RENUNGAN MINGGU BIASA XV

RENUNGAN MINGGU BIASA XV

Iman yang Berbuah

 

  • Minggu, 12 Juli 2020
  • Mat 13:1-23
  • Oleh Romo Thomas Suratno SCJ

 

Iman yang sejati adalah iman yang menghasilkan buah. Menghasilkan buah berarti siap untuk berbagi dengan yang lainnya, karena tidak mungkin buah itu hanya ada untuk diri sendiri.

 

Warta Injil hari ini bila kita baca lengkap dari ayat 1 hingga 23 menampilkan perumpamaan Yesus tentang penabur dan jenis-jenis tanah tempat benih itu jatuh dan dijelaskan oleh Yesus sendiri.

Ada tanah di pinggir jalan, ada tanah yang berbatu-batu, ada tanah yang penuh dengan semak berduri dan ada tanah yang baik. Sebagian jatuh di tanah yang baik, dan sayang sekali bahwa benih yang baik ini tidak selalu jatuh ke tanah yang baik.

Begitulah gambaran orang-orang yang mendengar firman itu dan mengerti. Perhatikanlah, walaupun ada banyak orang menerima anugerah Allah dan firman-Nya secara sia-sia. Namun,Allah masih mempunyai sisa-sisa umat-Nya yang menerima benih itu dan berbuah, sebab firman Allah tidak akan kembali kepada-Nya dengan sia-sia.

Hal yang membedakan tanah yang baik ini dengan jenis tanah lainnya hanyalah satu kata, yaitu berbuah.

Seorang penabur ketika menaburkan benih pasti yang diharapkan adalah hasil dari benih itu. Bila tanpa hasil maka benih yang ditaburkan itu menjadi sia-sia. Hal inilah yang membedakan mana murid yang sejati dan mana yang bukan,yaitu bahwa mereka berbuah banyak dan dengan demikian layak untuk disebut pengikut Kristus yang sejati.

Yang menarik adalah bahwa Yesus berkata bahwa tanah yang baik tidak mendapatkan hambatan untuk berbuah. Mengapa? Karena tanah itu sudah siap ditaburi benih dengan baik untuk menyimpan benih itu dalam kandungannya dan kemudian bertumbuh lalu menghasilkan buah.

Kita semua tahu bahwa menabur benih adalah proses awal dari bercocok tanam. Berbeda dengan yang mungkin kita ketahui sekarang, penabur dalam warta ini tidak mempersiapkan tanahnya terlebih dahulu sebelum ditebari benih.

Tanah tempat benih ditaburkan pun tampaknya begitu terbuka sehingga orang bisa saja lalu lalang di situ. Si penabur menebar benih di berbagai tempat. Ia seolah memberi kesempatan seluas-luasnya pada setiap jenis tanah untuk menerima benih.

Si penabur tahu bahwa tiap benih punya potensi untuk bertumbuh dan tiap jenis tanah punya potensi untuk menumbuhkan benih. Ini terbukti, setiap tanah menumbuhkan benih sesuai potensi masing-masing. Maka hasilnya sesuai dengan jenis tanah tempat jatuhnya benih itu.

Kalau hal ini kita renungkan dan bisa kita ungkapkan bahwa Tuhan memberi kesempatan kepada setiap orang untuk mendengar firman-Nya. Namun bagaimana firman itu tumbuh dan menghasilkan buah, tergantung pada diri setiap orang yang menerimanya. Hanya mendengar saja kiranya bukan merupakan jaminan bahwa orang akan memahaminya.

Maka harus dipertanyakan, apakah orang itu menerimanya dengan antusias ataukah masuk dari telinga kiri dan keluar melalui telinga kanan? Karena ada yang melupakan firman setelah mendengarnya, ada juga yang langsung menolaknya.

Ada juga orang yang melupakan firman saat mengalami penindasan karena firman (20-21), padahal firman itu bisa menjadi kekuatan. Lalu ada pula yang tidak bertahan dalam firman ketika khawatir karena menghadapi fakta di depan mata yang mengerikan,misalnya (22).

Maka apakah firman dapat bertumbuh dan menghasilkan buah dalam kehidupan kita, tergantung pada kebulatan hati kita untuk tidak membiarkan apa pun menghalangi pertumbuhan firman dalam hidup kita. Juga tergantung pada kesiapsediaan kita untuk dibentuk oleh firman melalui keseriusan menjadi pelaku firman dari hari ke hari dalam hidup yang kita jalani.

Maka, marilah menjadi murid yang bersedia diajar oleh firman. Lalu berilah kesempatan kepada orang lain untuk mendengarkan firman, sebagaimana Anda telah diberi kesempatan itu.

Dengan demikian firman akan berbuah di dalam kehidupan kita dan nama Tuhan kita dipermuliakan. Iman yang sejati adalah iman yang menghasilkan buah. Menghasilkan buah berarti siap untuk berbagi dengan yang lainnya, karena tidak mungkin buah itu hanya ada untuk diri sendiri.

***

DOA:

Ya Tuhan Allah, gemburkanlah selalu ladang hatiku dengan kehidupan doa yang baik. Siramilah selalu dengan sabda-Mu, singkirkanlah penghalang-penghalang yang memperlambat pertumbuhan benih sabda-Mu dan jadikanlah diriku menjadi tanah yang baik bagi benih Sabda-Mu yang terus berbuah dalam kelimpahan. Amin.

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *