BEKERJA YANG MEMARTABATKAN
Tujuan dari bekerja ialah untuk mencintai dan menyembah Allah, untuk melayani orang lain, mengembangkan karakter, menyediakan kebutuhan, serta mendapatkan keuangan untuk berinvestasi.
Apa yang ada di pikiran Anda ketika mendengar kata “bekerja”? Mungkin ada yang langsung membayangkan rasa capek dan lelah. Ada juga yang tersenyum dan bersuka cita.
Tahukah Anda, bahwa apa yang kita rasakan terhadap pekerjaan, sangat mempengaruhi kebahagiaan kita?
Saya mengajak Anda untuk sejenak melihat bagaimana Alkitab menggambarkan makna bekerja.
Kerja merupakan bagian hakiki dan luhur dari kemanusiaan kita. Alasannya, Allah adalah Allah yang bekerja. Allah yang bersukacita melihat hasil karya-Nya (Kej 1:31). Ia terus bekerja hingga hari ini (Yoh 15:17). Manusia diciptakan segambar dengan Allah yang bekerja. Wajar jika kita juga harus bekerja di dalam hidup.
Alasan lain, sejak awal diciptakan, manusia diperintahkan untuk bekerja, dalam rangka menunaikan mandat Ilahi yang luhur untuk mengelola bumi ciptaan Allah dan segala isinya.
Kegigihan Si Kecil
Alkisah, ada seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe terbuka. Sementara sibuk mengetik di laptopnya, seorang gadis kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya. “Om, beli bunga, ya Om!”
“Tidak, Dik! Saya tidak membutuhkan,” ujar eksekutif muda itu. Ia tetap sibuk dengan laptopnya.
“Satu saja, Om…, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya, si pemuda berkata, “Adik kecil yang manis, tidakkah adik lihat saya sedang sibuk? Kapan-kapan, ya, kalo saya butuh saya akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan istirahat siangnya, si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja, Om? Sekarang beli bunga ini dong, Om…, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur antara jengkel dan kasihan, si pemuda mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya. “Ini uang 5000 rupiah buat kamu. Om tidak mau bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil mengulurkan uangnya kepada si gadis kecil.
Gadis kecil itu menerima uang itu. Namun, uang tersebut tidak disimpannya. Ia memberikannya kepada pengemis tua, yang kebetulan lewat di situ.
Pemuda itu keheranan dan sedikit tersinggung. “Kenapa uang itu tidak kamu ambil, tapi kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab, ”Maaf, Om, saya sudah berjanji pada ibu, bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan, walau tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu tertegun. Ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari seorang anak kecil. Bekerja merupakan sebuah kehormatan. Kendati hasil tidak seberapa, tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja keras adalah sebuah kebanggaan.
Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu. Bukan karena kasihan. Semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya pelajaran berharga itulah yang membuatnya rela membeli bunga-bunga itu.
Kerja Itu Berkat
Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih, jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita mengerjakannya dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.
Semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci. Alkitab mengatakan, “Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, “ (Ams 14:23).
Pekerjaan kita hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan yang tidak menarik.
Kadang kita sendiri telah membagi-bagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.
Oleh karena itu, Sabda menerangi makna kerja. Kerja pertama-tama merupakan respons ketaatan kita kepada Allah. Yakni, untuk menunaikan panggilan-Nya dalam mengelola dunia ciptaan-Nya demi kemuliaan-Nya, sesuai peran yang Ia percayakan kepada kita masing-masing.
Selanjutnya, bekerja adalah untuk berkarya, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, dalam bentuk barang maupun jasa. Tujuan dari bekerja ialah untuk mencintai dan menyembah Allah, untuk melayani orang lain, mengembangkan karakter, menyediakan kebutuhan, serta mendapatkan keuangan untuk berinvestasi.
Kerja bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan gaji, mengubah status. Bekerja adalah tentang melayani manusia dan Allah, yang menetapkan kerja. Jadi, pengabdian kepada Allah dan sesama memiliki tempat utama di atas pengabdian kepada diri sendiri.
Semoga semangat kerja yang seperti ini juga yang menjadi semangat kita.
Tuhan memberkati. **
Agustinus Sugiarno SCJ
LEAVE A COMMENT