RENUNGAN HARI RAYA SP MARIA DIANGKAT KE SURGA
Maria Mendengarkan dan Memelihara Firman
- Minggu, 16 Agustus 2020
- Injil Luk 1:39-56
- Oleh Romo Thomas Suratno SCJ
Sabda juga bisa berkembang dalam diri manusia, bahkan menjadi bagian hidupnya. Maria merupakan salah satu yang menjalankannya. Ia berbahagia karena mendengarkan firman Alah dan memeliharanya.
Saudara-saudari yang terkasih, pengakuan iman akan Maria diangkat ke surgasangat berbeda dengan pengakuan iman Yesus yang terangkat ke surga. Sadarilah bahwa Yesus terangkat ke surgamenunjukkan kepada kita bahwa dengan kuat kuasa ilahi-Nya Tuhan Yesus dapat dengan sendirinya masuk dalam surga.
Namun,berbeda dengan SP Maria, dia adalah manusia, bukan malaikat apalagi Tuhan, sekali lagi Maria adalah manusia seperti kita. Maka dalam pengakuan iman kita menyebut SP Maria diangkat ke surga.
Hal itu menunjukkan bahwa Maria tidak dengan kekuatan sendiri – menjadi orang hebat – dapat masuk ke surganamun karena kekuatan Tuhanlah dia diangkat ke surga. Tuhan Allah lah yang mengangkat naik dan masuk ke dalam surga. Dkl, Allahlah yang menyelamatkan SP Maria!
Lalu bagaimana kita sekarang dapat mendalami makna perayaan Maria diangkat ke surgaitu? Merayakan peristiwa itu kiranya dapat menjadi ungkapan kepercayaan akan masa depan kemanusiaan sendiri. Percayalah bahwa pada satu saat nanti umat manusia seluruhnya akan kembali berada bersama dengan Tuhan di surga.
Hal ini sering digambarkan bakal terjadi lewat “pemurnian” dengan pelbagai cara seperti halnya tempat penantian, pengadilan terakhir yang memisahkan orang baik dari orang jahat, atau pembersihan jiwa kedosaan (Api Penyucian).
Inti pemikirannya sama, yakni satu ketika nanti kita akan pulih menjadi warga firdaus kembali dan masuk ke sana. Dan kita percaya bahwa itu dapat terjadi karena salah satu dari kemanusiaan, yakni Maria, sudah ada di sana dan kini ia melantarkan atau ‘pengantara’ doa-doa permohonan kita dari yang biasa hingga yang aneh-aneh kepada Tuhan Yang Mahakuasa.
Kita acapkali menyadari bahwa Tuhan lebih mendengarkan kita – berkat Maria – daripada kita mendengarkan-Nya. Maria tahu jalan-jalan menyampaikan doa kita kepada Yang Mahakuasa.
Menurut Kitab Kejadian, manusia dan istrinya diusir dari firdaus karena melanggar larangan memakan buah pengetahuan baik dan buruk. Ini dosa.
Dosa membuat kemanusiaan merosot. Sebelumnya mereka akrab dengan dunia ilahi, dapat bercakap-cakap dengan Tuhan. Manusia merasa aman di hadapan-Nya. Kemudian Tuhan mengusir dan menempatkan manusia ke dunia.
Akibatnya, kini manusia harus berjerih payah mencari makan agar hidup terus. Namun,kita bisa membayangkan setelah pengusiran manusia itu, Tuhan merasa kesepian di surga. Pada suatu saat Tuhan Allah mengambil keputusan untuk turun ke dunia mencari manusia yang sudah diusir-Nya.
Ia mengubah diri menjadi ‘suara hati’ (= suara Tuhan) yang ada dalam diri manusia. Dengan demikian manusia diam-diam dituntun-Nya melangkah, mungkin dengan jatuh bangun, pada jalan kembali ke firdaus, lewat jalan lain yang tidak dijaga malaikat berpedang api.
Begitulah Ia berharap satu ketika nanti manusia akan bisa berada kembali di surga mengusir suasana murung, rasa kesepian-Nya, untuk selama-lamanya.
Saudara-saudari yang terkasih, hari ini kita bersama merayakan kembalinya satu dari keturunan manusia yang telah terusir dari firdaus tadi. Merayakan pulihnya suasana gembira di surga sana. Merayakan kebesaran Tuhan yang dapat membawa kembali manusia ke surgayakni dengan ‘mengangkat SP Maria ke surga’.
Merayakan juga kemampuan manusia untuk ‘bekerja sama’ dengan Tuhan. Merayakan seorang yang hidup tulus mengikuti suara hati, di mana dia membiarkan diri dituntun suara hati itu, yang tak lain itu adalah Suara Tuhan dalam dirinya.
Semua itu berkat Tuhan Yesus, yang pernah datang ke dunia melalui Rahim Bunda Maria, karena Maria mau berhamba kepada Tuhan Allah dengan mengikuti kehendak-Nya “aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkatanmu.” T
uhan Yesuslah yang menuntun manusia kembali ke sana. Dia dating sebagai Penyelamat. Tak mengherankan yang pernah membawanya masuk ke dunia ini yakni Bunda Maria dengan sendirinya ikut terbawa kembali ke surga.
Kidung Magnificat
Warta Injil pada perayaan ini, Luk 1:39-56, memuat dua bagian, yakni kisah Maria mengunjungi Elizabet (ayat 39-45) dan Kidung Pujian “Magnificat” (ayat 46-56) dan berakhir dengan ayat 56 sebagai penutup kisah. Kita tahu dalam kisahnya bahwa Maria membiarkan Roh Kudus bekerja dalam dirinya.
Roh Kudus itulah yang berkarya menjadi ‘suara hati’ manusia. Dan suara hatinya itu jugalah yang membuat SP Maria mengucapkan fiatnya, “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu!”
Roh yang sama itu juga yang membuat Maria mengidungkan pujian yang diwartakan hari ini. Isinya tak lain adalah pujian Maria kepada Tuhan dengan gembira – Ia itu Allah yang menyelamatkan. Ia membuat hidup ini berarti. Ia membuat penderitaan bermakna.
Kemudian terungkap pula pengakuan bahwa Tuhan menyayangi orang-orang yang kecil sehingga mereka menjadi tinggi di mata orang. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Kebesaran Tuhan yang tidak takut berdekatan dengan orang kecil, bukan karena orang kecil itu romantik, ideal, melainkan karena orang kecil itu dapat memberi-Nya naungan dan mengurangi kesepian-Nya!
Orang yang hina dina biasanya ingat Tuhan dan itu cukup membuat-Nya menemukan kembali secercah kegembiraan yang telah hilang dari surga dulu. Ini teologi sehari-hari.
Saudara-saudari yang terkasih, orang sering beranggapan bahwa penderitaan, kemelaratan, ketakberuntungan, aib ialah hukuman dari atas bagi kesalahan. Ada anggapan bahwa hukuman bisa juga dikenakan kepada keturunan orang yang bersalah. Entah berapa keturunan?
Dosa menurun, hukuman berkelanjutan. Dalam Kidung Magnificat pendapat seperti ini tidak diikuti. Malah ditegaskan bahwa Tuhan membela orang yang percaya kepadanya yang meminta pertolongan dari-Nya.
Bagaimana dengan orang yang hidupnya beruntung, menikmati kelebihan, tidak kurang suatu apa? Apakah mereka itu akan dikenai malapetaka?
Kiranya bukan itulah yang dimaksud. Orang-orang yang beruntung dihimbau agar mengambil sikap seperti Tuhan sendiri, yakni memperhatikan mereka yang kurang beruntung. Samasekali bertolak belakang bila orang membiarkan kekayaan, kedudukan, kepintaran membuat sesama yang kurang beruntung menjadi terpojok atau kurang mendapat kesempatan untuk maju.
Inilah yang kiranya hendak disampaikan dalam ayat yang mengatakan bahwa orang congkak hati akan diceraiberaikan, orang berkedudukan akan direndahkan, orang kaya akan disuruh pergi dengan tangan hampa. Kidung Magnificat mengajak orang-orang yang merasa beruntung diberkati oleh Tuhan dengan kelebihan bukan untuk menikmatinya melainkan untuk memungkinkan sesama ikut beruntung, ikut bersukacita.
Di sini tidak ditawarkan sebuah teologi penjungkirbalikan nasib, melainkan pelurusan hakikat kehidupan itu sendiri. Kepercayaan akan kebesaran Tuhan tidak bisa dipakai begitu saja untuk memerangi ketimpangan sosial yang mengakibatkan adanya ketidakadilan yang melembaga. Namun demikian, kepercayaan ini dapat membuat manusia makin peka dan mencari jalan memperbaiki kemanusiaan sendiri. Keterbukaan kepada dimensi ilahi akan membuat orang makin lurus.
Memelihara Firman Allah
Dalam Injil Luk 11:27 dikatakan orang menyebut ‘wanita yang melahirkan-Nya berbahagia’. Namun,Yesus menambahkan, “Yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Alah dan yang memeliharanya.”
Yang menarik di sini ialah penekanan kepada kegiatan pihak manusia. Dikatakan manusia memelihara sabda Allah yang didengarkan. Berarti sabda itu juga bisa berkembang dalam diri manusia dan bahkan menjadi bagian kehidupannya. Maria ialah salah satu yang menjalankannya.
Seperti diutarakan dalam Luk 1:38 “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu”, Secara nyata ‘Sabda Allah’ yang dibawakan malaikat kepadanya menjadi kehidupan karena diterimanya dan dikandungnya.
Dan Maria melahirkannya tadi dalam ujud manusia. Dia adalah Tuhan Yesus. Maka kata-kata Yesus yang diteruskan dalam Luk 11:28 tadi memperjelas apa artinya berbahagia karena bisa melahirkan dan membesarkannya.
Maria berbahagia karena ia mendengarkan firman Alah serta memeliharanya.
Lalu, bagaimana dengan kita umat beriman yang kini merayakan SP Maria diangkat ke surgaini? Apakah kita merasa tertuntun dan tertantang untuk menerima Firman dengan tulus dan sukacita, kemudian terdorong selalu mengusahakan untuk melakukan kehendak Tuhan yang terkandung dalam Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari?
DOA:
Ya Tuhan Allah, aku bersyukur kepada-Mu karena Engkau telah mengangkat SP Maria, manusia ciptaan-Mu masuk ke dalam surga. Engkau memberi harapan kepadaku, sebagai manusia, bahwa aku pun bisa selamat seperti SP Maria karena kuat kuasa-Mu. Aku percaya kepada karena Yesus Kristus Tuhan dan Penyelamatku. Amin.
LEAVE A COMMENT