RENUNGAN HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

RENUNGAN HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

Bekal Hidup yang Menguduskan

 

  • Minggu, 14 Juni 2020
  • Injil Yoh 6:51-58
  • Oleh Rm Thomas Suratno SCJ

 

Sadar tidak sadar, ketika kita menerima Tubuh Kristus, tubuh kita dikuduskan. Maka sudah selayaknya kita menggunakan tubuh kita, artinya seluruh diri kita, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan pada Allah.

 

Hari minggu ini kita bersama-sama merayakan Hari Tubuh dan Darah Kristus, Ekaristi Kudus. Saya mengajak saudara sekalian untuk sejenak merefleksikan akan Ekaristi yang selalu kita sambut dalam Misa Kudus,yang kita rayakan dengan merenungkan sabda Tuhan yang tadi kita dengar bersama dari Injil Yoh 6:51-58.

Secara tegas dinyatakan bahwa Yesus adalah Roti Kehidupan bukan hanya dalam arti KIASAN yang umum, yakni bahwa ajaran dan karya-Nya sebagai utusan Bapa ibarat bekal hidup bagi orang yang percaya kepada Yesus, TETAPI juga dalam ARTI yang lebih khusus yakni bahwa daging atau tubuh-Nya yang diserahkan-Nya di kayu salib dan darah-Nya yang tertumpah di Golgota menjadi bekal hidupbagi orang yang menyambut-Nya dalam Perjamuan Ekaristi.

Lalu apa artinya?

Orang mendapat bagian dalam hidup ilahi dengan suatu cara yang sangat konkret dan realistis, yakni dengan makan daging-Nya dan minum darah-Nya. Mungkin saja kata atau istilah ini mengganggu kita yang mendengar, namun kiranya kata ini dipakai dengan sengaja bagi mereka yang cenderung mengartikan segala-galanya secara rohani saja dan mencukupi diri dengan suatu kontak batiniah dengan Kristus yang kurang mereka akui sebagai manusia.

Penginjil Yohanes di sini ingin menekankan bahwa Yesus, Firman Allah yang menjadi manusia (daging), harus juga disambut sebagai manusia secara nyata dengan makan daging-Nya dan minum darah-Nya dalam perjamuan Ekaristi. Hanya dalam hubungan  nyata dengan Yesus menyerahkan daging-Nya dan mencurahkan darah-Nya, orang beriman mendapat bagian penuh dalam hidup yang diterima-Nya dari Bapa.

Di satu pihak, daging-Nya dan darah-Nya yang dimakan dan diminum secara nyata dalam perjamuan ekaristi jangan dipahami terlalu materiil sebagai ‘jejamu’ atau ‘ramuan yang secara ajaib dan otomatis membangkitkan daya hidup yang takkan berkurang.

Namun dengan menyambut tubuh dan darah Kristus, kita diharapkan masuk ke dalam suatu hubungan timbal balik dengan Yesus: kita membuka diri bagi Yesus yang telah menyerahkan hidup-Nya untuk kita, dan kita tinggal dalam semangat Yesus yang menyerahkan diri-Nya itu.

Menerima hidup Yesus (karena Dia hidup dalam diri kita), yang sekaligus menumbuhkan hidup seperti Yesus (karena kita tinggal dalam Dia) itulah hidup kekal yang kita peroleh dari perjamuan ekaristi dengan menyambut Komuni Kudus, Tubuh dan darah Kristus.

Setiap kali kita merayakan ekaristi, kita semua diingatkan bahwa sebelum komuni, imam akan mengatakan “inilah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia, berbahagialah kita yang diundang dalam perjamuan Tuhan”.

Kemudian kita akan menjawab,“Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh”. Bukankah ini mengungkapkan rasa percaya yang mendalam, iman yang sederhana tetapi sungguh mengena, menyentuh hati?

Sadar tidak sadar, ketika kita menerima Tubuh Kristus, tubuh kita dikuduskan. Maka sudah selayaknya kita menggunakan tubuh kita, artinya seluruh diri kita, sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan pada Allah.

Yesus dengan jelas menegaskan “Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia”.

Mari kita menyambut dan bersatu dengan Kristus sendiri dengan mempersiapkan diri dengan hati dan budi yang pantas. Dan juga marilah kita mohon kesembuhan diri dari berbagai macam kesakitan rohani (karena dosa) yang kita miliki, agar kita mampu menjadi manusia yang Kristiani yang kudus.

 

DOA:

Ya Tuhan Allah, datanglah selalu dan menyatu dalam tubuhku, sehingga aku menjadi kudus, serta hasrat dan semangat yang kumiliki tak lain ingin yang kulakukan mewujudkan apa yang Kaukehendaki. Amin.

 

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *