan bahwa semua orang akan datang kepada-Nya.

Melalui janji-janji ini, kita mendapatkan kekuatan untuk memberitakan Injil dengan lebih bersemangat, karena janji itu didasari kuasa Tuhan sebagai kebangkitan dan hidup. Dengan demikian, ketika kita memberitakan kabar sukacita tentang Tuhan Yesus yang adalah kebangkitan dan hidup itu, kita tidak sekadar melakukan kewajiban.

https://www.youtube.com/watch?v=sPFVYqVsBiM

Kita sedang mewujudkan karya Tuhan Yesus sendiri di dunia, ketika makin banyak orang yang lepas dari perbudakan dosa dan kezaliman Iblis, dan makin banyak orang yang percaya kepada-Nya. Kita tidak perlu khawatir apa hasilnya, karena kuasa-Nya sendiri yang bekerja melalui dan di tengah kita. Kita juga mesti bertahan menghadapi segala penghambatan, karena dengan demikian kita mengikuti ajaran dan teladan Tuhan Yesus, yang mau mati bagi kita.

Di samping itu,kita juga diajak melihat suatu kenyataan di mana kehadiran Yesus di dunia nyata-nyata bukan hanya untuk orang atau bangsa/umat Yahudi. Seperti dikisahkan dalam warta tadi, menjelang hari Paskah banyak orang datang ke Yerusalem dengan tujuan mengikuti ibadah di Bait Allah. Juga orang-orang yang bukan Yahudi. Di antara mereka ada orang-orang Yunani yang mengikuti kepercayaan Yahudi.

Bagaimana penjelasan peristiwa yang dibacakan pada hari Minggu Prapaskah V tahun ini?

Yang dimaksud dengan orang-orang Yunani dalam Injil Yohanes ialah mereka yang secara etnik bukan Yahudi. Mereka dari macam-macam bangsa tapi latar belakang pendidikan mereka itu Yunani, yakni kebudayaan transnasional waktu itu.

Dari antara orang-orang Yunani itu ada yang mengikuti ibadat Yahudi. Nanti juga ada yang menjadi pengikut Yesus. Tentu saja mereka yang tertarik ikut hidup dalam komunitas kristiani awal itu menghadapi persoalan mengenai siapa sebenarnya Yesus, mengapa ia disalib, dan bagaimana peristiwa penyaliban itu menjadi penyelamatan bagi semua orang. Inilah keadaan yang melatari peristiwa yang disampaikan dalam warta hari ini.

Sehubungan dengan hal ini, yakni penderitaan dan kematian Yesus di salib memang menjadi tanda tanya besar bagi pengikut-pengikut-Nya. Paulus merumuskan dalam 1Kor 1:23-24 “…kami memberitakan Kristus yang disalibkan: Untuk orang Yahudi sebuah batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi adalah kebodohan, tapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi dan orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah”.

Dalam Injil Yohanes, persoalan yang dihadapi orang Yahudi tercermin dalam percakapan dengan Nikodemus (Warta Injil Minggu lalu), sedangkan yang dihadapi orang-orang Yunani muncul dalam warta hari ini.

Filipus dan Andreas melantarkan (sebagai penghubung) keinginan orang-orang Yunani kepada Yesus. Penginjil Yohanes tidak menyebutkan alasannya. Namun langsung disampaikan serangkaian penegasan dari Yesus sendiri.

Apa kiranya pertanyaan-pertanyaan orang Yunani itu? Dari jawaban Yesus yang panjang itu dapat disimpulkan sebagai berikut: Saatnya sudah tiba, Dia yang diikuti orang banyak itu mengalami penderitaan dan mati di salib.

Di sini, orang diajak menyelami ketaatan Yesus serta kepasrahan-Nya kepada Bapa-Nya meskipun jalan yang akan dilalui masih gelap. Justru kesediaan-Nya inilah yang membuat Bapa-Nya berkenan memberi-Nya kebesaran. Penyerahan inilah yang memungkinkan kehidupan baru. Yesus memberikan perumpamaan biji yang jatuh ke tanah dan “mati”, tapi sebenarnya justru tumbuh menghasilkan buah banyak. Ia menjalaninya sampai memperoleh hidup kekal bagi semua orang.

Dengan penjelasan seperti itu, tentunya orang akan bertanya-tanya, apa kita mesti seperti harus Dia?

Sebenarnya kita tidak diajarkan agar orang meniru Yesus dan memang tidak seorang pun diminta ke sana. Yang diminta ialah mengikutinya. Maksudnya, ikut mengusahakan agar Ia dapat menjalankan perutusan-Nya, menemani-Nya, juga dalam saat-saat gelap, tidak membiarkan-Nya sendirian. Tidak perlu ditafsirkan sebagai ikut menjalani penderitaan. Kalau cuma ikut meneguhkan penderitaan belaka kita malah justru akan memberatkan-Nya. Sadarilah bahwa bersimpati, solider dengan orang yang menderita berarti juga menyertai-Nya. Inilah salah satu cara meringankan beban-Nya.

Uraian atau penjelasan St. Agustinus tentang Injil hari ini sangat indah dan menarik. Dia menjelaskan demikian: “Lihatlah, sementara orang-orang Yahudi berusaha membunuh Yesus, namun di sini disebutkan, bahwa orang-orang Yunani mau berjumpa dengan-Nya. Dengan demikian, kaum yang bersunat dan tidak bersunat yang tadinya sangat jauh terpisah… kini bertemu di dalam iman akan Kristus. Dan Yesus menjawab, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan.” Apakah Ia berpikir bahwa Ia ditinggikan karena orang-orang Yunani ini mau bertemu dengan-Nya? Tidak. Tetapi Ia melihat bahwa setelah wafat dan kebangkitan-Nya, bangsa-bangsa lain akan percaya kepada-Nya.

Ia menganggap permohonan beberapa orang Yunani ini sebagai kesempatan untuk memaklumkan datangnya seluruh bangsa-bangsa lain, sebab saatnya Ia dimuliakan telah dekat, dan bahwa setelah Ia dimuliakan di Surga, bangsa-bangsa lain akan percaya; seperti disebutkan dalam Mazmur, “Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!” (Mzm 57:6).

Tetapi kemuliaan-Nya harus didahului oleh sengsara-Nya, maka Yesus berkata, “Sesungguhnya jika biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, Ia akan menghasilkan banyak buah,” (Yoh 12:24). Yesuslah biji itu, yang mati oleh ketidakpercayaan bangsa Yahudi, namun yang akan menghasilkan banyak buah oleh iman dari bangsa-bangsa lain.

Bagaimana memahami sabda, “Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya?” (Yoh 12:25).Ini dipahami dalam dua arti: 1) Jika kamu ingin mempertahankan nyawamu di dalam Kristus, jangan takut mati untuk Kristus. 2) Jangan mencintai nyawamu di dunia ini, sebab sesudahnya kamu akan kehilangan nyawamu.

Ia yang membenci nyawanya di dunia ini, akan memperolehnya di kehidupan kekal. Tapi jangan terburu-buru berpikir, bahwa dengan membenci nyawamu, itu artinya kamu boleh bunuh diri. Sebab orang-orang yang menyimpang telah salah memahaminya, dan telah membakar diri atau mencekik dirinya sendiri… untuk mengakhiri hidupnya. Ini tidak diajarkan Kristus! Tetapi ketika tidak ada pilihan bagimu, ketika penganiaya mengancammu dan kamu harus memilih antara mengingkari hukum Tuhan atau mati, maka bencilah nyawamu di dunia ini, supaya kamu dapat memperolehnya dalam kehidupan kekal.

Tetapi apakah artinya “melayani Kristus”? Mereka yang melayani Kristus adalah mereka yang tidak mencari apapun bagi dirinya sendiri tetapi bagi Kristus, yaitu mereka yang mengikuti Dia, berjalan di jalan-Nya,  dan melakukan perbuatan-perbuatan baik demi Kristus…, sehingga akhirnya mereka menyelesaikan karya kasih yang besar, dan menyerahkan nyawa mereka bagi saudara-saudara mereka.

Tapi kamu bertanya, apakah upahnya? Jawabannya ada pada firman  berikut: “Dan di manapun Aku berada, di situpun pelayan-Ku akan berada,” (Yoh 12: 26). Maka kasihilah Dia demi diri-Nya sendiri, dan pikirkanlah upah yang demikian besar bagi pelayananmu, yaitu kamu akan ada bersama dengan Dia…

Yesus menghendaki kamu agar bangkit dari kelemahanmu. Ia mengambil kerapuhan manusia, supaya dapat mengajarkan kepada mereka yang rapuh untuk berkata, “Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu lah yang terjadi.”

Dan Yesus melanjutkan, “Sebab untuk itulah aku datang ke dalam saat ini. Bapa, muliakanlah nama-Mu!” Yaitu, di dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Mu. Maka dari Sorga terdengar suara, “Aku telah memuliakan-Nya”, yaitu sebelum Allah menciptakan dunia; “dan akan memuliakan-Nya lagi!” Yaitu, ketika Engkau bangkit dari kematian.

Atau, “Aku telah memuliakan-Nya”, yaitu ketika Engkau dilahirkan oleh seorang Perawan, mengerjakan berbagai mukjizat, dinyatakan  oleh Roh Kudus yang turun dalam rupa burung merpati; “dan akan memuliakan-Nya lagi”, yaitu ketika Engkau bangkit dari kematian, dan sebagai Allah, ditinggikan di atas langit dan kemuliaan-Mu mengatasi bumi.

Para bangsa akan berdiri dan mendengarnya. Maka suara dari Sorga itu tidak datang untuk memberitahu Yesus — sebab Ia sudah mengetahuinya — tetapi kepada orang-orang banyak itu, yang perlu mengetahuinya. Jadi suara itu datang bukan demi Dia tetapi demi mereka.

Penghakiman di akhir dunia adalah berkenaan dengan penghargaan kekal atau penghukuman kekal. Tetapi terdapat penghakiman lainnya, yang bukan penghukuman tetapi pemilihan. Inilah yang dimaksudkan di sini, yaitu pemilihan orang-orang yang ditebus-Nya sendiri, dan pembebasan mereka dari kuasa setan. Kini penguasa dunia telah dilemparkan ke luar. Setan disebut penguasa dunia di sini, namun tidak untuk diartikan sebagai penguasa langit dan bumi. Tuhan tidak mengizinkan hal itu terjadi.

Dunia di sini maksudnya adalah orang-orang jahat yang telah tersebar di seluruh dunia. Dalam arti ini, setan adalah penguasa dunia, yaitu: penguasa semua orang jahat yang hidup di dunia. [Namun] dunia juga kadang dimaksudkan sebagai orang-orang baik yang tersebar di seluruh dunia, contohnya pada ayat: Allah, di dalam Kristus mendamaikan dunia, dengan diri-Nya (2Kor 5:19). Ini adalah mereka, yang dari dalam hati mereka-lah, setan, penguasa dunia dilemparkan ke luar.

Tuhan kita telah mengetahui bahwa setelah sengsara, wafat dan kemuliaan-Nya, bangsa-bangsa di seluruh dunia akan bertobat. Dari dalam hati merekalah, yang telah sungguh menolak setan, setan itu akan dilemparkan ke luar.“Apabila Aku ditinggikan dari bumi”, kata Yesus. Yesus tidak ragu, bahwa Ia akan menyelesaikan karya keselamatan, yang karenanya Ia datang. Ia ditinggikan, maksud-Nya adalah: dengan sengsara dan wafat-Nya di salib. Sebagaimana dikatakan Yohanes Penginjil, “Ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana cara-Nya Ia akan mati,” (St. Agustinus, seperti dikutip oleh St. Thomas Aquinas dalam Catena Aurea).

Pada hari Minggu ke-V Prapaska ini, kita semakin mendekati peringatan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Kita diajak untuk menjadi orang-orang yang bertobat, sehingga dari dalam diri kita, setan akan dilemparkan ke luar. Kita dikuatkan di dalam kerapuhan kita, untuk berserah kepada Tuhan, dan membiarkan kehendak-Nya terjadi dalam kehidupan kita, sebab Ia pasti memberikan yang terbaik. Kita diundang untuk memberikan keseluruhan diri kita untuk Kristus dan melayani Dia, dan bukan melayani kehendak kita sendiri. Supaya dengan demikian, kita dapat selalu bersama-sama dengan Kristus: di mana pun Ia berada, kita pun berada.

Dalam kebersamaan ini, kita akan dimampukan menghadapi apapun pergumulan hidup kita, sebab bukankah firman Tuhan berkata, “Jika Allah ada di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rm 8:31). Semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sehingga kita dapat sungguh bertobat dan kembali kepada-Nya. Biarlah bersama pemazmur hari ini, kita daraskan doa ini dalam hati kita, “Sebab dengan belas kasih-Mu, Engkau begitu menyayangiku, dan karena itu kumohon, semoga Engkau rela membersihkan jiwaku” (lih. Mzm 51:3-4).

Orang-orang Yunani mendengar semua pernyataan itu langsung dari Yesus. Mereka mencari kebijaksanaan, dan Sang Kebijaksanaan sendiri memperkenalkan diri kepada mereka. Juga tentunya bagi (kita) orang zaman ini. Yang mendekat kepada Yesus boleh berharap mendengar lebih tentangnya dari pada yang hingga kini terpikirkan. Perkenalan diri Yesus mencakup hal-hal baru tentang yang perkara-perkara yang sudah mulai dipercaya.

Itulah dinamika iman kepercayaan. Walau sudah beribu kali didengar tentang salib, wafat, dan kebangkitan Yesus – tapi tetap akan mendapati sesuatu yang baru. Syaratnya, orang berani berkata, kami ingin menemui Yesus – dia yang sudah Anda kenal dari dekat itu!Nah, Perkenalan diri Yesus juga akan semakin berlimpah buahnya bila semakin dibagikan kepada orang banyak.***

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, kami sadar bahwa kami adalah orang-orang berdosa, karena sering kali kami dikuasai oleh kuasa jahat yang menjadikan kami orang-orang durhaka, tidak mengikuti kehendak-Mu melainkan keinginan kami sendiri, sehingga kami sering jatuh bangun dalam dosa. Kami menyesal dan bertobat, perkenankanlah kami untuk selalu mendekat dan mengerti keinginan-Mu dan mampukanlah kami menjalani hidup sebagai pengikut-pengikut-Mu yang sejati sampai akhir hidup kami. Amin.

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *