RENUNGAN MINGGU XVII

RENUNGAN MINGGU XVII

Mengurbankan Segala Sesuatu Demi Kerajaan Surga

 

  • Minggu, 26 Juli 2020
  • Injil Mat 13:44-52
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Kerajaan Surga merupakan sesuatu yang sangat berharga dan indah. Tiada pengurbanan yang sebanding untuk mendapatkannya. Maka, layaklah kita mohon rahmat Allah dan karunia keberanian, agakita berani untuk mengurbankan segalanya bagi Tuhan.

 

Perumpamaan dalam warta Injil hari ini pertama dalam perikop Minggu ini menceritakan bahwa Kerajaan Allah seumpama seseorang yang menemukan harta di ladang, menguburkannya kembali, dan dengan sukacita menjual seluruh harta miliknya untuk membeli ladang itu.

Dikatakan bahwa seseorang “menemukan”. Menemukan mempunyai konotasi tidak sengaja atau tiba-tiba. Seseorang dapat saja menemukan harta terpendam melalui kejadian-kejadian yang tidak disangka-sangka, seperti dalam penderitaan seseorang menemukan makna hidup dan Kristus; tiba-tiba merasa kosong dalam hidup, yang menuntun pada penemuan jati diri melalui Sabda Allah, dan lain-lain.

Orang tersebut tidak membayar ketika menemukan harta tersebut, namun harta tersebut mempunyai harga yang sangat mahal untuk dimiliki. Namun, karena harta tersebut sungguh sangat berharga melebihi segalanya, maka orang tersebut dengan sukacita menjual seluruh miliknya demi dapat memiliki harta tersebut.

Dan memang menemukan Kristus dan menjalin hubungan yang intim dengan Kristus jauh lebih berharga dari apapun.

 

Di dalam Alkitab disebutkan banyak sekali ayat-ayat untuk mengasihi sesama kita dan terutama untuk mengasihi Tuhan, yaitu mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan.

Dengan demikian, kalau seseorang telah menemukan Tuhan, maka dengan segala risikonya dia harus menempatkan Tuhan di atas segalanya, karena memang hanya Tuhanlah yang berharga untuk dikasihi dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan kita.

Apapun yang kita punyai prioritasnya harus di bawah Tuhan, karena Tuhan adalah segalanya dan apapun yang kita punyai adalah milik Tuhan. “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada” (Mat 6:21; Luk 12:34).

Kemudian Yesus memberikan perumpamaan tentang Kerajaan Surga seperti pukat yang dilabuhkan ke laut, yang mengumpulkan semua jenis ikan, yang baik maupun yang tidak baik. Ini merupakan pararel dari perumpamaan tentang lalang dan gandum.

Kalau Yesus menjelaskan bahwa ladang adalah dunia (ay.38), maka dalam perumpamaan tentang pukat, lautan adalah dunia, serta pukat adalah Gereja. Sama seperti pukat harus ditebarkan ke tempat yang dalam, maka Gereja harus juga mewartakan Kristus ke tempat yang dalam atau Duc in Altum.

Dan setelah penuh, maka pukat tersebut diseret ke pantai dan orang-orang kemudian memilih ikan yang baik dan membuang ikan yang tidak baik. Ini menggambarkan tentang akhir zaman, di mana para malaikat akan memisahkan manusia yang baik dari ikan yang tidak baik. Dan bagi orang yang jahat akan mendapatkan ganjarannya di dalam neraka (ay.50).

Setelah Yesus mengatakan perumpamaan tersebut, maka Yesus berpaling kepada para murid dan bertanya mengertikah kamu semuanya itu? Dengan kata lain, mengertikah kamu, bahwa ketika engkau Kupanggil, Aku akan menjadikan engkau penjala manusia?

Yesus menerapkan tugas ini kepada para murid dan diteruskan oleh Paus dan para uskup dibantu oleh para imam. Dan sebagai pengajar, maka mereka juga harus menjaga keharmonisan antara harta yang lama dan harta yang baru, atau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru – seperti yang diinterpretasikan oleh St. Agustinus.

Namun, tugas perutusan untuk mewartakan Kerajaan Surga bukan hanya diberikan kepada paus, para uskup,dan para imam, namun juga kepada semua umat Allah yang telah dibaptis.

Dari uraian di atas, maka kita dapat melihat bahwa Kerajaan Surga adalah begitu berharga dan begitu indah. Tidak ada pengurbanan yang terlalu besar untuk mendapatkan Kerajaan Surga. Oleh karena itu, kita harus mohon rahmat Allah dan karunia keberanian, sehingga kita berani untuk mengurbankan segalanya bagi Tuhan.

Kita juga ingin mengikuti St. Agustinus, yang mengatakan bahwa kita harus menukar segala yang kita punya untuk dapat menerima Kerajaan Surga, atau menukar diri kita dengan Kerajaan Surga.

St. Agustinus melanjutkan bahwa pertukaran diri kita bukan sama berharganya dengan Kerajaan Surga, namun karena hanya itulah yang kita punyai.

Mari, kita berikan diri kita seutuhnya kepada Tuhan, sehingga Dia dapat membentuk kita dan menjadikan kita kawan sekerja Allah (1Kor 3:9), untuk membawa sesama kita kepada-Nya.***

 

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *