RENUNGAN MINGGU BIASA XXIV
Mengampuni dengan Murah Hati
- Minggu, 13 September 2020
- Injil: Mat 18:21-35
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Jika kita membuka hati untuk mengampuni kesalahan sesama, Allah pun akan berbelas kasih kepada kita.
Sampai berapa kali kita harus mengampuni? Tujuh kali tidaklah cukup, melainkan harus tujuh puluh kali tujuh kali atau dengan kata lain tak terbatas. Warta Matius 18:21-35 menceritakan pentingnya mengampuni dan berbelas kasih kepada sesama, karena kita semua telah menerima belas kasih dan pengampunan dari Tuhan.
Namun, kita hanya dapat mengampuni sesama kita dengan segenap hati, kalau kita bekerja sama dengan rahmat Allah. Injil hariini ingin mengajarkan kita bahwa belas kasih adalah merupakan esensi dari Injil dan kekristenan. (Paus Yohanes Paulus II, Dives in Misericordia, 14)
Dalam Injil Lukas 17:3-4 diceritakan bagaimana Yesus mengajarkan untuk mengampuni kesalahan orang lain. KemudianYesus mengatakan “Bahkan jikalau ia berbuat dosa terhadap engkau tujuh kali sehari dan tujuh kali ia kembali kepadamu dan berkata: Aku menyesal, engkau harus mengampuni dia.”
https://www.youtube.com/watch?v=Zcof7_lNO8w&t=9s
Mungkin perkataan Yesus ini masih terngiang-ngiang di telinga Petrus dan mungkin dia bertanya-tanya apakah benar seseorang harus mengampuni dosa sebanyak tujuh kali saja. Kemudian dalam Mat 18:21 dikatakan Petrus datang kepada Yesus dan bertanya, “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?”
Dalam pemikiran rasul Petrus, pengampunan tujuh kali seperti yang pernah dikatakan oleh Yesus mungkin telah cukup. Namun, rasul Petrus lupa bahwa apa yang dikatakan oleh Yesus sebelumnya adalah seseorang harus mengampuni kesalahan seseorang walaupun orang tersebut telah berdosa tujuh kali sehari dan kemudian menyesal.
Dan untuk memperjelas, Yesus menjawab rasul Petrus, “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali,” (ay.22). Tujuh melambangkan banyak hal, namun mempunyai karakteristik sempurna di dalam bangsa Yahudi maka dengan kata lain pengampunan itutak terbatas.
Mengampuni adalah salah satu perintah yang mungkin gampang diucapkan namun sulit untuk dilakukan. Namun perlu disadari bahwa mengampuni itu penting, sangat essensial dalam kekristenan dan itulah yang dikehendaki Tuhan Yesus.
Hal itu terungkap dan sungguh indah terwujud dalam sikap Yesus dan apa yang dilakukan–Nya ketika di kayu salib di mana Dia mengatakan “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk 23:34)
Pengampunan yang diberikan oleh Kristus di kayu salib adalah merupakan gambaran akan misi Kristus di dunia ini, yaitu Dia datang untuk memberikan pengampunan terhadap dosa yang diperbuat seluruh umat manusia. Pengampunan ini merupakan perwujudan dari belas kasih Allah Bapa kepada umat manusia, yang memberikan Putera-Nya yang dikasihi untuk datang ke dunia dan menebus dosa dunia, sehingga barang siapa percaya kepada-Nya akan mendapat kehidupan yang kekal. Pengampunan ini juga merupakan perwujudan dari Allah yang maha kuasa.
Yesus memberikan beberapa perumpamaan tentang Kerajaan Sorga. Seperti dalam warta Injil hari iniKerajaan Sorga seumpama seorang Raja yang sedang mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. Di sini Kerajaan Sorga menggambarkan suatu drama belas kasih, karena memang seseorang tidak memperoleh Kerajaan Sorga berdasarkan apa yang dia buat, namun berdasarkan kasih karunia. Kalau mau adil, maka kita semua yang telah berdosa akan masuk neraka, karena upah dosa adalah maut.
Namun, karena belas kasih Allah, Dia menghendaki agar semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. Diceritakan bahwa dalam perhitungan dengan hambanya, maka raja tersebut menemukan bahwa hambanya berhutang sepuluh ribu talenta atau merupakan jumlah yang besar dan tak terbayarkan, walaupun hamba itu harus menjual segala harta miliknya, anak dan istrinya untuk melunasi hutangnya.
Dengan kata lain, hutang itu tak terbayarkan! Manusia yang telah berdosa tidak dapat masuk ke dalam kemuliaan Allah di dalam Kerajaan Sorga, sama seperti orang tidak dapat membayar 10,000 talenta. Adalah adil bahwa seseorang yang tidak dapat membayar hutangnya yang sangat besar, maka dia dimasukkan ke penjara, sama adilnya kalau manusia yang berdosa masuk dalam neraka abadi.
Namun, untuk melepaskan diri dari neraka abadi, maka langkah pertama yang diperlukan oleh manusia adalah kerendahan hati. Kerendahan hati ini ditunjukkan oleh hamba yang menyembah sang raja dan memohon agar raja tersebut dapat bersabar.
Menyaksikan kerendahan hati hambanya, maka dikatakan bahwa raja itu tergerak hatinya oleh belas kasihan, dan kemudian membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. Hamba yang dengan rendah hati minta tambahan waktu untuk melunasi hutangnya mendapatkan sesuatu yang lebih, yaitu penghapusan hutang.
Inilah bukti belas kasih Allah, yang tidak hanya mengampuni dosa manusia, namun pengampunan ini juga dilakukan dengan cara yang sungguh tak terpikirkan, yaitu dengan cara mengirimkan Putera-Nya yang terkasih, untuk menebus dosa manusia, sehingga yang percaya kepadanya tidak akan binasa, melainkan akan mendapatkan kehidupan yang kekal.
Setelah sang hamba mendapatkan pengampunan dan pembebasan akan hutangnya yang begitu besar dari rajanya, maka diceritakan bahwa hamba ini bertemu dengan kawannya yang berhutang seratus dinar atau senilai tiga bulan upah kerja, karena satu dinar adalah upah satu hari kerja. Yang dilakukan oleh hamba itu bukannya meniru teladan raja yang berbelas kasih, namun malah menangkap dan mencekik kawannya, serta memaksa kawannya untuk segera melunasi hutangnya. Bahkan permohonan dari kawannya untuk memberikan waktu lebih lama baginya untuk dapat melunasi hutangnya tidak digubris dan malah memenjarakan kawannya.
Di sini kita melihat bahwa sungguh hamba ini telah melupakan belas kasih yang telah dia terima dari tuannya. Dan kalau kita mau membandingkan, maka sebenarnya kita semua berhutang kepada Tuhan dan dengan kekuatan kita sendiri, maka kita tidak dapat membayarnya. Namun, dalam belas kasih-Nya, Tuhan telah membebaskan kita semua dari himpitan dosa dan mempunyai pengharapan akan kehidupan abadi di Sorga. Oleh karena itu, sungguh menjadi selayaknya, kita juga mau mengampuni kesalahan sesama kita.
Menarik untuk disimak bahwa teman- teman dari kawan hamba tersebut sangat sedih dan melaporkan kepada raja. Apa yang dilakukan oleh hamba itu seolah-olah dapat dirasakan sebagai suatu bentuk ketidakadilan. Hamba yang telah menerima pengampunan berlimpah namun tidak mau memberi pengampunan walaupun dalam masalah kecil menimbulkan pergolakan, sehingga akhirnya mereka melaporkan kejadian ini kepada raja. Dan raja yang berbelas kasih akhirnya memberikan keadilan.
Rupanya raja yang telah mengampuni hutang yang begitu besar dari hambanya juga menuntut agar hamba tersebut dapat juga berbelas kasih pada sesama. Yesus mengatakan bahwa ukuran yang kita pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepada kita.
Dan di ayat sebelumnya, Yesus memberikan pegangan, “Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni,” (Luk 6:37). Dengan demikian, menjadi satu permenungan bagi kita semua, agar mau mengampuni dan berbelas kasih kepada sesama, sehingga kitapun akan diampuni oleh Allah dalam pengadilan terakhir.
Ketidakmampuan seseorang untuk mengampuni kesalahan sesama membuat rahmat Allah tidak dapat menembus hati yang penuh dengan kebencian. Atau dengan kata lain, hati yang penuh kebencian seolah-olah telah tertutup dan tidak mau menerima rahmat Allah.
Dalam keterbatasan kita, memang sungguh sulit untuk dapat mengampuni seseorang yang begitu menyakiti kita. Namun, kita dapat yakin, bahwa kalau Yesus memberikan perintah, maka itu bukanlah perintah yang mustahil untuk dijalankan. Pengampunan hanya mungkin kalau kita mengundang Tuhan untuk memberikan rahmat kepada kita, sehingga kita mempunyai kekuatan untuk mengampuni kesalahan orang yang bersalah kepada kita.
Hanya dengan rahmat Allah dan kesediaan kita untuk mengampuni, maka seseorang dapat benar-benar mengampuni orang yang telah menyakitinya. Kesadaran bahwa Allah akan berbelas kasih pada kita pada saat pengadilan terakhir kalau kita juga berbelas kasih kepada orang lain, seharusnya juga dapat membuka hati kita untuk mau mengampuni kesalahan sesama.
Di ayat terakhir, Yesus menegaskan, “Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” Pernyataan yang sama sebenarnya secara gamblang telah diberikan oleh Yesus sendiri dalam petisi keempat dari doa Bapa Kami, yang mengatakan: Ampunilah kami, seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami.
Dengan demikian, mengampuni sesama adalah perwujudan dari kasih kita kepada Allah. Jadi, kepada saudara/i yang mempunyai kebencian dan sungguh sulit untuk melepaskan diri dari dosa ini, maka marilah kita bersama mohon rahmat Allah agar hati kita dapat diubah dan biarlah contoh pengampunan Allah yang diwujudkan dalam misteri Paskah Kristus dapat memberikan kepada kita teladanyang harus ditiru. Pengampunan yang dituntut oleh Allah bukan hanya pengampunan yang dangkal, namun pengampunan dengan segenap hati, yang berarti harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.***
DOA:
LEAVE A COMMENT