RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH III

RENUNGAN MINGGU PRAPASKAH III

Menjadi Bait-Nya yang Kudus

 

  • Minggu, 07 Maret 2021
  • Oleh:Romo Thomas Suratno SCJ
  • Injil: Yoh 2:13-25

Sadarilah bahwa diri kita merupakan bait kudus Allah, tempat Allah tinggal dan bersemayam di dunia ini.

 

Hari ini kita sudah memasuki Minggu ke III dalam masa Prapaskah dan kita semua diajak untuk merenungkan Sabda Tuhan seperti yang kita dengar bersama tadi yakni dari Injil Yohanes 2:13-25. Dalam ayat 19 dikatakan,” Jawab Yesus kepada mereka: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.””

Tentu saja dari apa yang dikatakan Yesus itu orang yang mendengarnya berpikir ‘Mana bisa membangun Bait Allah hanya dalam tiga hari? Ingatlah, Orang-orang Yahudi saja membutuhkan waktu 46 tahun lebih’. Lalu mengapa Yesus begitu percaya diri dapat membangunnya dalam tiga hari? Atau apa sebenarnya yang dimaksudkan Yesus dengan Bait Allah itu?

https://www.youtube.com/watch?v=JwiqiJNlxgQ

Pertama-tama saya akan mengajak saudara sekalian untuk mengenal secara singkat tentang Bait Allah-nya umat Yahudi. Yang jelas bahwa Bait Allah adalah Rumah Allah-nya mereka, berarti tempat yang suci. Di dalam Bait Allah awalnya terdapat Tabut Perjanjian di mana diyakini oleh mereka sebagai tempat Allah bersemayam, maka di mana-mana Tabut Perjanjian ini, sewaktu mereka harus hidup sebagai nomaden (berpindah-pindah) bahkan waktu berperang melawan musuh akan selalu dibawa dan ditempatkan di kemah ‘suci’.

Bait Allah orang Israel sekarang tinggal puing dan yang tersisa disebut TEMBOK RATAPAN, yang dijadikan tempat beribadah mereka secara terbuka sebagai luapan kegembiraan. Bagaimana sejarahnya kenapa sampai begitu? Tahun 971-931 Sebelum Masehi (SM) Salomo menjadi raja dan memerintah kerajaan Israel. Di tahun 960 SM ia mendirikan sebuah Bait Allah. Inilah Bait Allah pertama yang didirikan. Namun pada tahun 587 SM Bait Allah itu dihancurkan oleh pasukan Nebukadnezar bersamaan dengan kota Yerusalem dan orang-orangnya dibuang ke Babel. Tabut Perjanjian pun bersamaan dengan hancurnya Bait Allah, lenyap.

Bait Allah itu kemudian dipugar dan direnovasi demi motif politik oleh Herodes Agung antara tahun 20-19 SM. Pembangunan itu memakan waktu begitu lama dan baru selesai pada tahun 60. Kemudian, bersamaan dengan penghancuran kota Yerusalem di tahun 70 Masehi, Bait Allah yang dibangun Herodes Agung itu pun dihancurkan oleh pasukan Romawi pimpinan Titus. Sebagian kecil tembok sebelah barat dari Bait Allah itu sengaja ditinggalkan sebagai memori bagi generasi berikut akan kehebatan tentara Romawi. Tembok itu sekarang dikenal dengan Tembok Ratapan, sebab di tempat itulah orang-orang Yahudi meratapi hancurnya Bait Allah dan tercerai-berainya bangsa mereka.

Namun di tahun 1948-1967 kebiasaan itu dilarang oleh orang-orang Yordania yang mengambil alih daerah itu di bawah kekuasaannya. Baru setelah Israel berhasil mengusir orang-orang Yordania dalam Perang Enam Hari di tahun 1967, Tembok Ratapan menjadi tempat luapan kegembiraan mereka. Di depan tembok itu dibangun sebuah pelataran luas bagai sinagoga di alam terbuka, tempat mereka beribadat. Inilah biasanya salah satu tempat yang sekarang selalu dapat kita kunjungi dan lihat bila kita berziarah ke Holy Land di Israel.

Setelah mengetahui keberadaan Bait Allah, kemudian bagaimana bentuk Bait Allah itu sebenarnya? Ketika dibangun pertama kali oleh Salomo, Bait Allah itu berukuran 60 hasta (27 m) x 20 hasta (9 m) dalam dua bagian, yakni ruang dalam berbentuk kubus (9×9 m) sebagai Tempat Mahakudus dan ruang luar (18×9 m) sebagai Tempat Kudus. Lalu ketika Bait Allah dipugar oleh Herodes Agung dibangunlah Bait Allah yang megah: Bait Allah itu memiliki pelataran yang sangat luas dan di sepanjang temboknya terdapat serambi-serambi dengan banyak pilar.

Di sebelah timur bagian dalam bangunan itu adalah tempat peribadatan khusus untuk wanita; sedangkan di tengah pelataran berdiri sebuah altar berbentuk terompet, sebagai tempat dilangsungkannya upacara persembahan kurban. Akhirnya di pelataran tertinggi dari pusat bangunan itu terdapat Tempat Kudus yang dihubungkan dengan pelataran para imam dengan 12 anak tangga. Di dalam Tempat Kudus itulah terdapat satu pintu gerbang selalu bertutup gorden yang memisahkannya dengan Tempat Mahakudus, sebuah ruangan kosong tiada berisi suatu apa pun. Di Tempat Mahakudus itulah Imam Agung dan hanya ia saja boleh masuk mempersembahkan kurban persembahan penghapusan dosa.

Dari bagian-bagian Bait Allah itu, sekarang kita bisa mengerti bahwa ketika Yesus marah dan mengusir para pedagang di Bait Allah terjadi di bagian luar. Di mana di situ telah menjadi tempat berjualan lembu, kambing domba dan merpati, juga tempat penukaran uang. Dikatakan bahwa Yesus marah, lalu Ia pun membuat cambuk, mengusir semua pedagang bersama dengan lembu, kambing domba dan merpatinya, menjungkirbalikkan meja-meja penukar uang dan menghamburkan semua uang ke tanah.

Mengapa Yesus marah? Bagaimana mungkin Yesus tidak mampu menahan diri dan menjadi brutal seperti itu? Apakah Ia lupa kalau diri-Nya adalah Mesias yang harus penuh belas kasih? Ketahuilah, Yesus marah karena perampasan uang dengan mengatasnamakan agama yang dilakukan oleh para pejabat Bait Allah. Perampasan itu memang tidak begitu tampak, sebab terselubung dalam peraturan dan kewajiban keagamaan di Bait Allah. Kewajiban itu berupa pembayaran pajak Bait Allah dan persembahan kurban bakaran. Bagaimana hal itu bisa dijelaskan?

Setiap orang Yahudi yang berumur 19 tahun ke atas wajib membayar pajak. Pembayaran pajak itu dilaksanakan satu tahun sekali pada hari raya Paskah. Hasilnya dipakai untuk mencukupi kebutuhan yang berkaitan dengan upacara-upacara peribadatan dan acara-acara ritual keagamaan di Bait Allah. Besarnya pajak ½ Shekel, yang berarti sama dengan upah kerja selama 1½ hari. Hanya jenis uang Shekel Bait Allah saja bisa dibayarkan sebagai pajak, sebab jenis uang lain yang dipakai dalam transaksi harian, dianggap ‘kotor’,  tidak layak dipersembahkan kepada Allah sebagai pajak untuk Bait-Nya. Maka uang harus ditukar!

Dengan penukaran uang itu keuntungan bersih penukar uang yang didapat hanya dengan menukarkan empat dari uang-uang ½-an Shekelnya nilainya sudah sama dengan upah orang yang bekerja 1 hari. Betapa besarnya keuntungan yang diperoleh para penukar uang itu, sebab begitu banyak orang yang datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah sambil membayar pajak.

Pengambilan keuntungan itu terjadi setiap tahun dan orang tidak menyadari praktek perampasan uangnya, sebab terbalut rapi dalam peraturan keagamaan demi kewajiban pembayaran pajak Bait Allah. Dengan kata lain, para pejabat di Bait Allah telah menyalahgunakan wewenang dengan menetapkan peraturan keagamaan dan melestarikan kewajiban membayar pajak demi mengeruk keuntungan pribadi. Mereka telah melakukan penipuan dengan memanipulasi peraturan keagamaan untuk merampas uang dan mengeruk keuntungan tanpa kerja keras. Mereka telah memperlakukan orang-orang yang datang ke Bait Allah bukan sebagai para peziarah yang mau beribadat, tetapi bagai “sapi perahan” yang harus diperas demi keuntungan mereka. Karena itu Yesus marah.

Tidak jauh berbeda, bahkan lebih parah lagi dengan praktek persembahan kurban bakaran. Kurban itu dilaksanakan satu tahun sekali setiap perayaan Paskah, sebagai kurban penghapusan dosa. Hewan kurbannya tergantung pada status sosial dan kemampuan ekonomi setiap keluarga. Orang kaya harus mempersembahkan kurban bakaran berupa seekor lembu atau domba dan seekor burung tekukur atau merpati. Orang miskin umumnya tidak mampu membeli domba, apalagi lembu, sehingga mereka cukup mengurbankan seekor burung tekukur atau merpati sebagai pengganti lembu atau domba dan seekor lagi burung tekukur atau merpati. Jadi, orang miskin cukup mengurbankan sepasang burung tekukur atau merpati.

Penjual-penjual hewan kurban itu sajalah yang dimaksudkan, kalau di pelataran Bait Allah dikatakan ada orang-orang yang berjualan lembu, kambing domba dan merpati. Sebenarnya, adanya jual-beli hewan-hewan kurban itu sangat menolong para peziarah yang mau mempersembahkan kurban bakaran, sebab terutama orang-orang Yahudi yang datang dari perantauan tidak usah susah payah membawa hewan kurbannya dari tempat jauh. Cuma masalahnya,aturan tentang persembahan kurban bakaran adalah setiap hewan yang akan dikurbankan harus sempurna adanya, tanpa cacat dan tidak bercela. Cacat berkaitan dengan fisik, seperti buta, pincang, patah tulang dan luka-luka. Sedangkan bercela mengacu pada mutu, seperti hewan kurban yang bagus tidak boleh berumur lebih dari 1 tahun.

Demi terjaminnya kesempurnaan hewan kurban itulah para pejabat di Bait Allah memilih orang-orang khusus untuk bertugas sebagai ‘DPHK’ (Dewan Pemeriksa Hewan Kurban). Semua hewan yang akan dikurbankan harus lolos sensor dari pemeriksaan mereka dan setiap pemeriksaan dikenai biaya. Susahnya, DPHK itu kong-kalikong atau kerja sama dengan para penjual hewan kurban di pelataran Bait Allah demi mendapat uang komisi tambahan. Akibatnya, DPHK secara diam-diam sepakat untuk tidak akan meloloskan setiap hewan kurban yang tidak dibeli dari para penjual di pelataran Bait Allah itu. Pada hal harga hewan itu kalau dihitung-hitung bisa mencapai 20 kali lipat dari harga hewan di luar pelataran Bait Allah. Apalagi para penjual hewan kurban itu dari keluarga Hanas, imam dan pejabat di Bait Allah.

Orang pun terpaksa membeli hewan kurban dari para penjual di pelataran Bait Allah. Itu berarti pemerasan dan perampasan uang demi keuntungan pribadi. Meski demikian orang tidak menyadari dan pasti akan membeli hewan-hewan kurban itu juga, sebab persembahan kurban bakaran berkaitan dengan penghapusan dosa. Maka bagaimanapun juga orang akan melakukannya dan mereka tidak merasa diperas, karena kurban itu dikaitkan dengan peraturan dan kewajiban keagamaan demi penghapusan dosa. Dengan demikian para pejabat Bait Allah itu telah melakukan penipuan lewat pemanipulasian peraturan ibadat dan kewajiban mempersembahkan kurban bakaran demi mengeruk keuntungan pribadi. Karena itu Yesus marah.

Jelaslah di sini Yesus marah karena penajisan yang telah terjadi di Bait Allah. Bait Allah memang menjadi tempat beribadat dan mempersembahkan kurban bakaran, tetapi para pejabat Bait Allah telah memanipulasi peraturan dan kewajiban keagamaan itu untuk memeras dan merampas uang demi kepentingan dan keuntungan mereka pribadi. Bait Allah menjadi sarang para pemeras dan perampas uang dari orang-orang yang mau beribadat kepada Allah. Demi kepentingan itulah pelataran Bait Allah (yang terluar) dijadikan tempat transaksi penukaran uang pajak dan jual-beli hewan kurban bakaran. Pada hal pelataran yang dipakai untuk transaksi itu adalah pelataran (yang diperuntukan bagi) orang kafir.

Maksudnya: Pelataran orang kafir itulah satu-satunya tempat bagi orang non-Yahudi boleh datang dan berdoa setelah pertobatannya. Namun para pejabat Bait Allah telah menjadikannya tempat berjualan, sehingga hiruk-pikuk orang, teriakan para pedagang, kegaduhan tawar-menawar dan suara beragam hewan, pun gemerincing uang logam: telah membuat tempat itu tidak bisa lagi dipakai untuk berdoa. Dengan demikian tertutup sudah kemungkinan bagi orang non-Yahudi yang mau datang mencari dan menyembah Allah di rumah-Nya. Lagi, ini juga yang membuat Yesus marah.

Nah, dalam warta tadi Orang Yahudi memandang Bait Allah itu secara fisik, yakni Bait Suci di Yerusalem, namun Yesus sebenarnya memaksudkannya adalah diri-Nya sendiri. Dengan demikian perombakan dan pembangunan kembali Bait Allah merujuk pada kematian dan kebangkitan-Nya pada hari ketiga. Kebangkitan itulah vang akan menjadi tanda bahwa Ia adalah Mesias, yang diurapi Allah.

Jadi, jelas bukan maksud Yesus mau merombak dan membangun kembali Bait Suci di Yerusalem, melainkan Ia menubuatkan tentang kematian dan kebangkitan-Nya sebagai tanda bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dengan kematian dan kebangkitan-Nya itu Mesias akan memperkenalkan ibadat dan penyembahan yang benar kepada Allah. Itu berarti bahwa dengan kedatangan-Nya ibadat kurban bakaran di Bait Allah yang dibarengi perampasan terselubung itu harus ditinggalkan. Yesus telah menggantikan Bait Allah itu dengan diri-Nya dan menghubungkan manusia langsung kepada Allah. Ingatlah, kepada perempuan Samaria juga Yesus berkata: “Kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung Gerizim dan bukan juga di Yerusalem … Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.”

Maka, secara dapat disimpulkan demikian: Yesus berkata “rombak Bait Allah ini dan dalam tiba hari Aku akan mendirikannya kembali”, bukan dimaksudkan dengan bangunan Bait Allah diYerusalem itu, melainkan tubuh-Nya sendiri. Yesuslah tanda kehadiran Allah di dunia. Dalam diri-Nya kita dapat melihat dan bertemu dengan Allah. Karena itu penyembahan dan peribadatan kepada Allah pun seharusnya bukan lagi di Bait Allah, tetapi dalam diri-Nya. Yesus telah mengganti Bait Allah dengan diri-Nya sendiri.

Akhirnya: pesan yang dapat kita ambil untuk kita renungkan bersama adalah: Yesus marah karena ‘praktek-praktek’ keagamaan yang tidak benar dan dimanipulasi dengan kepentingan untuk mengeruk keuntungan pribadi. Kegiatan religius seperti itu kapan pun dan di mana pun tidak pernah akan berkenan di hadapan Allah. Apalagi semua itu dilakukan di tempat tinggal kediaman Allah. Bukan hanya Gereja, tetapi sadarilah bahwa diri kita adalah bait-bait kudus Allah, tempat Allah tinggal dan bersemayam di dunia ini.

Maka, dengan kemarahan-Nya itu Yesus mengajak untuk menjadikan diri kita sebagai tempat ibadah-Nya yang kudus. Yesus mengundang kita untuk setiap kali menyucikan dan membersihkan diri dari kecenderungan-kecenderungan jahat yang mengotori dan membusukkan diri kita. Yesus mau agar kita meninggalkan perilaku hidup yang penuh ketamakan, keegoisan, ketidakadilan, dan kemunafikan. Yesus mau agar kita bangkit dan bergerak membangun habitus baru yang berspiritualitas kasih, semakin mengasihi, berkeadilan, semakin terlibat dan menciptakan damai sejahtera, semakin menjadi berkat.

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, ampunilah dosa-dosa kami yang sering kali tidak kami sadari dalam berkegiatan melayani sesama dalam aktivitas gereja. Karena mungkin saja dengan berkedok ‘pelayanan gereja’ kami mengambil keuntungan2 pribadi/kelompok dan tanpa disadari kami sudah menekan dan memeras sesama kami. Sekali lagi ampunilah kami orang berdosa ini. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *