TAK PERLU CARI-CARI SALIB

TAK PERLU CARI-CARI SALIB

 “Yesus berbahagia karena menderita bagi kita. Ia juga menghendaki kita berbahagia menderita untuk Dia, bukan dengan memilih salib kita sendiri, melainkan dengan ikhlas dan bahagia menerima apapun yang Ia kehendaki untuk kita.”

(Couronnes d’Amour, buku III, hlm. 16)

Ekaristi merupakan saat kurban. Gereja mengimani bahwa dalam Ekaristi kita mempersembahkan kurban Kristus untuk pengudusan dan keselamatan semua orang. Kurban Kristus dikenangkan setiap kali kita merayakan Ekaristi.

Maka, Ekaristi adalah saat memandang salib Kristus dan merenungkannya.

Pada salib-Nya kita memandang pemberian diri karena cinta, pemberian diri yang dilakukan dengan tulus dan bahagia. Dalam Ekaristi, kita mendengarkan pula Yesus yang meminta kita memikul salib kita setiap hari dan mengikuti Dia.

Apa salib kita? Apa kurban kita yang dipersembahkan untuk Dia?

Yesus tidak menghendaki kita mencari penderitaan. Ia tidak menghendaki kita untuk mencari-cari salib untuk dipikul. Salib itu sudah ada setiap hari. Dalam suka duka hidup kita, dalam perjuangan kita untuk setia mencintai keluarga dan sesama, dalam susah payah kita bekerja setiap hari, dalam jatuh bangun, kegagalan, kemalangan, musibah yang kita alami dari waktu ke waktu.

Yesus menghendaki kita berkurban dengan cara menerima semua itu dengan ikhlas dan bahagia, menerima semua itu dengan kasih sebagai daya utama.

Saat Ekaristi dirayakan, kita diundang Yesus untuk mempersembahkan perjuangan kita memikul salib harian kita, salib perjuangan kita, untuk dipersembahkan kepada-Nya dengan bahagia sebagai ungkapan cinta kita kepada Dia yang telah lebih dulu mencintai kita. **

 

Romo Yudistira SCJ

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *