RENUNGAN MINGGU BIASA II
Mencari dan Mengalami Yesus
- Minggu, 17 Januari 2021
- Injil: Yoh 1:35-42
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Yesus selalu berjalan dan bergerak di lorong-lorong kehidupan kita. Dialah Putra Allah yang peduli, yang selalu berinisiatif untuk menyelamatkan umat manusia.
Pertanyaan Yesus “Apa yang kamu cari” sebuah pertanyaan yang bagus untuk berefleksi. Baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. Ketika kita bertemu dengan seorang sahabat, lalu bertanya, “Hai sobat, apa yang engkau cari di dunia ini”. Bisa jadi ia menjawab, “Kalau dahulu saya mencari duit dan harta kekakayaan. Sekarang saya mencari Tuhan dan melayani-Nya”.
Tentu ini sebuah jawaban yang bagus. Namun demikian, kita juga tahu bahwa banyak orang di kepalanya hanya duit dan lupa Tuhan. Maka hari Minggu juga hari mencari duit. Namun, nanti kalau mengalami kesulitan, menderita sakit suatu penyakit baru mencari dan mendekatkan diri pada Tuhan. Hari Minggu sungguh menjadi hari Tuhan.
Pada hari ini Yohanes Pembaptis sedang bersama-sama dengan Yohanes dan Andreas. Mereka berdua mendapat pembinaan yang bagus dari Yohanes Pembaptis. Sore itu kira-kira jam 4 sore, waktu suci berdasarkan Kitab Suci, Yesus lewat di depan mereka bertiga. Yohanes Pembaptis berkata kepada Yohanes dan Andreas, “Lihatlah Anak domba Allah”. (Yoh 1:36).
Yohanes dan Andreas meninggalkan Yohanes Pembaptis guru mereka dan mengikuti guru yang baru. Ketika Yesus menoleh dan melihat mereka ia bertanya, “Apakah yang kamu cari?” (Yoh 1:38).
https://www.youtube.com/watch?v=7GpVm1XZenw
Yesus tidak bertanya “Siapakah”, yang merujuk pada diri-Nya tetapi pertanyaan-Nya adalah “Apakah”, yakni yang merujuk pada benda atau harta. Tetapi Yohanes dan Andreas juga menjawab dengan pertanyaan, “Guru di manakah Engkau tinggal?” Yesus juga tidak menjawab “di sini atau di sana” tetapi Ia justru mengajak: “Mari dan lihatlah”.
Yohanes dan Andreas datang dan tinggal bersama Yesus. Pengalaman tinggal bersama Yesus rupanya membuat Andreas terpesona dan mengajak Simon Petrus saudaranya dengan berkata, “Kami telah menemukan Mesias.” Ia pun membawa saudaranya kepada Yesus dan nama baru diperolehnya, “Engkau Simon, anak Yohanes, Engkau akan dinamakan Kefas” (Yoh 1:42).
Warta Injil hari ini menarik untuk kita renungkan bersama sebagai pengikut Yesus. Yesus selalu berjalan atau bergerak di dalam lorong kehidupan kita. Dia adalah Putra Allah yang berinisiatif untuk menyelamatkan umat manusia. Mengikuti Yesus berarti siap mengambil konsekuensi logis yaitu berkurban demi kebaikan orang lain. Berkurban ditunjukkan dengan karya-karya nyata sebagaimana diteladani Yesus sendiri.
Nah, dalam konteks panggilan, Tuhan memiliki inisiatif untuk memanggil tetapi manusia memiliki sikap bebas untuk menjawab panggilan itu. Kita ingat perkataan Yesus, “Bukan kamu yang memilih Aku tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh 15:16). Konsekuensi panggilan dan pilihan Yesus yakni orang yang terpanggil akan tinggal bersama Dia.
Tadi kita mendengar bahwa Yesus mengatakan “Mari dan lihatlah.” “Mari” adalah ajakan atau panggilan kasih Yesus bagi orang yang dikehendaki-Nya dan “Lihatlah”, kata melihat ini dalam pikiran Penginjil Yohanes sama dengan tinggal atau berdiam. Konsekuensinya adalah tinggal dalam kasih Yesus menjadikan orang terpanggil untuk membawa kasih Yesus kepada sesama dan memanggil mereka untuk datang pada Yesus.
Maka, kembali ke pertanyaan semula, “Apa yang kamu cari?” Pertanyaan Yesus ini berlaku umum bagi siapa saja yang berkehendak baik untuk mencari Yesus. Semua orang diarahkan pada satu fokus penting, yaitu tinggal bersama Yesus atau tinggal di dalam kasih Yesus.
Pertanyaan lain yang muncul adalah, apa yang harus kita perbuat? Yohanes dalam 1Yoh 3:7-10 (bacaan pertama Misa hari ini ) memberi rumusan-rumusan tertentu yang patut kita renungkan. Kita diajak untuk berjalan dalam Kebenaran bersama Yesus bukan dalam kesesatan bersama iblis.
Orang yang hidup bersama Tuhan akan selalu berbuat yang benar. Mengapa? Karena ia lahir dari Allah. Orang yang lahir dari Allah dimampukan untuk tidak berbuat dosa karena benih ilahi tetap ada di dalam dirinya. Sebaliknya, orang yang tidak lahir dari Allah, ia akan hidup bersama iblis dalam dosa dan tidak membuat kebenaran.
Dosa selalu diperlawankan dengan kasih Tuhan. Dosa juga merupakan suatu kenyataan di dalam dunia dan dalam pribadi manusia. Dari perkataan Yohanes, dosa tidak berdaya di hadapan orang yang sudah menerima Tuhan. Ketika menerima sakramen pembaptisan orang yang sudah mati karena dosa memiliki hidup baru karena Kristus. Benih ilahi ada di dalam diri setiap orang yang percaya kepada Tuhan.
Sabda Tuhan membantu kita berpikir tentang kasih Tuhan. Ia yang punya inisiatif untuk memanggil dan memilih kita sebagai abdi-abdiNya. Apakah kita pernah menyadari panggilan sebagai sebuah anugerah? Anugerah yang memiliki benih ilahi di dalamdirinya.
Mungkin dalam benak kedua murid Yohanes Pembaptis masih penuh tanda tanya. Siapakah Yesus yang sedemikian besar yang dirujuk oleh guru mereka itu? Suatu saat di mana Yesus menoleh dan menyapa, “Apa yang kamu cari?”
Pertanyaan ini sederhana, wajar, tapi penuh perhatian. Boleh jadi mereka agak bingung tiba-tiba disapa demikian oleh orang yang sedemikian ditinggikan oleh guru mereka sendiri tadi. Jawab mereka lugu, “Guru, di manakah engkau tinggal.”
Mereka tidak mengharapkan langsung diterima. Hanya sekadar mengungkapkan rasa ingin tahu. Tapi Yesus menanggapi. Ia mengajak mereka melihat sendiri. Mereka dibiarkan menemukan yang mereka cari.
Tidak digambarkan tempat Yesus tinggal oleh Penginjil Yohanes karena yang ingin dikatakan yang sebenarnya ialah bukan tempat tinggal fisik-lahiriah, tempat tinggal menginap Yesus, melainkan tempat Yesus yang sesungguhnya diam dan berada, yakni di dalam Bapa, dan Bapa diam dalam Dia. Sadarilah bahwa para pengikut Yesus pun akan diam di situ, kalau ia tinggal dalam Yesus, dan Yesus tinggal dalam dia.
Pertanyaan “Apa yang kamu cari?” merupakan sapaan Yesus dan mengajak berbicara tentunya. Sang Sabda tidak menganggap sepi orang yang datang kepadanya. Inti kehidupan batin boleh jadi dapat dirumuskan dalam satu kata, yakni “mencari” Yang Abadi tetapi yang ada di tengah-tengah kemanusiaan. Namun, sering kita juga belum amat tahu apa sebetulnya yang kita maui. Dia akan membantu kita menemukan diri-Nya. Bisa jadi bahwa kita akan mendapat ajakan melihat sendiri dan menemukan yang tak terduga-duga. Seperti kedua murid tadi juga sedang menemukannya tanpa mereka sadari.
Dalam warta Injil Yohanes hari ini, sosok Yesus itu ditampilkan dengan tiga “gelar”, yakni Anak Domba Allah, Guru, dan kemudian Mesias. Sebutan pertama adalah “Anak Domba Allah” mengingatkan pada anak domba yang dikurbankan orang Israel pada malam sebelum meninggalkan negeri Mesir (Kel 12) yang kemudian diperingati tiap tahun pada malam Paskah orang Yahudi.
Kemudian di kalangan para pengikut Yesus yang pertama berkembang kesadaran bahwa dia itu juga kurban yang diterima baik oleh Allah dalam Baitnya. Selain itu, kehidupan Yesus juga dipandang sebagai sosok Hamba Allah sebagaimana terungkap dalam Yes 53:7. Hamba ini seperti anak domba yang dibawa ke tempat penyembelihan.
Sebutan yang kedua secara spontan diucapkan oleh kedua murid Yohanes Pembaptis, yakni “Rabi” atau “Guru”, panggilan bagi ulama yang amat dihargai. Lebih dari itu, Yesus dapat memperkenalkan siapa Allah itu dengan cara yang baru. Ia akan mengajar agar orang berani memanggil-Nya sebagai Bapa. Dan orang akan menemukan diri sebagai yang diperhatikan, yang dilindungi.
Lalu sebutan ketiga adalah ‘Mesias’. Bagi orang Yahudi pada zaman itu, Mesias, Yang Terurapi, ialah tokoh yang kedatangannya telah lama dinanti-nantikan. Dialah yang diharapkan akan memimpin umat agar mendapatkan kembali kejayaan mereka.
Mereka mendambakan pemimpin yang datang dengan wibawa Allah sendiri. Setelah sehari penuh berada di tempat Yesus tinggal, kedua orang itu mulai mengerti bahwa Dia itulah tokoh yang diharapkan banyak orang. Mereka telah menemukannya. Harapan mereka akan perbaikan serta masa depan menjadi besar dan menyala-nyala.
Maka dari itu, marilah kita juga bertanya diri apakah kita pernah atau selalu mempunyai keinginan untuk tahu tentang Yesus, Juruselamat kita walaupun kita sudah menjadi orang Katolik? Apakah dalam hidup dan hati kita selalu mencari Yesus dan seperti apakah Yesus itu menurut pengenalan rohani kita dan yang kita imani sampai sekarang? Lalu bagaimana kehidupan kita sebagai umat beriman kristiani, apakah kita selalu tetap ‘kerasan’ tinggal dan merasa nyaman serta aman di dalam Yesus? Atau justru kita pernah merasa kecewa menjadi umat Kristen, karena ternyata tidak seperti yang kita harapkan?
Pertanyaan-pertanyaan tadi sungguh – bisa jadi – menyentak diri kita, sebab kini sadar bahwa selama ini mungkin saja kita tidak merasa enjoy hidup sebagaiumat kristiani. Menyadari bahwa menjadi murid Yesus, apalagi zaman sekarang, tidak begitu mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperjuangkan, terutama nilai kebenaran berdasarkan kasih Allah. Hidup beriman yang harus bertumpu pada kasih Allah itu.
DOA :
Ya Tuhan Yesus, Mesias Juruselamatku. Ampunilah segala keterbatasanku dalam mengenal diri-Mu, sehingga imanku terasa dangkal dan mudah jatuh dalam penyangkalan akan keilahian-Mu. Curahkanlah Roh Kudus-Mu selalu atas diriku sehingga aku mampu untuk beriman sebagaimana yang Engkau harapkan, sehingga aku dapat melaksanakan apa yang Kaukehendaki. Amin.
LEAVE A COMMENT