RENUNGAN HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS

RENUNGAN HARI RAYA SEMUA ORANG KUDUS

Dipanggil Menjadi Kudus

  • Minggu, 1 November 2020
  • Injil Mat 5:1-12
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

Ada begitu banyak orang kudus yang tidak dikenal. Mereka adalah orang-orang biasasama seperti kita. Namun, mereka memiliki sesuatu yang luar biasayaitu cinta dan kesetiaan kepada Allah serta kemurahan hati kepada sesama.

Pada hari ini, seluruh Gereja Katolik merayakan Hari Raya semua orang kudus. Para kudus atau santo-santa, dan juga para martir adalah mereka yang telah diakui resmi oleh Gereja atau dikanonisasikan dan para kudus lain yang belum dikenal oleh Gereja Katolik.

Kita merayakan perayaan ini berarti kita mau merayakan realitas dari misteri keselamatan. Suatu realitas yang kita akui dengan bangga dalam syahadat kita: ‘Aku percaya akan persekutuan para kudus“. Mereka adalah orang-orang yang kepadanya Yesus mengatakan: “berbahagialah yang suci hatinya sebab mereka akan memandang Allah“.

https://www.youtube.com/watch?v=eXy9Q_yvUKI

Merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus adalah suatu kesempatan baik bagi kita untuk memuji dan memuliakan Allah akan rahmat kekudusan yang telah Ia berikan kepada Gereja. Juga merupakan kesempatan baik untuk menghormati secara khusus semua orang kudus yang jarang kita dengar atau orang-orang yang telah menjadi pahlawan iman.Devosi kepada para kudus dalam Gereja Katolik sudah dimulai sejak abad kedua. Pada saat itu para kudus dan martir dihormati sebagai orang-orang yang sudah bersekutu dengan Tuhan.

Mengapa di dalam GerejaKatolik terdapat devosi kepada para kudus? Ini biasanya ditanyakan oleh saudara-saudara dari gereja-gereja yang lain. Mengapa? Karena pada umumnya Gereja-gereja reformasi (protestan) tidak memberi tempat untuk devosi kepada para kudus dan malaikat. Mereka memiliki alasan sendiri, misalnya: pertama, Kita hanya punya satu pengantara antara Allah dan manusia yaitu Yesus Kristus. Kedua, Doa dan penghormatan kepada Bunda Maria dan para kudus mengurangi penghormatan kepada Allah yang kudus.

Gereja Katolik melakukan penghormatan kepada para kudus dalam rangka memuji dan memuliakan Allah. Orang kudus dipuji dan dikagumi karena kemuliaan Allah. Kita mengagumi mereka dan mengikuti teladan mereka untuk menjadi kudus.

Itu sebabnya,kita menjadikan para kudus sebagai perantara dengan Bapa di Surga. Jadi di dalam Gereja Katolik kita mengenal satu-satunya pengantara kita adalah Tuhan Yesus, sedangkan perantara kita sebagai manusia dengan Tuhan adalah para malaikat dan para kudus.

Kita bersatu dengan mereka sebagai anggota dari satu keluarga besar yang disebut “persekutuan orang kudus”. Sadarlah Gereja mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang dipanggil menjadi kudus (Lumen Gentium,39).

Warta Kitab Suci pada Hari Raya ini selain Injil yang tadi kita dengar bersama, juga diambil dari Kitab Wahyu yang mengarahkan kita untuk berjalan dalam kekudusan. Siapakah orang-orang kudus itu? Dalam Kitab Wahyu ada kesaksian yang mengatakan, “Aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka semua berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka”(Why 7,9).Mereka yang mengenakan jubah putih adalah para kudus Allah karena mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.

Kemudian surat Yohanes mengatakan bahwa orang-orang kudus adalah mereka yang akan melihat Kristus dalam keadaanNya yang sebenarnya. Yohanes meyakinkan kita semua,“Saudara-saudara terkasih, betapa besar kasih Allah yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah”.

Sebagai anak-anak Allah kita bertugas untuk menyucikan diri kita seperti Dia juga suci. Kita memiliki kerinduan untuk bertemu dengan Yesus. Ia sendiri mengatakan, “Jangan khawatir. Di rumah BapaKu banyak tempat. Aku pergi menyiapkannya dan Aku akan kembali untuk menjemput kalian, supaya di mana Aku berada, kamu juga berada,” (Yoh 14:1-4).

Di antara semua orang kudus, ada yang diakui secara resmi oleh Gereja masih ada begitu banyak orang kudus yang tidak dikenal karena nama mereka tidak tertera dalam kalender liturgi. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mukjizat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka. Mereka hanyalah orang-orang biasa sama seperti kita tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitucinta dan kesetiaan kepada Allah serta kemurahan hati kepada sesama. Dan ini tentu merupakan sesuatu dorongan bagi kita yang notabene adalah manusia yang biasa sama seperti mereka untuk melakukan yang terbaik bagi Allah dan sesama agar kita pun kelak dapat masuk surga. Semoga hidup kita merupakan suatu persembahan yang berharga bagi Allah dan sesama.

 

Mengapa harus ada hari khusus untuk memperingati semua orang kudus? Kalau kita perhatikan kalender liturgi, sepanjang tahun selalu saja ada orang kudus yang diperingati atau dirayakan, lantas mengapa ada hari yang dikhususkan untuk merayakan pesta semua orang kudus? Saya kira ada 2 alasan:

Pertama, selain para kudus yang kita kenal dan kita rayakan pada hari-hari khusus, masih ada banyak bahkan ribuan orang kudus yang tidak sempat dirayakan secara khusus atau tidak ada dalam penanggalan resmi gereja. Mereka mungkin tidak dikenal karena tidak pernah melakukan suatu karya mujikzat atau tidak pernah ada penampakan diri dari mereka, tetapi mereka memiliki sesuatu yang luar biasa yaitu cinta kepada Allah dan kemurahan hati kepada sesama.

Mereka tak lain yang tadi disebutkan dalam Kitab Wahyu: “suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka,” (Why 7:9).
Kedua, perayaan hari ini juga memberikan kita pandangan sekilas tentang apa yang akan kita alami kelak. Mereka yang kita rayakan hari ini adalah orang-orang biasa sama seperti kita. Bagaimana kita sekarang, begitulah mereka dulu pernah hidup. Dan bagaimana keadaan mereka sekarang, itulah harapan kita akan masa depan.
Kita semua pastilah ingin dan mau menikmati kebahagiaan kekal… tetapi sayang bahwa untuk mencapai kepenuhan hidup bersama para kudus di surga tidak terjadi secara otomatis. Yesus berkata: “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga,” (Mat 7:21).

Lantas bagaimana caranya kita menjalani kehendak Allah itu dalam hidup sekarang ini? Jawabannya ada dalam warta Injil hari ini, yakni Sabda Bahagia. Sabda Bahagia adalah semacam peta jalan yang diberikan Yesus kepada kita para pengikut-Nya untuk mencapai kebahagiaan di Surga. Orang-orang kudus yang kita rayakan hari ini adalah mereka yang telah dengan susah payah mencoba menekuni sebuah jalan hidup yang sulit sebagaimana ditawarkan oleh Injil hari ini. Perayaan hari ini juga merupakan suatu undangan bagi kita untuk mengikuti cara hidup yang ditawarkan oleh sabda Bahagia ini.
Sabda Bahagia menawarkan kepada kita suatu cara hidup. Sabda Bahagia merupakan suatu undangan bagi kita untuk hidup miskin di hadapan Allah, untuk menangis bersama mereka yang menangis, untuk bersikap lemah lembut dan rendah hati dan untuk merasa lapar dan haus akan keadilan. Sabda Bahagia mengundang kita untuk menjadi orang yang ‘berbela rasa”, untuk menjadi orang yang suci dan bersih hati, untuk menjadi pembawa damai bagi sesama.
Mereka ini patut bersukacita karena besarlah ganjaran mereka di Surga. Sabda bahagia adalah ungkapan nyata diri Yesus bagi umat manusia maka orang yang mengikutiNya patut menghayati Sabda Bahagia ini.

Hari ini kita diundang untuk menelusuri jejak langkah hidup para kudus. Hari ini kita diundang untuk menjalani hidup sebagaimana ditawarkan oleh Yesus dalam warta Injil hari ini. Memang berat tetapi kita harus percaya dan berjuang bahwa kita bisa. Kita juga bisa memohon bantuan para kudus melalui doa-doa mereka agar kita dibimbing dan dikuatkan untuk berani hidup sebagai orang Kristen yang sejati.

St. Agustinus pada awalnya merasa bahwa Sabda Bahagia yang kita dengar hari ini adalah suatu cara hidup yang tidak mudah. Tetapi ketika dia membaca…membaca dan merenungkan bacaan Injil hari ini, dia berkata: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak.” Saya mau mengajak kita semua untuk menjadikan pernyataan ini sebagai ungkapan kesungguhan kita untuk mengejar kekudusan di dalam hidup ini: “Kalau semua orang kudus telah menjalani hidup semacam ini, mengapa saya tidak”.

Maka bagi kta, semoga nantinya, setelah kehidupan di dunia sekarang ini, kita pun mendengar Sabda Yesus yang menggembirakan kita: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu,” (Mat 25:21).

DOA:

Ya Tuhan Allah, Sabda-Mu menjadi pelita yang menerangi langkah kaki kami menuju kekudusan. Bahagiakanlah kami yang berjalan di jalan-Mu menuju kekudusan itu. Kami berharap dan memohon supaya dapat memandang Engkau di hadirat-Mu kelak. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *