IMAN TANPA PEMAHAMAN, SALAH KAPRAH

IMAN TANPA PEMAHAMAN, SALAH KAPRAH

 

Judul          : Katolik Salah Kaprah

Penulis      : Ch. Wahyu Tri Haryadi SCJ

Penerbit   : Rumah Dehonian

Tebal          : 110 hlmn

ISBN          : 978-623-91653-2-1

Harga        : Rp 36.000

 

 

Jangan biarkan kesalahan berlarut-larut! Bisa-bisa jadi salah kaprah!

Kesalahan dalam memahami suatu (praktik) iman masih sering terjadi di sekitar kita. Misalnya, pengertian tentang apakah “Katolik itu bukan Kristen”. Pada umumnya, masyarakat sudah mengetahui bahwa Katolik berbeda dengan Kristen. Istilah Kristen bermakna konotasi untuk menunjuk pada denominasi Kristen. Misalnya, Gereja Protestan, Adven, HKBP, GKI, Lutheran, dan sejenis lainnya. Untuk menjawab ini, tidak cukup bagi kita jika sekadar menjawab “ya” atau “tidak”, lalu selesai. Ada pemahaman mendasar di balik ringkasnya jawaban. Kita perlu mengerti hubungan antara “Katolik” dan “Kristen” secara tepat supaya pemahaman kita semakin lurus. Apa itu hubungan katolik-kristen tersebut?

Itulah salah satu tema katolisitas yang dikupas dalam buku Katolik Salah Kaprah ini. Katolisitas merupakan kualitas seseorang sebagai penganut agama Katolik. Sebagai agama, ia memiliki tiga ciri umum; seperangkat ajaran, ibadat, dan penganut. Seorang Katolik diandaikan memiliki pengetahuan tentang ajaran Katolik, terlibat dalam peribadatan, dan kesatuan moral Katolik. Katolisitas ikut membentuk kualitas dan makna hidup umat. Ia memperkaya pengetahuan iman, yang membantu penghayatan iman dalam hidup sehari-hari.

Buku ini hadir dengan secara sederhana, ringkas, dan praktis. Keberadaannya ditujukan untuk bahan panduan umat berkatakese, bahan pertemuan, dan bahan refleksi baik secara pribadi maupun berbagai komunitas. Refleksi ini penting karena unsur-unsur katolisitas yang tampaknya sederhana itu, sejatinya merupakan dasar penghayatan iman dalam kehidupan seseorang.

Terdapat empat topik penting mengenai katolisitas yang di paparkan. Setiap judul merupakan pernyataan-pernyataan salah kaprah, yang sering terjadi di kalangan umat: “Orang Katolik Bukan Orang Kristen”, “Katolik Itu Romasentris”, “Gereja Itu Urusan Para Romo”, dan “Gereja Berwajah Pria”.

Dalam memaparkan setiap topik, penulis dengan setia membawa pembaca untuk mengacu pada satu tujuan,yakni memberikan refleksi dan pemaknaan khusus yang ada di balik setiap informasi. Sederetan penjelasan kalimat ditampilkan rapi, memiliki alur tersendiri yang mudah dipahami teruntuk kalangan muda. Penyampaian aneka informasi dan refleksi dalam buku ini mengikuti alur persoalan, refleksi, pengendapan pribadi dan pemahaman dalam kelompok. Contoh-contoh konkret seputar pemahaman yang salah dijelaskan melalui aneka kisah yang sering dialami umat. Dengan demikian, pembaca diajak untuk lebih mudah memahami setiap pembahasan.

Hal yang menarik dalam buku ini adalah bagian pengendapan dan internalisasi, yang dibedakan antara permenungan pribadi dan langkah pembatinan dalam kelompok. Dengan cara demikian, tampak penulis sedang memberi paket lengkap pembelajaran dan pembatinan untuk aneka kelompok umat.

 

Yosephine Aprilia Hartono

 

LEAVE A COMMENT

Your email address will not be published. Required fields are marked *