PERSPEKTIF TRAVELER DALAM MENJALANI HIDUP
“Perspektif seorang traveler di buku ini ingin memantik optimisme dan keterbukaan dalam melihat dan merespons segala situasi yang hadir dalam hidup.”
Pebijak mengibaratkan hidup ini seperti sebuah roda. Ada kala kita berada di atas. Namun, kadang kita berada di bawah. Penyair menuliskan, kalau hidup penuh liku-liku, ada suka ada duka. Nah, jika Anda mau terus-terusan hidup bahagia, saya sarankan Anda untuk membaca buku karangan Romo Ignatius Elis Handoko SCJ ini.
“Buku ini menyajikan sudut pandang dalam melihat hidup bukan sebagai gerutuan. Hidup itu singkat, pikniklah! Hidup itu perjalanan, belajarlah! Hidup itu tak tentu, nikmatilah. Hidup itu asyik, maknailah! Hidup itu indah, rayakanlah!” kata Romo Elis, tentang buku keempat belasnya ini.
Romo Elis, yang karena tugas perutusannya, mau tidak mau harus melancong ke berbagai pulau. Berbagai kota besar hingga pelosok dusun yang belum terjamah orang banyak harus disinggahinya.
“Apakah tidak capek pergi ke sana ke mari? Di sinilah awal mula kesadaran tentang ‘Hidup Itu Singkat, Pikniklah’,” jelasnya.
Kata negatif capek, kemudian di balik menjadi syukur. Romo Elis merasa beruntung bisa keluar dari ‘tempurung kantor’. Pesiar ke berbagai tempat Nusantara dilakukan dengan cinta dan gembira. Menemukan jati dirinya, itu bonus yang boleh dia timba.
“Sebagai seorang yang senang menulis, saya selalu sadar bahwa yang membuat sesuatu berbeda dan bisa memberi makna lebih ialah sudut pandang. Dalam hal ini, saya memilih sudut pandang seorang traveler untuk melihat realitas yang ada,” pungkasnya.
Berjalan kaki 12 hari dalam rangka ziarah Camino de Santiago, Spanyol, adalah satu dari puluhan kisah yang disajikan dalam kalimat-kalimat tutur nan ringan di buku Hidup Itu Singkat, Pikniklah. Napak tilas ini membantu kita untuk memetik makna dari setiap kisah kecil, yang terjadi dalam perjalanan hidup.
“Ilustrasinya, bisa saja tiga orang mengalami peristiwa yang sama, tapi respons terhadapnya tak selalu serupa. Ada yang tertawa, mengerutuk, putus asa, atau biasa-biasa saja. Namun, ada juga yang merasa diberi kesempatan berharga untuk belajar mengenali diri, diteguhkan, dilecut motivasinya, dan menjadikannya jalan menuju sukses. Perspektif seorang traveler di buku ini ingin memantik optimisme dan keterbukaan dalam melihat dan merespons segala situasi yang hadir dalam hidup,” tutur Romo lulusan ilmu komunikasi Universitas Gregoriana, Roma ini.
Penasaran dengan isi dalam buku ini? Atau, apakah Anda ingin lebih positif dalam memaknai tapak hidup ini? Apapun keinginan baik Anda, saya sarankan agar membaca buku Hidup Itu Singkat, Pikniklah. **
Kristiana Rinawati
LEAVE A COMMENT